05

Siang yang hendak menjemput sore hari ini mengiringi dua gadis remaja berseragam putih abu abu itu, tengah berjalan melewati lorong lorong yang menghubungkan antara kelas yang satu dengan kelas yang lain. Suara canda dan tawa terus terdengar saat Alya terus menggoda Livi yang beberapa saat lalu mendapat surat dari fans rahasia, yang mengungkapkan kekaguman pada sosok Livia.

Kata kata manis yang tertuang dalam isi surat itu membuat Livi bergidik geli dengan nada tak suka. Lain dengan Alya yang seketika mengeluarkan tawa geli saat membacanya.

"Hatiku berdebar saat melihat mata bule mu, senyum dari bibir sexy mu membuat jantungku berhenti berdetak, hahahaha mati donk." Goda Alya yang kembali menirukan bait kata dalam surat itu. Gerakan tangan dan mimik wajah yang mendramatisir yang sengaja dibuat buat Alya membuat Livi semakin jengkel. Suara tawa terus keluar dari mulut gadis berparas ayu itu.

Livi menghentikan langkah, menghentakkan kakinya dengan wajah menahan jengkel. "Udah donk Al, ngeledek mulu!" Cetus Livi sewot.

Bukannya diam, Alya malah semakin tertawa sampai mengeluarkan air mata. "Segitunya fans fanatik kamu Liv. Pasti gak sekali ini kan kamu dapat surat surat cinta nan romantis kayak tadi." Alya terkekeh.

"Sering, sampai bosen akutuh. Apaan isinya bikin aku muntah. Hoeeek!" Ucap Livi dengan bergidik geli.

"Dari sekian banyak teman teman sekelas, sampai kakak kelas yang ngejar ngejar kamu, masa satupun gak ada yang nyangkut di hati kamu Liv?" tanya Alya sambil melanjutkan langkah kembali.

"Gak usah hiperbola gitu deh Al, kayak kamu gak banyak fans nya aja, tapi mungkin gak segila cowok cowok yang ngedeketin aku sih." Balas Livia.

"Kalau aku sih mereka semua aku anggap temen, jadi dibawa santai saja. Gak baper baperan." Cetus Alya.

Livi memandang Alya dengan tatapan kagum. "Kok bisa ya Al, kamu sepolos ini. Welcome sama semua orang. Gak risih sama mereka mereka yang cuma ada maunya ngedeketin kita." Tanya Livia heran. Gadis berparas bule itu selalu mengagumi sisi pribadi Alya yang begitu baik pada hampir semua orang.

Alya terkekeh mendengar ucapan Livi. "Selama mereka baik ke aku, gak jahat ke aku, aku sih oke oke aja Liv. Enak kan banyak teman." Ucapnya disusul senyum mengembang di bibirnya.

Livi hanya tersenyum masam mendengar perkataan Alya. Dirinya memang belum mampu untuk menjadi sebaik Alya dalam hal bersosialisasi dengan orang lain, jauh di dalam lubuk hatinya pun ia masih tidak ingin meniru sifat baik dari sahabatnya itu. Toh kesendiriannya tanpa banyak teman dan hanya berputar disekitar Angga sudah cukup membuat hidup nya berwarna. Apalagi sekarang mendapat sahabat Alya semakin menambah keceriaan dalam menjalani hari harinya.

"Tunggu bentar Al!" Sergah Livi yang menghentikan langkah Alya saat mendengar handphone nya berbunyi. Senyum seketika mengembang dibibir Livi kala melihat nama Angga tertera memanggil di layar handphonenya.

"Hallo". Sapa Livi

Alya terdiam disebelah Livi sambil mengamati raut wajah Livi tiba tiba merona sesaaat menerima panggilan telfon yang entah dari siapa ia tak tahu. Melihat sahabatnya tersenyum tersipu sipu malu membuat Alya menebak, mungkin Livi sedang berbicara dengan seorang spesial. Tak ingin menganggu, Alya menepuk pundak Livi, saat gadis bule itu menoleh kearahnya, Alya memberi isyarat hendak ke toilet diujung lorong. Setelah Livi mengangguk mengerti, barulah ia berlari menuju toilet.

"Kamu dimana kak?" tanya Livi.

"Di gerbang sekolah kamu." Jawab Angga cepat.

"Haah!! Di depan sekolah?'' tanya Livi tak percaya. Ia segera mempercepat langkah, berlari kecil menuju gerbang sekolah sambil tetap menempelkan handphone di telinganya. Matanya mencari cari sosok Angga, tak lama senyum mengembang dibibir sexy nya kala menemukan sosok Angga. Laki laki itu menyenderkan tubuhnya pada body mobil sedan hitam dibelakangnya. Tersenyum lalu melambaikan tangan ke arah Livi.

"Kenapa gak bilang dulu kalau mau menjemput ku?" tanya Livi saat telah berada tepat di depan Angga.

"Biar Surprise." Jawab Angga. Laki laki itu tersenyum menatap Livi.

Senyum yang seketika membuat Livi membuang pandangan untuk mengalihkan kegugupannya. Mata Livi melihat kesana kemari dan terfokus kembali pada mobil di belakang Angga.

Ia kembali menatap Angga. "Kok tumben bawa mobil? Motor nya kemana kak?" tanya Livi yang kembali menatap Angga.

"Ada di rumah. Lagi pengen bawa mobil, biar kamu gak kepanasan." Ucapan Angga seketika membuat Livi tersenyum ceria. Hatinya melambung tinggi ke udara mendapat perhatian manis dari laki laki yang ia cintai itu.

Senyum mengembang di bibir Livia tak bertahan lama, saat tatapan Angga beralih dari wajahnya. Sorot mata laki laki itu berubah menjadi penuh cinta saat menatap sesuatu di balik Livia berdiri.

Angga melambaikan tangan. "Alya!" Seru Angga.

Gadis berparas ayu manis itu menoleh ke arah Angga sambil menyunggingkan senyum, sejurus kemudian mulai berjalan mendekat.

"Hai Kak!" Sapa Alya pada Angga.

"Livi, aku nyariin kamu. Tau nya sudah disini." Ujar Alya sambil menatap ke arah Livi.

Livi yang semula tampak bahagia kini terlihat muram dengan gurat kesedihan di wajah cantiknya. "Sorry Al, aku tadi buru buru." Sanggahnya. Hatinya yang melambung tinggi dengan secuil perhatian dari Angga sesaat lalu kini terlempar jatuh saat melihat arti tatapan Angga untuk Alya. Sudut hatinya berdenyut perih.

"Baiklah ayo kita berangkat. Kalian sudah siap kan?" tanya Angga melempar pandang pada Alya dan Livi yang nampak bingung.

"Aku?" tanya Alya bingung.

"Iya, aku hari ini ingin mengajak kalian jalan jalan. Ayo berangkat." Ajak Angga.

"Aku tidak bisa kak, aku belum izin..."

"Izin Tante Heni dan Om Adi bukan?" Kali ini Angga menyela ucapan Alya dan gadis itu tampak mengangguk.

"Aku sudah mendapatkan izin dari orang tua kamu Al, sebelum kesini aku ke rumah kamu minta izin ke beliau. Dan beliau mengizinkan."

Alya tak lagi bisa menolak lagi. Kini gadis itu beralih melihat Livi yang terdiam. Livi menundukkan pandangannya, entah kenapa hatinya terbesit kecewa dan berdenyut perih juga rasa jengkel pada Alya saat sahabatnya itu mengalihkan perhatian Angga.

Akhirnya mereka pun masuk kedalam mobil. Angga membuka pintu mobil di sisi belakang terlebih dahulu, mempersilahkan Alya untuk duduk dan memasuki mobilnya. Dilanjutkan kemudian ia membukakan pintu depan mobil untuk Livi.

Setelahnya mobilpun bergerak melaju memecah padatnya jalanan. Selama perjalanan Livi hanya diam mengamati percakapan antara Angga dan Alya. Livi bisa melihat jika Angga selalu mencuri pandang pada Alya lewat spion tengah mobil.

Tak lama mobil Angga berhenti di sebuah Mall. Ketiganya turun dan mulai berjalan jalan di dalam mall. Dan kini ketiganya tengah duduk disebuah restoran makanan cepat saji menikmati hidangannya.

Setelah menghabiskan seluruh makanan yang dipesan, ketiga remaja itu berjalan kembali mengitari mall.

Bioskop yang sempat menjadi pilihan Livi harus tergeser dengan pilihan Angga dan Alya yang lebih memilih arena ice skating. Dengan berat hati Livi hanya mengikuti pilihan Alya dan Angga. Bukan tidak suka dan tidak bisa bermain ice skating, tapi ia hanya ingin memecah perhatian Angga yang hanya ia tujukan pada Alya. Apapun perkataan Alya, tanpa berpikir dua kali, laki laki itu selalu berusaha menurutinya.

"Hati hati terjatuh." Ucap Angga pada Livia.

"Kita adu cepat di kesana. Kalau aku menang, gendong aku dari gerbang komplek rumah sampai ke kamarku." Tantang Livia dengan senyum mengembang.

"Siapa takut!" Sahut Angga. "Kalau aku yang menang?" tanya Angga.

"Kakak boleh menyuruhku atau membuatku melakukan apapun. Tapi itu tidak akan terjadi karena aku yang pasti jadi pemenangnya." Jawab Livi dengan senyum merekah penuh percaya diri.

"Kalian mau adu cepat?" Alya mendekat ke arah Angga dan Livia setelah berputar di lantai es itu.

Livia mengangguk lalu menarik tangan Angga tanpa memperdulikan Alya. "Ayo kak!"

Keduanya pun berputar beberapa kali mengitari lantai es itu dengan tawa penuh semangat untuk menjadi pemenang, hingga tak lama Angga lah yang tiba lebih dulu sampai ditempat semula.

Alya yang sejak tadi bertepuk tangan bersorak riang mengamati Angga dan Livi lekas memekik terkejut saat Angga tiba tiba menarik tangannya lalu membawanya berputar putar sebagai wujud bahagianya telah berhasil mengalahkan Livi. Keduanya berputar putar sambil bergandengan tangan tertawa lepas.

Di sisi lain sepasang mata tengah mengamati keduanya dengan hati terluka. Livi terdiam melihat kebahagiaan Angga yang dapat tertawa lepas saat bersama Alya. Hatinya berdenyut terasa perih hingga menyeruak kan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya.

BRAKKK

Sebegitu seriusnya mengamati Angga dan Alya, kini tubuh Livi berguling guling diatas lantai es itu karena tak sengaja tertabrak pengunjung lain.

"Livii!!"

Angga segera melepas tangan Alya dan berlari untuk membantu Livi untuk segera duduk dan membawanya menepi.

"Kamu tidak apa apa?" tanya Angga dengan khawatir. Ia memeriksa tangan dan kaki Livi takut akan ada yang terluka.

"Aku tidak apa apa." Cetus Livi sambil menyeka air matanya lalu menepis kasar tangan Angga yang hendak menyentuh kakinya. Seketika membuat Angga menatap wajah Livi, ia sedikit terkejut saat melihat wajah dara cantik didepannya itu basah penuh air mata.

"Kamu menangis? Apanya yang sakit?" Angga kembali bertanya penuh rasa khawatir.

Hatiku teramat sakit melihat mu dengan Alya. Aku yang jauh lebih dulu mengenalmu tapi kenapa hanya Alya yang terlihat dimatamu.

Livi hanya mampu berucap dalam hati, bibirnya terkatup rapat tak mampu berucap dan hanya terwakilkan oleh lelehan air mata yang semakin deras membanjiri wajahnya.

"Livi kamu kenapa menangis?" tanya Alya.

Bukannya menjawab pertanyaan Alya, Livi malah semakin menangis tersedu sambil menenggelamkan wajahnya dalam lipatan lengannya yang bertumpu pada kakinya.

Alya terlihat semakin bingung. Dirinya mulai khawatir, takut terjadi sesuatu dengan sahabatnya hingga menangis tersedu seperti ini. Lain halnya dengan Angga yang semula nampak khawatir, kini dirinya nampak lebih tenang. Ia tahu, tangisan Livi bukan karena dirinya terjatuh, namun sesuatu yang belum ia tahu pasti telah terjadi dan membuat gadis itu bersedih.

****

"Kenapa tiba tiba menangis seperti itu?" tanya Angga yang kini telah berada di dalam kamar bernuansa serba putih itu.

"Aku tidak ingin bicara denganmu! Tinggalkan aku sendiri." Balas Livi dengan ketus. Gadis itu tengah merebahkan diri membelakangi Angga yang kini terduduk di bibir ranjang nya.

Angga menghela napas berat. Dirinya sudah terbiasa sejak dulu menghadapi sifat Livi yang keras, manja dan emosional. Namun kali ini ia sedikit bingung saat tanpa sebab, gadis yang ia anggap sebagai adiknya itu tiba tiba bersikap acuh padanya. Padahal sebelumnya ia merasa tidak terjadi apapun.

Angga masih terdiam di tempatnya, berusaha mengingat apa yang telah ia lakukan hingga membuat Livi marah. Hingga tak lama senyum berkedut dibibirnya. "Kamu marah karena aku berhasil mengalahkan mu?" terdengar kekehan kecil dari bibir Angga.

"Aku cukup sportif dalam apapun dan aku tidak pernah malu jika memang harus mengakui kekalahan ku!" Cetus Livi tanpa merubah posisinya. Dan malah semakin menarik selimutnya untuk menutupi kepalanya.

"Lalu kenapa tiba tiba bersikap marah seperti ini padaku? Maafkan aku kalau memang tanpa sengaja aku menyakiti mu." Ucap Angga sambil menarik narik selimut yang menutupi tubuh Livi.

Gadis itu menahan selimutnya dengan kuat. "Jangan menganggu ku! Sudah sana pulang! Aku pingin sendiri!" Teriak Livi mengusir Angga.

"Baiklah. Aku akan pergi." Ucap Angga dengan pasrah.

"Tapi sebelum itu, aku minta imbalan ku sebagai pemenang tadi. Tentunya kamu juga cukup sportif bukan dalam hal ini?" Ujar Angga sambil beridiri di pinggir ranjang.

Sesaat Livi terdiam, mengingat kembali taruhannya beberapa waktu lalu yang dimenangkan Angga. Ia menggigit bibir bawahnya, dirinya malu untuk saat ini menatap Angga.

Angga berdehem saat tak ada respon dari Livia. "Baiklah. Ternyata tidak ku sangka seorang Livia Gunawan..."

"Berhenti!"

Livi berseru lalu segera mendudukkan diri. Bibirnya mengerucut indah menahan jengkel pada Angga hanya tidak ingin dirinya disebut yang tidak tidak oleh Angga.

Angga terkekeh melihat tingkah juga wajah Livi.

"Jangan tertawa! Cepat katakan kamu minta apa?" Cetus Livi tak sabar.

"Baiklah." Angga mengisyaratkan gadis itu untuk mendekat ke arahnya. Dengan patuh Livi pun mendekat.

"Kakak mau apa? Cepat katakan!" Livi terlihat tak sabar. Matanya sama sekali tidak mau menatap Angga.

Lagi lagi Angga tersenyum menggelengkan kepala melihat tingkah kekanakan Livi yang masih tidak bisa hilang meski gadis itu menginjak remaja. "Aku minta hal sederhana. Pasti tidak sulit untuk kamu lakukan."

Mata indah dengan bulu mata yang panjang dan lentik itu seketika menatap Angga. "Apa?" tanya Livi dengan polosnya.

Tanpa di duga Angga yang semula berdiri di depan Livi, kini menunduk mendekatkan wajahnya pada wajah Livi. "Aku ingin kamu senyum." Pinta Angga dengan senyum lembut menatap wajah gugup Livi.

Livi yang masih terkejut berusaha menguasai diri. Ia mengerjabkan matanya berulang berusaha mengontrol debaran jantungnya yang sudah tak berirama teratur. "Ba-baiklah aku senyum. Tapi minggir dulu." Ucapnya terbata sambil mendorong muka Angga menjauh dari wajahnya.

"Ayo! Senyum." pinta Angga lagi.

Dengan berat namun perlahan Livia menarik kedua sudut bibirnya hingga melengkung indah. Dara cantik itu tersenyum sambil menengadah menatap wajah Angga yang turut mengulas senyum.

"Jangan marah lagi, aku tidak tahu apa alasanmu marah seperti ini. Tapi aku tetap akan meminta maaf." Ucap Angga yang kembali mendekatkan wajahnya pada wajah Livi. "Maafkan aku. Jangan cemberut lagi. Selalu tersenyumlah, kamu sangat cantik ketika tersenyum."

Pujian dari Angga terdengar mendayu dayu ditelinga Livi hingga melambungkan hatinya yang sempat menangis, tatapan tulus dari Angga melebarkan senyumnya yang merekah indah dibibirnya. Livi pun mengangguk samar mengiyakan ucapan Angga. Semburat rona merah jelas tergambar di wajah Livi.

"Baiklah aku pulang. Tidurlah." Ucap Angga tak lupa memberi kecupan hangat di kening Livi sebelum beranjak meninggalkan kamar gadis itu.

Kak Angga, aku harus mendapatkan mu, ya! aku harus mendapatkan mu. Kamu yang aku cintai. Aku harus membuatmu jatuh cinta padaku.

LIVIA GUNAWAN BASKORO.

Terpopuler

Comments

KIA Qirana

KIA Qirana

Ayo....kami datang
💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕
💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕

2021-10-14

0

Dhina ♑

Dhina ♑

Edisi parkun dukung karya
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
💜💜💜💜💜💜💜

2021-10-14

0

Ende Setiani

Ende Setiani

bom like thor . mampir juga ya di karyaku "Ansell The Rental Girl

2021-03-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!