Pagi yang cerah dengan gerumbulan awan putih kali ini, mengantarkan Livi berangkat ke sekolah. Mobil mewah yang ia tumpangi berhasil memecah padatnya jalanan kota dan telah berhenti tepat di pintu gerbang sekolah. Ia menghela nafas sejenak sebelum turun dari dalam mobil.
Disaat orang tuanya ada di rumah, disaat itulah ia tak bisa berangkat dengan Angga mengendarai motor. Dan hal itu membuat nya tak bersemangat.
Livi pun segera turun dari dalam mobil. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Dan dari sekian banyaknya siswa yang berlalu lalang, ia menemukan sosok Alya. Gadis manis itu turun dari sepeda motor lalu memberikan helm pada pengemudinya. Jika dilihat sepertinya itu adalah orang tua Alya, Alya mencium punggung tangan laki laki berkemeja batik itu lalu melambaikan tangan.
"Alya!"
Alya menoleh ke arah sumber suara, senyumnya mengembang saat melihat Livi melambaikan tangan padanya.
"Hai..Liv?" Sapa Alya. Senyum manis terurai dari bibirnya.
Entah kenapa baru pertama kali ini, Livi begitu tertarik dan nyaman dengan seorang teman saat mengenal Alya. Ada sesuatu yang dimiliki Alya yang membuat nya tertarik hingga ingin mengenalnya lebih jauh.
"Kamu diantar siapa tadi?" tanya Livi.
"Tadi, bapak ku. Tiap hari aku berangkat bareng." Balas Alya sambil menoleh sekilas pada Livi.
"Berangkat bareng?" tanya Livi memastikan.
Alya segera mengangguk. "Iya, bapakku kepala sekolah dasar. Kebetulan sekolahnya searah dengan ku." Jelas Alya.
Livi hanya ber Oh tanpa suara sambil manggut manggut. Tak ada lagi obrolan, dua remaja itu melanjutkan langkah menuju kelas baru mereka.
"Kita satu kelas kan? Mau duduk bareng denganku?" tanya Livi lalu menghentikan langkah menunggu jawaban Alya.
"Boleh." Sahut Alya dengan riang.
Keduanya mengembangkan senyum kemudian melangkahkan kaki menuju kelas bersama.
******
Matahari mulai merangkak naik bersamaan dengan bel pulang sekolah berbunyi. Terlihat beberapa siswa berlarian keluar kelas sambil bercanda tawa dengan suka cita mengakhiri jam belajarnya. Beberapa siswa juga tampak menuju ke gedung olahraga, ke lapangan sepak bola, ke gedung kesenian untuk mengikuti ekskul.
Termasuk Livi dan Alya. Dua gadis remaja itu melangkahkan kaki menuju gedung olahraga sambil bersenda gurau. Sesekali terdengar suara tawa dari keduanya.Tak disangka, Livi yang selama ini tak nyaman dengan teman yang ada disekitarnya, nyatanya kini begitu akrab dengan Alya.
"Kamu kenapa memilih karate Al?" tanya Livi. Kedua gadis itu kini duduk bergabung dengan para siswa yang lain yang juga bersiap mengikut ekskul yang sama.
"Aku pingin bisa bela diri biar bisa jaga diri saja Liv." Jawab Alya. "Kalau kamu sendiri kenapa?" Alya berbalik bertanya.
Sekejab Livi menerawang kala teringat wajah Angga. Senyum terulas dibibir nya "Karena aku menyukai seseorang yang juga menyukai karate." Ucapnya dengan pipi bersemu merah.
"Benarkah?" Alya tampak antusias. "Orang yang kamu suka ada disini? Siapa? Yang mana orangnya?" Alya mengguncang guncang lengan Livi dan membuat gadis bule itu menundukkan kepalanya saat beberapa siswa menatap ke arahnya. Terusik dengan suara berisik dari Alya.
"Sstttt!" Livi menempelkan jari telunjuknya dibibir. "Jangan kenceng kenceng Al, malu aku?" Bisik Livi.
"Uppsss sorry sorry Liv." Alya menutup mulutnya sendiri.
Livi tersenyum melihat Alya. "Bukan siswa sini kok Al." Akunya pada Alya.
"Eeh aku kirain siswa sini juga. Seru tau kalau lihat temen pacaran satu sekolah." Ucap Alya.
"Kamu sendiri udah punya pacar apa belum?" tanya Livi, dan gadis berparas manis itu segera menggeleng. "Enggak berani pacaran." Ucap Alya dengan polos dan seketika membuat Livi tertawa.
"Belum pernah sama sekali?" tanya Livi memastikan.
Alya menggeleng cepat.
"Astaga polos banget siih. Kita udah kelas dua SMA lhoo Al. Jadi gak apa apa pacaran buat semangat belajar." Ujar Livi sambil menepuk nepuk bahu Alya, seolah dirinya telah berpengalaman dalam hal cinta. Padahal kenyataannya sejak dulu dirinya terlalu pengecut untuk mengungkapkan rasa cintanya yang hanya pada satu pemuda. Siapa lagi jika bukan Angga.
"Eeh ada kabar baru nih!" Seru salah satu siswa yang tiba tiba datang. Pria berambut kribo itu menetralkan napasnya sebelum melanjutkan ucapannya kembali.
"Pembina karate kita ditambah satu orang guys! Orangnya genteng kayak guee!" Ucap pemuda yang memiliki nama Seno itu.
"Huuuuuuu...!!!!!"
Suara teriakan dari para siswa menggema menyorakkan protes atas apa yang disampaikan Seno yang menyebut dirinya ganteng.
"Eeh Lo nyebut diri Lo ganteng. Fitnah tuh!" Seru salah satu siswa yang ikut mengejek Seno yang membuat pemuda yang memang rada gesrek itu hanya nyengir bagai kuda.
Kedatangan tiga orang berseragam putih dengan sabuk warna hitam melingkar di perut itu segera menghentikan suara canda tawa dari para siswa. Tak lain adalah kakak pembina karate. Semua mata tertuju pada salah satu pembina karate itu.
"Kak Angga?" Seru Nadin, salah satu siswa putri. Senyum mengembang di wajahnya yang terlihat begitu terkejut kala melihat kakak kelas yang begitu ia idolakan selama tahun pertamanya di SMA itu.
Deheman dari Haris, pembina senior disana segera menundukkan kepala Nadin.
"Baiklah kita akan mulai untuk materi hari ini, namun sebelumnya saya membawa pembina baru untuk lebih baik dalam mengajarkan Ilmu bela diri pada kalian semua." Haris melirik pemuda disebelahnya. "Kalian juga mungkin sudah tau siapa disebelah saya. Tapi lebih baik kamu memperkenalkan diri lagi."
Pemuda itu maju satu langkah di depan Haris. Ia mengangguk kan kepala sambil mengulas senyum. " Perkenalkan nama ku Anggara Wisnu Hutama. Panggil saja dengan nama Angga, kalian juga pasti sudah mengenal ku sebelumnya." Ucapnya sambil mengawasi satu persatu siswa yang akan menjadi anak didiknya.
Senyum kembali terulas dibibir Angga saat pandangannya menemukan sosok gadis berwajah manis dengan mata yang begitu indah.
Alya,
Matanya terpaku pada Alya, hingga tak menyadari sepasang mata lain di samping Alya sejak tadi tak berpaling dari dirinya.
"Liv, bukannya itu kakak kelas kita yang sering bareng kamu?" tanya Alya dengan polosnya pada Livi.
Livi mengangguk mengiyakan pertanyaan Alya.
"Eeh dia lihatin kamu terus tuh!" Bisik Alya. Gadis itu sama sekali tak menyadari arti tatapan Angga padanya. Malah ia artikan jika laki laki itu tengah memandang teman disebelahnya, Livi.
Livi tersenyum, tersipu sipu sambil menoleh pada Alya. Memutus pandangannya pada Angga. Hatinya bergemuruh, bersorak riang saat melihat pertama kalinya Angga menatap nya dengan penuh arti seperti itu. Jantungnya tak lagi berirama dengan teratur, luapan rasa bahagia itu benar benar membuat dirinya bahagia.
Suara tepukan tangan dari Haris segera menyudahi sesi perkenalan Angga. Dilanjutkan dengan materi karate yang segera diajarkan. Angga yang memang tertarik pada Alya, tiba tiba memanggil Alya beserta peserta lain yang memang masih ditingkat paling dasar. Angga mengajarkan gerakan gerakan yang paling dasar pada Alya dan lainnya. Sesekali pemuda itu mencuri pandang menatap Alya.
Berbeda dengan Livi, gadis itu juga tengah berlatih dengan Haris, memiliki tingkat yang lebih tinggi membuatnya harus mendapat pembinaan dari Haris. Padahal ia berharap Angga lah yang akan mengajarinya. Sesekali Livi juga nampak mencuri pandang pada Angga yang terlihat begitu telaten dalam mengajari Alya.
💮💮💮
"Kenapa tidak memberitahu ku kalau kamu jadi pembina karate di sekolah kita?" Tanya Livi pada Angga.
Keduanya sedang berjalan di koridor sekolah menuju arah parkir ketika selesai menjalani ekskul. "Sengaja. Biar kamu kaget." Ucap Angga sambil mengurai senyum.
"Berhasil sih." Tambah Livi. Hatinya masih berbunga bunga mendapat kejutan datangnya Angga.
"Gerakan kamu boleh juga tadi. Makin gesit." Puji Angga sambil mengacak pucuk kepala Livi.
"Jago kan aku? Makanya jangan macem macem!" Livi tersenyum menyombongkan diri.
"Ampun..ampun." Kata Angga disusul dengan gelak tawa dari keduanya.
Keduanya terus melangkah hingga berhenti ketika melihat mobil mewah dengan supir yang sudah berdiri di samping mobil dengan senyum ramah ketika melihat Angga dan Livi.
"Kamu hati hati pulangnya." Ucap Angga setelah melepaskan senyum sapa pada supir yang ia kenali sebagai supir yang paling setia dengan seorang Livia yang sering berbuat semaunya pada seluruh pegawai dirumahnya.
"Aku mau bonceng kamu kak." Ucap Livi dengan memanyunkan bibirnya.
"Sudah sana masuk! Jangan melawan Om Gunawan. Kasihan Pak Cipto kamu kerjain terus." Omel Angga.
Gadis itu masih memanyunkan bibirnya seraya menatap tak suka pada supir yang memiliki nama Cipto itu.
"Al..!!" Seru Livi saat disela pandangannya menemukan Alya.
Alya berlari kecil mendekat kearah Livi dan Angga. "Kamu udah mau balik Liv?" tanya Alya.
"Ayo bareng aku!" Pinta Livi seraya menggandeng lengan Alya menariknya untuk segera masuk kedalam mobilnya.
"Makasih Liv, tapi rumah kita gak searah. Aku naik angkot saja." Tolak Alya.
"Enggak apa apa aku anterin." Sifat Livi yang suka memaksa mulai muncul.
"Enggak usah Liv, kamu hati hati ya pulangnya. Aku bareng temen temen yang lain dulu. Daaagh." Ucap Alya sambil melambaikan tangan.
"Alya, kamu bisa bareng aku." Angga yang sejak tadi tak berkedip melihat Alya mulai berucap saat gadis berparas manis itu hendak melangkah pergi.
Alya melempar pandang pada Angga juga Livi. "Makasih kak, aku naik angkot saja." Tolak Alya dengan tersenyum.
"Rumah kamu kan gak searah sama Alya kak!" Sanggah Livi. Entah kenapa hatinya selalu terasa nyeri saat Angga berusaha mencari perhatian Alya.
"Kebetulan aku mau ke toko komik searah rumah Alya. Bareng aku saja Al." Ucap Angga memberi alasan yang sebenarnya ia memang sengaja ingin mengantar Alya pulang. Sejak pertemuan pertamanya yang tak sengaja diparkiran beberapa hari lalu. Angga begitu tertarik pada sosok Alya. Dan dari situ, mulailah ia mencari tahu tentang Alya. Dan menjadi pembina karate di sekolahnya kali ini juga Alya lah yang menjadi alasannya.
"Liv, kamu hati hati ya pulangnya." Kata Angga menyudahi lamunan Livi. Gadis itu sesaat tertegun mendengar ajakan Angga pada Alya.
Livi mengerjabkan mata, kemudian memandang kearah Alya. "Kamu bareng kak Angga saja Al. Lebih aman." Ucapnya pelan seakan tak rela.
Alya terlihat kikuk dan tak enak hati. Merasa sungkan dengan kakak kelas yang baru saja ia kenal. Bukan tidak tahu mengenai Angga. Sejak tahun pertama nya di SMA ini, Alya sudah tau sosok Angga yang menjadi super star sekolah. Wajah tampan, kepintaran yang tidak diragukan, ramah pada semua orang, juga kaya. Tapi sekali pun ia tak pernah mengenal Angga. Beberapa jam lalu itu lah yang menjadi perkenalan pertamanya dan Alya terlihat begitu nyaman dengan sikap perhatian Angga padanya.
"B-baiklah." Ucap Alya.
Mobil yang ditumpangi Livi pun segera melaju saat motor yang ditumpangi Angga dan Alya melaju mendahului mobilnya. Livi mengamati Alya dan Angga yang sepertinya sedang mengobrol. Sesekali Alya terlihat tertawa. Entah apa yang mereka obrolkan, dan hal itu membuat Livi terdiam. Menelaah hatinya sendiri.
"*Kenapa hatiku sesakit ini?"
💮💮💮
Happy Reading🤩
Jangan Lupa kasih Like dan komen ya*....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
KIA Qirana
Ayo....kami datang
💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕
💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙
2021-10-14
0
Dania
Sukses selalu Thor sayang
💕💕💜💜💜💜💜💜💝💝💝💝❤️❤️❤️❤️
2021-10-14
1
Dhina ♑
Edisi parkun dukung karya
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
2021-10-14
2