Pukul tiga dini hari,
Rubby sudah terbiasa bangun pada pukul dua atau tiga dinihari, tujuannya melaksanakan tahajud lalu merapikan rumah.
Namun kali ini, ia bingung apa yang harus ia lakukan. Hendak Sholat ia tak memiliki Mukena.
Pakaian yang ia kenakan hanyalah kaos yang kelonggaran dan celana basket pendek longgar yang Vallon berikan semalam sebelum dia tidur. karena pakaian yang ia kenakan basah, dan entahlah pakaian siapa yang saat ini Rubby kenakan.
"Ya Allah, apa yang harus Hamba lakukan? Hamba ingin sholat, tapi tidak ada mukena!" Rubby berbicara sendiri.
Tenggorokannya terasa kering saat ini. Rubby ingat perkataan Vallon.
"O yah, jika kau haus atau lapar, tak perlu sungkan! pergilah ke dapur. Temukan makanan yang kau sukai di sana," ucapan Vallon semalam.
Maka Rubby pun memaksakan diri beranjak dari kamarnya menuju dapur, karena Ia sangat haus sekali. Setelah sampai dapur dia bingung mencari minum.
Ia hanya menemukan lemari di setiap sudutnya. Tidak ada kulkas ataupun dispenser yang biasanya terdapat di rumah Paman nya.
"Sedang apa Nona?" suara berat Pria mengejutkan Rubby. lalu ia menoleh.
"Ah, anu Tuan! Saya sedang mencari air minum, Saya haus," ucap Rubby gugup dan malu, pria itu ternyata Marco.
"Oh. ini, air nya di sini!" ucap Marco Ia membuka salah satu lemari bagian bawah, dan itu ternyata isinya dispenser air.
"Terimakasih Tuan," tukas Rubby pelan. Sembari mengambil air dari dispenser.
Marco membuka lemari lain nya yang agak besar dan itu Lemari pendingin. ia mengambil sebuah kaleng soft drink.
"Mengapa Anda tidak tidur Nona?" tanya Marco penasaran. Rubby sebetulnya hendak pergi dari dapur tersebut. karena ia merasa risih hanya berdua Marco di dapur.
"Saya baru bangun Tuan. Hendak Sholat malam, namun tidak ada mukena maupun kain," ucap Rubby jujur.
"Hmm, besok akan aku belikan. Aku senang Jika ada orang mau beribadah di dalam rumah ku!" ucap Marco, namun nada bicaranya tetap dingin.
"Terimakasih Tuan. Biar saya beli sendiri, saat ini saya punya uang yang Tuan berikan tadi," ucap Rubby.
"No! Alat sembahyang adalah fasilitas, dan fasilitas di rumah ini aku yang bertanggung jawab. Biar Muria yang belikan, kamu boleh ikut untuk memilih nya," kali ini Marco berbicara dengan menatap Rubby. Walau tatapannya dingin, sukses membuat Rubby bergetar dan merunduk takut.
"Terimakasih Tuan. Saya permisi kembali ke kamar, dan ma'af saya sudah lancang. Karena menempati kamar yang Tuan Vallon berikan," ucap Rubby dengan nada suara yang terdengar bergetar.
"Hemm, aku pun tak dapat menolak apa yang Anakku ingin kan," ucap Marco pelan.
"Permisi Tuan," pamit Rubby lagi.
"Silahkan!" Marco mempersilahkan. Namun baru dua langkah Rubby berjalan. "Nona tunggu! ada sesuatu di pundak mu."
"Astagfirullah! ada sesuatu apa?" Rubby menghentikan langkahnya dan melirik ke arah pundak nya. Macro menghampiri nya.
"Ada cicak!" ucap Marco.
"Cicak?" tanya Rubby terkejut. "Tolong Tuan saya takut dan geli akan cicak!" ucap Rubby, ia berbicara terdengar kaku.
"Baiklah. Nona Rubby diam dan tenang! saya akan menepis nya," ucap Marco makin mendekati Rubby.
Namun di luar kendali mereka. Cicak itu malah terkejut dengan gerakan tangan Marco, lalu merayap menuju leher Rubby dan itu membuat Rubby menjerit.
"Tuan, awww! iiiiggghhhh," teriak Rubby merasakan kegelian. Ia bergidik dan di bawah sadar nya Rubby loncat ke tubuh Marco. Dengan reflek Marco menangkap nya.
Rubby memeluk leher Marco erat, memejamkan matanya. membenamkan wajah nya di dada Marco,dan Marco menahan pinggul Rubby dengan lengan kirinya agar tidak jatuh. Dengan tenang ia singkirkan Cicak yang yang sudah merayap ke rambut Rubby.
Agak lama Marco mengakali cicak tersebut agar terlepas dari rambut Rubby yang di gulung asal namun tampak menarik.
Akhirnya cicak itu Marco dapat dan dengan cepat ia lemparkan ke arah lemari. "Sudah Nonna! Cicaknya sudah saya buang. Hendak Sampai kapan, kau bergelayut seperti simpanse pada tubuhku?" ucap Marco yang menyadarkan Rubby.
"Hufff. Maaf Tuan!" ucap Rubby malu, sembari melepaskan rangkulannya dari leher Marco. Namun Marco belum melepaskan lengan nya dari tubuh Rubby, kini malah ia lingkaran lengan kanannya pada pinggang Rubby.
Mata Marco dan Rubby saling bertemu. "Menarik!" pikir Marco.
Debaran jantung keduanya berlari di tempat. hembusan nafas mereka saling menyambut. "Tuan! tolong turunkan saya!" seru Rubby lembut.
Serr. Darah Marco terasa berdesir, ada rasa hangat yang menyeruak dari dalam hati menjalar pada tubuh nya.
"Ooppss, Sorry Nonna!" ucap Marco, lalu ia menurunkan tubuh mungil Rubby secara perlahan.
"Terimakasih Tuan!" dengan perasaan tak keruan, Rubby pun berlalu dari hadapan Marco, kembali ke kamar nya.
Marco menghela nafas pelan. Ia menguasai tubuhnya yang bereaksi terhadap hangat nya tubub Rubby. padahal setelah kepergian mendiang Istrinya, Marco tidak pernah merasakan reaksi lebih terhadap tubuh perempuan manapun.
**
Pukul 6.30 pagi. Vallon sudah rapi dengan seragam sekolah nya. Sesuai petunjuk Muria, yang dengan detail serta sabar memberitahukan nya kepada Rubby, apa saja yang biasa ia siapkan untuk Vallon.
Maka Rubby mengurus Avallon dengan teliti dari mulai Vallon bangun tidur, hingga memakai pakaian dan menyiapkan sarapan.
"Rubby, makan lah bersama ku!" pinta Avallon.
"Tidak perlu Tuan. Saya akan makan setelah Tuan Vallon berangkat ke sekolah," ucap Rubby tersenyum.
"Ayolah Rubby. Nanti kau akan ikut ke sekolah bersama ku. Hari ini ada pementasan drama dan kau akan mewakili Ayahku untuk menghadiri nya," ucap Avallon.
Tak lama Marco pun tiba di meja makan. Ia sudah rapi dengan stelan jas berwarna Biru laut. Kemeja putih tanpa dasi. "Good morning Son," sapa Marco pada Avallon sembari mengacak pelan rambut Avallon, lalu duduk di samping Avallon.
"Mau saya siapkan apa tuan?" tanya Rubby ramah. walaupun saat ini ia sebagai pengasuh Vallon, namun tetap saja Marco adalah Tuan nya yang harus ia hormati.
"kopi hitam dengan sedikit gula. Dan roti gandum dengan selai kacang," ucap Marco sembari meng hidupkan layar ponsel nya.
Rubby pun dengan cekatan menyiapkan apa yang Marco pinta. Lalu ia menghidangkan nya di hadapan Marco.
"Silahkan Tuan," tawar Rubby.
"Terimakasih. Bersiaplah! waktu mu 20 menit untuk mendampingi Val, di sekolah nya, karena saya ada meeting penting dan tidak dapat hadir," ucap Marco.
"Maaf Tuan. Tapi saya belum membeli pakaian yang layak untuk bepergian! tidak mungkin saya pergi ke sekolah Tuan Vallon,dengan kaos seperti ini," tukas Rubby.
"Hehe, asal kau tahu, itu kaos ngegymku," si bongkahan Es kutub itu mengekeh melihat bajunya kebesaran di tubuh Rubby.
"Hoooo," Rubby Hanya menutup mulutnya tanda terkejut.
"Ikut lah bersama Muria! pilih pakaian yang kau sukai Nonna," pinta Marco. Lalu ia memanggil Muria.
"Ia Tuan. ada yang dapat saya bantu?" tanya Muria dengan sopan setelah berada di hadapan Marco.
"Bawa, Nonna ini ke ruang sebelah sana. Tempat saya menyimpan banyak pakaian perempuan. hari ini ia akan mendampingi Val di sekolahnya, dan tolong kamu dandani ia dengan layak," ucap Marco sembari menyeruput kopi buatan Rubby.
Marco memejamkan matanya,g sesaat ia menikmati sekali kopi itu. "wow Nikmat!" batin Marco. "Dapat di andalkan juga ternyata Nonna ini!" Marco masih bergulat dengan batinnya.
"Mari Nak Rubby," ajak Muria. "Saya permisi Tuan," pamit muria pada Marco dan Avallon.
"Ya silahkan!" ucap Marco datar.
Muria membawa Rubby ke salah satu kamar. Kamar Itu tampak normal, dengan sebuah tempat tidur, sofa dan lemari besar serta lebar karena memiliki beberapa pintu.
Muria membuka salah satu pintu lemari itu. "Silahkan dipilih Nak Rubby," ucap Rubby.
"Ini pakaian siapa Bu Mur?" tanya Rubby.
"Entahlah! Tuan selalu membeli pakaian perempuan. ketika ia pulang dari luar negeri, ataupun ketika ia dari luar kota. Dan baru Nak Rubby yang diperbolehkan masuk ke kamar ini. Selain saya, karena saya harus membersihkan kamar ini setiap 1 minggu 2 kali," tutur Muria.
"Tapi. ini semua pakaian branded Bu! saya tidak pantas memakai nya," ucap Rubby.
"Cepatlah pilih mana yang Nak Rubby sukai. Tuan Vallon menunggu, dan nanti dia akan terlambat jika kita hanya berdebat. Ibu rasa pantas saja, jika Nak Rubby yang pakai. Sudah Ayo Ibu bantu memakai make up," ucap Muria.
Dengan terpaksa Rubby pun memilih pakaian untuk ia kenakan. Dengan dibantu Muria ia menggunakan make up yang tidak terlalu tebal, namun terlihat cocok di wajahnya.
"Sudah siap Tuan!" ucap Muria setelah berada di hadapan Marco dan Vallon, ketika ia selesai mendandani Rubby.
"Wao, Beautiful," ucap kagum Marco tanpa sadar.
Next👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Wiwik Sundari
wah....Marco mulai ke semsem .....😀😀😀😀
2021-04-26
0
Rahmalia Nurodin
tuan marco pasti jatuh hati sama rubbi....
2021-02-26
1
Anah Sanusi
tadinya g suka tuan marco dah tau dia cantik.aja bilang beautiful
2021-01-07
1