BAB 4 : Hujan, Jantung, dan Suara yang Kembali

Aku meletakkan tas di atas meja belajarku, lalu menjatuhkan tubuh ke atas kasur. Lelah. Panas. Dan... penuh pikiran.

Langit-langit kamarku tak pernah berubah. Seperti biasa, polos dan tenang. Tak seperti kamar gadis kebanyakan, kamarku jauh dari warna merah muda. Bukan karena aku ingin berbeda, tapi entah kenapa warna itu membuatku geli sendiri. Terlalu manis, terlalu ‘princess’. Sedangkan aku?

Aku justru suka merah. Bukan merah jambu. Tapi merah terang yang berani. Aneh, ya? Lebih aneh lagi, aku suka warna itu tapi takut lihat darah. Jijik. Langsung mual kalau lihat luka berdarah. Jadi... apa namanya ya? Kelainan selera?

Semakin lama aku berbaring, semakin mengantuk. Tak ada salahnya, kan, kalau aku memejamkan mata sebentar? Hari ini terlalu panjang. Terlalu banyak kejutan.

Novi yang ngambek.

Rangga yang... seperti biasa, nyebelin tapi perhatian.

Dan... kak Leon. Muncul lagi dalam hidupku setelah bertahun-tahun.

Apa ini pertanda? Bencana? Atau... babak baru?

Ya ampun, Tiara! Ngomong apa sih?

Tak sadar, aku pun tertidur. Lelap. Nyaman. Aman.

Seolah tubuhku tahu kalau hari ini aku butuh istirahat ekstra. Jangan-jangan aku depresi? Atau cuma kurang minum air putih? Kasih saran dong!

Tiga jam kemudian...

"Ughh..." Aku membuka mata. Liat jam... pukul 19.00?

GILA! Aku tidur tiga jam?! Udah lewat dong. Aku belum mandi, belum makan, dan perutku sekarang bunyi seperti sirene darurat.

Tiba-tiba, suara hujan deras terdengar dari luar. Air mengguyur atap dan jalanan dengan hebat. Petir menggelegar sesekali. Suara gemuruh yang entah kenapa bikin hati makin kosong.

Aku menguap lebar sambil mengusap mata. “Hujan, ya?”

Aku langsung bangkit dan berlari ke ruang tamu. Ada Papa, Ayah, dan Bunda. Tapi... tidak ada Leon.

Mataku menyapu seisi ruangan.

Kosong. Sepi.

Aku segera membuka pintu rumah, menatap keluar. Tak ada siapa-siapa. Hanya hujan dan lampu-lampu jalan yang memantul di genangan air.

Kemanakah dia pergi?

Kenapa aku malah sedih begini? Padahal... bukannya dia cuma “kakak masa kecil”, ya? Tapi kenapa jantungku begini? Seperti ada yang kosong tiba-tiba. Seperti kehilangan sesuatu yang baru saja datang.

Saat aku masih termenung, sebuah suara muncul tepat di belakangku. Pelan. Dekat. Dan... familiar.

“Sedang apa kamu berdiri di depan pintu? Tidak baik, apalagi seorang gadis. Pamali.”

Aku sontak menoleh.

Kak Leon.

Dia berdiri di belakangku, tenang. Wajahnya teduh. Suaranya lembut, tapi jelas. Hati-hati.

Berarti dia memang belum pergi. Dia masih di sini. Dari tadi. Entah kenapa... aku lega sekali.

“Mengapa menatapku begitu, Gadis Es Krim Vanila?” tanyanya, tersenyum. “Kamu nggak percaya aku masih ada di dunia ini?”

Aku terdiam. Jantungku? Berdebar keras. Serius, kayak mau copot.

Apa dia bisa dengar? Jangan-jangan dia juga bisa rasain degupnya? Gila, aku kenapa sih ini?

“Ah, nggak... aku cuma bingung. Hujannya deras banget. Nggak bisa ngapa-ngapain. Dingin juga,” jawabku gugup.

“Mukamu pucat. Belum makan, ya?” katanya, mendekat. “Tadi kata Bunda, kamu ketiduran. Kecapean, ya?”

Aku reflek mundur setapak. Jaraknya terlalu dekat!

“Anu... nggak kok. Cuma tadi AC masih nyala pas tidur, jadi kedinginan aja.”

“Tadi hujan mulai pas kamu naik ke atas. Mungkin kamu nggak denger.” Dia menatapku dalam. “Kamu merasa pusing? Matamu sakit?”

Aku mengangguk ragu.

“Tadi iya... tapi sekarang udah nggak apa-apa kok.”

“Berarti kamu cuma kecapean. Tapi jangan dianggap remeh. Banyakin minum air putih, tidur jangan terlalu malam.”

Hah?

Aku diperhatiin? Serius nih?

Beda banget dari cowok-cowok di sekolah. Dia... malah kayak malaikat yang turun dari langit, terus tiba-tiba ingetin aku buat hidup sehat.

Oh, no! Aku LUPA SALAT. Magrib lewat gitu aja! Udah jam setengah delapan lagi. Mau Isya! Malu banget!

“Jadi udah 3 jam hujan?” tanyaku, menunjuk lima jariku.

Dia mengangguk.

“Iya. Kamu tidur pulas banget. Makanya Bunda nggak mau bangunin.”

Ah, Bunda... memang paling ngerti aku.

Aku ingin bilang sesuatu padanya. Banyak hal. Tapi... mulutku berat. Jantungku makin berisik. Tapi rasa ingin tahu ini tak bisa dibendung lagi.

“Kak!”

“Iya? Mau tanya apa, Mutiara si Pecinta Es Krim Vanila?” godanya, sambil membungkuk ke arahku. Wajar sih, aku pendek...150 cm. Sedangkan dia? Pasti 170 cm lebih.

Aku menelan ludah.

“Kakak... masih orang yang sama, kan? Kakak... masih ingat aku?”

Dia tersenyum kecil, lalu berdiri tegak.

“Kenapa tanya begitu? Tentu saja aku orang yang sama. Kamu bisa lihat ‘sesuatu’ yang berbeda?”

Aku tersentak.

Ya ampun, Tiara! Kan kamu sendiri tadi yang bilang, kak Leon beda karena kelopak matanya nggak sipit. Dia memang unik dari dulu. Ya jelas ini dia!

“Udah, mikirnya. Masuk sana. Ayah sama Bunda nyariin kamu dari tadi.”

“Iya, Kak...”

Dia melangkah pergi. Meninggalkanku berdiri membeku. Aku memperhatikan punggungnya dari belakang. Gimana ya cara jelasin...

Dari belakang aja, udah kelihatan dia ciptaan Tuhan yang sangat... sangat sempurna.

Oh! Aku baru ingat. Aku lapar banget. Jadi aku pun segera menyusul mereka ke ruang makan. Saatnya berkumpul bersama keluarga... dan dua tamu spesial yang sudah lama ditunggu.

BERSAMBUNG...

Episodes
1 BAB 1 : Awalnya
2 BAB 2 : Mengerti
3 BAB 3 : Siapa dia?
4 BAB 4 : Hujan, Jantung, dan Suara yang Kembali
5 BAB 5 : Motor, Melamun, dan Panggilan Baru
6 BAB 6 : Senyuman di Antara Pohon dan Lamunan
7 BAB 7 : Saat Semua Hati Bicara
8 BAB 8 : Saat Semua Tatapan Mengarah Padaku
9 BAB 9 : Dua Tangan yang Menarikku
10 BAB 10 : Jejak yang Ditinggalkan di Sebuah Kafe
11 BAB 11 : Ketenangan
12 BAB 12 : Ulang tahun, bunda
13 BAB 13 : Leon sakit?
14 BAB 14 : Leon sakit? part 2
15 BAB 15 : Tersembunyi di hatiku
16 BAB 16 : Ada di depan mata
17 BAB 17 : Aku yang dulu
18 BAB 18 : Kembali seperti semula
19 BAB 19 : Nenek sakit
20 BAB 20 : Aku mencintaimu
21 BAB 21 : Jadi yang terbaik
22 BAB 22 : Rangga bukan Berrysmile ku
23 BAB 23 : Kekecewaan
24 BAB 24 : Di balik semua itu
25 BAB 25 : Firasat buruk
26 BAB 26 : Dia
27 BAB 27 : Bukan dia kan?
28 BAB 28 : Lebih kenal keluarga
29 BAB 29 : Mimpi
30 BAB 30 : Terungkap
31 BAB 31 : Tahu semuanya
32 BAB 32 : BERAKHIR
33 BAB 33 : Debat
34 BAB 34 : Kami pulang
35 BAB 35 : Makan
36 BAB 36 : Lupakan sejenak
37 BAB 37 : Di perjalanan mengantarnya
38 BAB 38 : Good bye, Malaikat penyembuhku
39 BAB 39 : Berusaha Baik
40 BAB 40 : OH, Leodi?
41 BAB 41 : Salah Paham
42 BAB 42 : Flash Back
43 BAB 43 : Rindu, Leon!
44 BAB 44 : Hanya Kenangan
45 BAB 45 : Tetangga Aneh
46 BAB 46 : Pergi diam-diam
47 BAB 47 : Rumah Sendiri
48 BAB 48 : Panik
49 BAB 49 : Runding
50 BAB 50 : Kembali ke rumah
51 BAB 51 : Tiket
52 BAB 52 : Mustahil
53 BAB 53 : OTW Yogyakarta
54 Comeback
55 Welcome To Yogyakarta
56 Skenario Pengakuan Cinta
57 Malam Pengakuan yang Kandas
58 Hati Kecil Yang Rapuh
59 Melukis Cinta yang Berjarak
60 Belum
61 Bingung
62 Kekhawatiran yang Tidak Berarti
63 Masalah Selesai, Dapatkan kembali Cinta
64 Nekat dan Menyusul Cinta
65 Lamaran
Episodes

Updated 65 Episodes

1
BAB 1 : Awalnya
2
BAB 2 : Mengerti
3
BAB 3 : Siapa dia?
4
BAB 4 : Hujan, Jantung, dan Suara yang Kembali
5
BAB 5 : Motor, Melamun, dan Panggilan Baru
6
BAB 6 : Senyuman di Antara Pohon dan Lamunan
7
BAB 7 : Saat Semua Hati Bicara
8
BAB 8 : Saat Semua Tatapan Mengarah Padaku
9
BAB 9 : Dua Tangan yang Menarikku
10
BAB 10 : Jejak yang Ditinggalkan di Sebuah Kafe
11
BAB 11 : Ketenangan
12
BAB 12 : Ulang tahun, bunda
13
BAB 13 : Leon sakit?
14
BAB 14 : Leon sakit? part 2
15
BAB 15 : Tersembunyi di hatiku
16
BAB 16 : Ada di depan mata
17
BAB 17 : Aku yang dulu
18
BAB 18 : Kembali seperti semula
19
BAB 19 : Nenek sakit
20
BAB 20 : Aku mencintaimu
21
BAB 21 : Jadi yang terbaik
22
BAB 22 : Rangga bukan Berrysmile ku
23
BAB 23 : Kekecewaan
24
BAB 24 : Di balik semua itu
25
BAB 25 : Firasat buruk
26
BAB 26 : Dia
27
BAB 27 : Bukan dia kan?
28
BAB 28 : Lebih kenal keluarga
29
BAB 29 : Mimpi
30
BAB 30 : Terungkap
31
BAB 31 : Tahu semuanya
32
BAB 32 : BERAKHIR
33
BAB 33 : Debat
34
BAB 34 : Kami pulang
35
BAB 35 : Makan
36
BAB 36 : Lupakan sejenak
37
BAB 37 : Di perjalanan mengantarnya
38
BAB 38 : Good bye, Malaikat penyembuhku
39
BAB 39 : Berusaha Baik
40
BAB 40 : OH, Leodi?
41
BAB 41 : Salah Paham
42
BAB 42 : Flash Back
43
BAB 43 : Rindu, Leon!
44
BAB 44 : Hanya Kenangan
45
BAB 45 : Tetangga Aneh
46
BAB 46 : Pergi diam-diam
47
BAB 47 : Rumah Sendiri
48
BAB 48 : Panik
49
BAB 49 : Runding
50
BAB 50 : Kembali ke rumah
51
BAB 51 : Tiket
52
BAB 52 : Mustahil
53
BAB 53 : OTW Yogyakarta
54
Comeback
55
Welcome To Yogyakarta
56
Skenario Pengakuan Cinta
57
Malam Pengakuan yang Kandas
58
Hati Kecil Yang Rapuh
59
Melukis Cinta yang Berjarak
60
Belum
61
Bingung
62
Kekhawatiran yang Tidak Berarti
63
Masalah Selesai, Dapatkan kembali Cinta
64
Nekat dan Menyusul Cinta
65
Lamaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!