BAB 3 : Siapa dia?

Kalian mau tahu apa yang aku rasakan sekarang? Sakit. Bukan luka yang kelihatan, tapi seperti ada yang menekan kuat di dada. Ini rumahku sendiri, tapi rasanya berat sekali untuk melangkah masuk.

"Leon, kamu jadi tinggal jauh dari Mama dan Papa, kan? Kamu udah janji semalam di rumah. Kamu mau lanjut studi di sini, dan katanya juga pengen ketemu sama Tiara."

Deg. Itu... namaku barusan?

Ada apa sebenarnya? Kenapa mereka membicarakanku? Kenapa tiba-tiba perasaanku campur aduk begini? Gugup, cemas, penasaran. Semua bercampur di kepala.

"Iya, Pa. Leon mau, kok. Tapi masalahnya... Leon masih belum hafal jalan di sekitar kampus."

"Ah, itu gampang! Tinggal tanya Tiara aja. Eh, ngomong-ngomong, sekarang udah jam segini. Kok dia belum pulang, ya?" kata Ayah dengan nada khawatir.

Astaga. Sekarang aku benar-benar bingung harus bagaimana. Masuk seolah-olah nggak dengar apa-apa? Atau tetap berdiri di sini dan pura-pura belum sampai?

"Memangnya Tiara sekolah di mana, Yah?"

"Agak jauh. Baru masuk juga sekolahnya."

Ya ampun, Ayah! Kenapa harus dijawab jujur gitu? Aku makin bingung harus bagaimana sekarang...

Tiba-tiba pintu terbuka. Bunda muncul dengan raut wajah bingung melihatku berdiri kaku di depan pintu.

"Lho, Tiara? Kamu udah pulang? Dari tadi di situ? Kenapa nggak masuk, sayang?"

Aku hanya bisa cengar-cengir.

"Hehe... iya, Bun. Baru sampai kok."

"Lain kali bilang kalau pulangnya bakal telat. Biar dijemput Ayah."

"Nggak usah, Bun. Tiara kan udah gede. Lagian Ayah sama Bunda pasti capek pulang dari kantor."

Bunda menggeleng, tersenyum.

"Iya, iya. Masuk sana. Ganti baju, terus makan, ya?"

Saat Bunda hendak kembali masuk, aku menahan langkahnya.

"Bun!"

"Ya?"

"Itu... siapa yang ada di dalam?"

Bunda menoleh ke arah ruang tamu.

"Oh... kamu nggak ingat ya? Kak Leon. Dulu waktu kamu masih TK, sering main bareng."

Aku mengerutkan dahi, lalu mengingatnya—samar, tapi familiar.

"Ohh... kakak yang dulu sering main es krim vanila di taman? Serius dia di Batam? Kapan sampai?"

Entah kenapa... hatiku langsung hangat. Nama itu...Leon...baru disebut saja sudah membuatku seperti ditarik kembali ke masa kecil. Ada rasa rindu yang selama ini tak kusadari. Aneh ya?

"Kemarin sore, sekitar jam tiga. Sana, masuk. Ayah tadi juga cari kamu. Katanya ada yang mau dibicarain."

Aku menarik lengan Bunda sambil merengek pelan.

"Bun... Tiara gak ditanyain yang aneh-aneh kan? Nggak disuruh apa-apa, kan?"

Bunda tertawa kecil.

"Lho, memangnya kamu takut ditanya apa? Ayo, masuk dulu sana."

Aku mengangguk pelan, lalu mengikuti Bunda masuk ke dalam rumah. Begitu sampai di ruang tamu, langkahku langsung terhenti. Mataku tertuju pada seorang pria bertubuh tinggi yang duduk santai di sofa. Kemeja kotak-kotak merah, kulit cerah, rambutnya tertata rapi menutupi sedikit keningnya. Wajah itu...

Dia.

Hatiku langsung berdebar.

Ya ampun... ini kejutan apa lagi hari ini?

Tangan dan kakiku mendadak kaku. Suara-suara di sekeliling terasa jauh. Rasanya jantungku seperti jarum jam yang berdetak panik.

Kalau aku harus jelaskan perasaan ini, kayaknya bakal lebih rumit dari pelajaran matematika. Jadi, ya... cukup kalian tahu aja, aku benar-benar gugup.

"Apakah dia... gadis kecil yang dulu suka es krim vanila itu? Tiara?" pikir Leon dari tempat duduknya.

Aku masih memandangi wajahnya. Matanya tidak sipit, walau dia punya darah Tionghoa. Kulitnya putih bersih. Dan ya... dia juga sedang menatap ke arahku. Lama.

"Nah! Ini nih, yang dicari-cari dari tadi! Tiara, baru pulang? Tumben lama. Biasanya jam setengah lima udah sampai," kata Ayah memecah lamunan.

Aku buru-buru mengumpulkan nyawa kembali.

"Hehe... iya, Yah. Tadi pulangnya agak lama karena jalanan rame, terus ngobrol sama teman dulu."

Ah, Tiara... kamu ini lebay banget.

Mereka semua tertawa melihat tingkahku yang gugup, kecuali satu orang. Leon. Dia hanya menatapku—tenang, tanpa banyak ekspresi. Entah kenapa, itu malah bikin aku makin deg-degan.

Dia lupa sama aku, ya? Tapi wajar sih. Udah dua belas tahun nggak ketemu. Siapa juga yang bisa ingat?

"Tiara, masih ingat nggak sama Papa? Sama Kak Leon? Hayoo, masih ingat gak?" tanya seorang pria paruh baya yang dari suaranya aku langsung kenali: Papa Leon.

Dulu, aku memang sering memanggilnya Papa karena mereka nggak punya anak perempuan. Hanya Leon satu-satunya anak mereka. Sedangkan aku? Punya satu adik laki-laki yang... ya, bisa dibilang pengacau besar di hidupku.

Ya Tuhan... jangan sampai di momen penting ini, si Dhika pulang. Kumohon...

"Hehe, iya. Tiara masih ingat, kok. Tadi malah sempat mikir, itu motor siapa di depan. Ternyata..."

Aku tertawa kikuk.

"Iya, itu motor kesayangan Leon. Dibawa dari Jakarta, lho!"

"Oh... gitu?"

Aku melirik jam tangan. 17.10 WIB.

"Ayah, Bunda, Papa, Kak Leon...Tiara masuk dulu ya. Mau bersih-bersih."

"Iya, mandi sana! Jangan lupa kamar dirapihin juga!"

"Iya, Bunda."

Aku beranjak naik ke lantai dua. Tapi dalam hati... rasanya ingin balik lagi. Masih banyak yang ingin aku tanyakan. Kenapa Kak Leon datang ke sini? Kenapa dia belum bicara padaku? Apa dia nggak yakin kalau aku itu... Tiara kecil?

Mungkin dia gugup. Atau... mungkin juga dia belum percaya kalau gadis kecil yang suka es krim vanila itu sekarang sudah tumbuh jadi aku.

Tapi ya sudahlah. Sekarang yang penting aku mandi dulu. Badan udah lengket dari pagi, apalagi tadi sempat kena hukum berdiri di lapangan. Gara-gara siapa lagi kalau bukan si Arga, raja bikin onar saat jam kosong.

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Sisin Kim

Sisin Kim

hallo, selamat membaca

2020-01-25

8

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : Awalnya
2 BAB 2 : Mengerti
3 BAB 3 : Siapa dia?
4 BAB 4 : Hujan, Jantung, dan Suara yang Kembali
5 BAB 5 : Motor, Melamun, dan Panggilan Baru
6 BAB 6 : Senyuman di Antara Pohon dan Lamunan
7 BAB 7 : Saat Semua Hati Bicara
8 BAB 8 : Saat Semua Tatapan Mengarah Padaku
9 BAB 9 : Dua Tangan yang Menarikku
10 BAB 10 : Jejak yang Ditinggalkan di Sebuah Kafe
11 BAB 11 : Ketenangan
12 BAB 12 : Ulang tahun, bunda
13 BAB 13 : Leon sakit?
14 BAB 14 : Leon sakit? part 2
15 BAB 15 : Tersembunyi di hatiku
16 BAB 16 : Ada di depan mata
17 BAB 17 : Aku yang dulu
18 BAB 18 : Kembali seperti semula
19 BAB 19 : Nenek sakit
20 BAB 20 : Aku mencintaimu
21 BAB 21 : Jadi yang terbaik
22 BAB 22 : Rangga bukan Berrysmile ku
23 BAB 23 : Kekecewaan
24 BAB 24 : Di balik semua itu
25 BAB 25 : Firasat buruk
26 BAB 26 : Dia
27 BAB 27 : Bukan dia kan?
28 BAB 28 : Lebih kenal keluarga
29 BAB 29 : Mimpi
30 BAB 30 : Terungkap
31 BAB 31 : Tahu semuanya
32 BAB 32 : BERAKHIR
33 BAB 33 : Debat
34 BAB 34 : Kami pulang
35 BAB 35 : Makan
36 BAB 36 : Lupakan sejenak
37 BAB 37 : Di perjalanan mengantarnya
38 BAB 38 : Good bye, Malaikat penyembuhku
39 BAB 39 : Berusaha Baik
40 BAB 40 : OH, Leodi?
41 BAB 41 : Salah Paham
42 BAB 42 : Flash Back
43 BAB 43 : Rindu, Leon!
44 BAB 44 : Hanya Kenangan
45 BAB 45 : Tetangga Aneh
46 BAB 46 : Pergi diam-diam
47 BAB 47 : Rumah Sendiri
48 BAB 48 : Panik
49 BAB 49 : Runding
50 BAB 50 : Kembali ke rumah
51 BAB 51 : Tiket
52 BAB 52 : Mustahil
53 BAB 53 : OTW Yogyakarta
54 Comeback
55 Welcome To Yogyakarta
56 Skenario Pengakuan Cinta
57 Malam Pengakuan yang Kandas
58 Hati Kecil Yang Rapuh
59 Melukis Cinta yang Berjarak
60 Belum
61 Bingung
62 Kekhawatiran yang Tidak Berarti
63 Masalah Selesai, Dapatkan kembali Cinta
64 Nekat dan Menyusul Cinta
65 Lamaran
Episodes

Updated 65 Episodes

1
BAB 1 : Awalnya
2
BAB 2 : Mengerti
3
BAB 3 : Siapa dia?
4
BAB 4 : Hujan, Jantung, dan Suara yang Kembali
5
BAB 5 : Motor, Melamun, dan Panggilan Baru
6
BAB 6 : Senyuman di Antara Pohon dan Lamunan
7
BAB 7 : Saat Semua Hati Bicara
8
BAB 8 : Saat Semua Tatapan Mengarah Padaku
9
BAB 9 : Dua Tangan yang Menarikku
10
BAB 10 : Jejak yang Ditinggalkan di Sebuah Kafe
11
BAB 11 : Ketenangan
12
BAB 12 : Ulang tahun, bunda
13
BAB 13 : Leon sakit?
14
BAB 14 : Leon sakit? part 2
15
BAB 15 : Tersembunyi di hatiku
16
BAB 16 : Ada di depan mata
17
BAB 17 : Aku yang dulu
18
BAB 18 : Kembali seperti semula
19
BAB 19 : Nenek sakit
20
BAB 20 : Aku mencintaimu
21
BAB 21 : Jadi yang terbaik
22
BAB 22 : Rangga bukan Berrysmile ku
23
BAB 23 : Kekecewaan
24
BAB 24 : Di balik semua itu
25
BAB 25 : Firasat buruk
26
BAB 26 : Dia
27
BAB 27 : Bukan dia kan?
28
BAB 28 : Lebih kenal keluarga
29
BAB 29 : Mimpi
30
BAB 30 : Terungkap
31
BAB 31 : Tahu semuanya
32
BAB 32 : BERAKHIR
33
BAB 33 : Debat
34
BAB 34 : Kami pulang
35
BAB 35 : Makan
36
BAB 36 : Lupakan sejenak
37
BAB 37 : Di perjalanan mengantarnya
38
BAB 38 : Good bye, Malaikat penyembuhku
39
BAB 39 : Berusaha Baik
40
BAB 40 : OH, Leodi?
41
BAB 41 : Salah Paham
42
BAB 42 : Flash Back
43
BAB 43 : Rindu, Leon!
44
BAB 44 : Hanya Kenangan
45
BAB 45 : Tetangga Aneh
46
BAB 46 : Pergi diam-diam
47
BAB 47 : Rumah Sendiri
48
BAB 48 : Panik
49
BAB 49 : Runding
50
BAB 50 : Kembali ke rumah
51
BAB 51 : Tiket
52
BAB 52 : Mustahil
53
BAB 53 : OTW Yogyakarta
54
Comeback
55
Welcome To Yogyakarta
56
Skenario Pengakuan Cinta
57
Malam Pengakuan yang Kandas
58
Hati Kecil Yang Rapuh
59
Melukis Cinta yang Berjarak
60
Belum
61
Bingung
62
Kekhawatiran yang Tidak Berarti
63
Masalah Selesai, Dapatkan kembali Cinta
64
Nekat dan Menyusul Cinta
65
Lamaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!