Bab 4

Malam itu, Nesya seperti mendengar suara petir menggelegar saat melihat kemunculan Evan yang tiba-tiba saja sudah berada di hadapannya. Jantungnya sudah berdebar-debar seperti baru saja ketahuan mencuri. Botol kecil yang terlanjur jatuh itu terpaksa dia singkirkan menggunakan kaki kecilnya hingga menggelending ke bawah tempat tidur dalam keadaan kosong.

“S–selamat malam, ini minuman untukmu.” Saking gugupnya Nesya malah menawarkan segelas minuman di tangannya yang sebelumnya telah gagal dia campur dengan cairan tadi, kalaupun Evan meminum air itu dirinya tahu tak akan terjadi reaksi apapun setelahnya. Hanya karena terlanjur basah, ya berikan saja sekalian.

Sejenak Nesya memperhatikan wajah lelaki di hadapannya tersebut, Evan yang sudah berusia dua puluh delapan tahun itu memiliki wajah yang dewasa, tampan, berkulit putih dan warna rambut gelap menyempurnakan fisiknya. Terdapat bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitar rahang tegasnya, tubuhnya pun sangat tinggi dilengkapi dengan bentuk yang atletis. Dia diam menatap Nesya dengan tajam, melihat kearah bola mata Nesya yang terlihat mencurigakan, namun tak urung juga menerima gelas yang di sodorkan itu lalu meminumnya hingga habis dengan gaya yang cukup terlihat keren. Sialnya di dalam hati Nesya mengakui ketampanan Evan yang menurutnya diatas rata-rata.

Saat itu Nesya hanya bisa menyaksikan air putih yang di minum hingga habis itu dengan menghela napas pasrah. “Percuma saja dia meminumnya, rencana Kak Narra sudah gagal dan entah apa yang akan terjadi malam ini pada nasibku.” Nesya sudah meyakini kalau malam ini sepertinya dia akan mendapatkan kesialan. Hanya doa yang mampu ia panjatkan, berharap Tuhan akan berbaik hati membuat lelaki dihadapannya itu memilih langsung tidur saja atau kalau boleh di buat pingsan secara tiba-tiba.

Ah Nesya merutuki kebodohannya didalam hati. “Dasar bodoh, Nesya. Begitu saja tidak becus, Tuhan tolong selamatkanlah aku malam ini.” Hatinya terus bermonolog dengan wajah yang gelisah.

Evan telah meminum habis air putih itu lalu menyodorkan kembali gelas tersebut kepada Nesya yang langsung menerimanya, lalu meletakkan gelas itu kembali diatas meja nakas tepat di belakang tubuhnya, sehingga dia harus berbalik membelakangi suaminya. Evan memperhatikan pergerakan Nesya dengan seksama hingga memindai tubuh mungil itu dari rambut hingga ke kakinya, dress piyama yang di kenakan Nesya nampak kedodoran di tubuhnya hingga terlihat lucu bagi Evan. Namun ternyata bukan hanya perasaan lucu yang lelaki itu rasakan melainkan sepaket dengan keinginan untuk sesuatu yang lebih.

Ketika Nesya membalikkan tubuhnya lagi menghadap Evan, sesuatu yang diucapkan oleh lelaki itu sontak mengguncang jiwanya.

“Layani aku,” ucap Evan begitu saja, namun tentu tak bisa Nesya terima begitu saja. Apalagi ketika melihat wajah Evan yang sudah di penuhi hasrrat mirip seekor binatang buas yang bersiap menerkam mangsanya.

Berbagai alasan langsung terpikir di otak Nesya, namun tiba-tiba teringat pada perintah sang kakak bahwa Nesya harus mengaku sedang datang bulan jika saat itu dia sedang mengalami situasi terdesak.

“A–aku sedang datang bulan… jadi... itu…” Nesya gugup setengah mati, ini adalah pengalaman pertamanya berinteraksi dengan lelaki apalagi hanya berdua saja di dalam kamar. Meski Evan adalah suaminya namun tetap saja Nesya tidak merasa nyaman, karena dirinya hanya akan menjadi istri dalam waktu semalam saja.

Akan tetapi Evan sepertinya tak semudah itu percaya, dia malah tersenyum mengejek dan mulai berkata pedas lagi. “Gadis seperti dirimu berani berbohong padaku? Ingatlah, bahkan setiap tetes darah yang akan keluar dari tubuhmu mampu aku bayar dengan uangku. Itu kan yang kamu inginkan sejak awal? Uang?” Dia mulai maju selangkah sedangkan Nesya semakin mundur beberapa langkah, namun langkah itu tidak bisa Nesya bawa lebih jauh lagi karena posisinya sudah terjepit.

“Apa maksudmu? Aku tidak butuh uangmu!” sergah Nesya. “Apa-apaan lelaki ini!” Rutuknya dalam hati.

“Tidak butuh uang katamu? Tenang saja, istriku. Tidak perlu malu, setelah menjadi istri seorang Evan kamu akan menjadi kaya raya, seperti yang dulu kamu inginkan ketika berpacaran dengan kakakku, bukan?” Evan semakin mendesak tubuh Nesya yang sudah mepet hingga terduduk di meja nakas yang kecil itu. Wajah keduanya sudah sangat dekat hingga Nesya harus menahan dada bidang Evan dengan kedua tangannya meski kesulitan karena kalah tenaga. Ucapan Evan sudah tak bisa lagi di cerna Nesya dengan baik sebab dirinya sibuk mencari cara agar bisa menjauh dari suaminya.

Nesya benar-benar tidak paham pada tuduhan yang Evan layangkan, mengapa dia berbicara seperti itu pada seorang wanita yang telah menjadi istrinya? Apakah dia menganggap Narra hanya menginginkan uangnya saja? Hanya itu yang sempat Nesya tangkap.

Dengan kening yang berkerut dalam Nesya berkata dengan berani. “Bukankah sebelum menikah kamu sudah berpacaran dulu? Jika kamu tidak percaya pada kekasihmu lalu kenapa menikahinya?”

Alih-alih menjawab, Evan memilih bertindak sesuka hatinya dengan menyambar biibir ranum itu secara cepat seperti tengah menyalurkan emosinya. Nesya yang tubuhnya kecil di hadang oleh tubuh besar milik Evan tentu kesulitan meski sudah berusaha untuk memberontak. Pagutan itu terus berlanjut dan dengan cepat Evan membawa Nesya keatas tempat tidur hingga membuat Nesya memekik keras.

“Tunggu dulu! Kamu salah paham!” Nesya berteriak kuat ingin mengatakan bahwa dirinya bukanlah Narra, namun Evan terus membungkam bibiirnya namun kali ini dengan sedikit lembut, lembut hingga Nesya terhanyut juga. Nyatanya pesona Evan mampu menundukkan Nesya yang mempunyai hati sekeras batu.

Evan tak ingin melepas tautan bibiir keduanya entah sudah berapa lama sampai-sampai bibir Nesya terasa kebas. Nesya di dalam batinnya semakin ketakutan dan menyesal karena tidak berani menolak keinginan keluarganya hingga harus berada dalam situasi seperti sekarang. Meski Evan menganggap dirinya adalah istrinya, akan tetapi karena bagi Nesya dirinya bukanlah wanita yang namanya telah diucapkan oleh Evan saat ijab qabul itu, dia pun merasa harus mencegah terjadinya perbuatan dosa.

Namun ketika Nesya melihat ada sedikit celah untuk menghindar, Evan malah kian menekannya hingga terpojok.

“Oh, sial!”

Saat itu juga Nesya langsung teringat pada sebuah percakapannya yang berlangsung bersama sahabatnya, Sifa, di suatu sore sehabis mencuri dua buah mangga muda untuk mereka rujak, mangga milik tetangga Nesya, meski tahu namun nenek tua pemiliknya membiarkan saja.

“Ketika malam pertama itu, kita perempuan pasti kesakitan sekal,” terang Sifa.

“Sakit? Apanya?” Nesya bertanya dengan mulut penuh, wajahnya meringis karena menahan rasa kecut namun bisa membuat rasa ketagihan itu.

“Ini, punya kita yang sakit!” Sifa menjawab sambil menunjuk ke bawah.

Nesya mengikuti arah telunjuk Sifa sebentar lalu kembali menatap sahabatnya itu. “Sok tahu, kamu. Tahu dari mana? Kalau sakit kenapa banyak yang suka?”

Sifa pun semakin semangat menerangkannya, “Aku tahu dong, apalagi kalau punya laki-laki itu besar, bisa menyebabkan sobek dan berdarah-darah!” Gadis itu sampai memeragakan kedua tangannya seperti menunjukkan sesuatu yang besar.

Nesya terbelalak sampai membayangkan yang tidak-tidak, dasar Sifa selalu saja bisa lebih tahu banyak ketimbang dirinya.

Sifa terkekeh melihat ekspresi wajah yang Nesya tampilkan, dia tahu kalau Nesya pasti sedang membuat bayangan seperti apakah malam pertama versi ceritanya itu.

“Kamu penasaran kan?” Sifa menggoda.

“Tidak!” Dengan cepat Nesya menjawab.

Sifa mendekati Nesya, semakin dekat hingga mereka duduk sangat rapat, lalu ia berbisik. “Nanti kalau diantara kita ada yang menikah lebih dulu, aku atau kah kamu harus menceritakan bagaimana proses malam pertama kita, ya! Aku yakin itu pasti seru! Hahaha!”

“Dasar sinting!” Seru Nesya sambil menoyor kepala Sifa.

Detik ini juga perkataan Sifa itu terbukti benar adanya, namun malam pertama Nesya ini tak akan pernah ia ceritakan kepada siapapun apalagi kepada Sifa, karena malam ini adalah malam paling mengerikan bagi dirinya. Tak hanya tubuhnya yang sakit namun juga seluruh hati dan jiwanya.

Evan menuntaskan keinginannya dengan penuh kemenangan, lelaki itu merebahkan tubuhnya ke samping lalu dengan mudahnya terlelap.

Sedangkan Nesya yang mirip seperti patung hidup itu mengangkat satu tangannya lalu menutupi mata menggunakan lengan kanannya. Setelah itu barulah ia menangis sejadi-jadinya, menangis tanpa suara yang menandakan kalau dirinya tengah merasakan sakit hati yang sesakit-sakitnya.

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Nesya Ngidam
47 Pijat
48 Petuah Ibu Mertua
49 Akulah Istrinya!
50 Profil Tunangan Evan
51 Tiduri Aku
52 Gaya Renang Nesya
53 Tamu Evan
54 Honey?
55 Nesya Genit
56 Evan Cemburu
57 Panggilan Sayang
58 Sayangku
59 Tamu Rosaline
60 Nesya dan Evan Mulai Akur
61 Gagal Main-mainan
62 Pertemuan Rival
63 Lanjutan Flashback
64 Narra Ditangkap Polisi
65 Keributan
66 Kerepotan Evan
67 Membawa Nesya Pulang
68 Baikan
69 Hukuman untuk Fira dan Edward
70 Nesya Bantu Evan Kerja
71 Pesan Dari Narra
72 Nesya vs Fira
73 Evan Murka
74 Pesta di Villa
75 Amukan Evan
76 Keputusan Narra
77 Bercerai
78 Evan Selingkuh?
79 Evan Menolak Nesya
80 Jaga Jarak
81 Evan Sehat
82 Malam Panas
83 Interogasi
84 Kehidupan Narra
85 Calon Pengantin Baru
86 Ulang Tahun Evan
87 Mengharukan
88 Happy Wedding, Narra
89 Anak Haram?
90 Keluarga Kecil yang Nyaris Sempurna
91 Ke Rumah Kinan
92 Evan yang Kaya
93 Surat Misterius
94 Evan Jahat
95 Diduga Pengirim Surat Misterius
96 Mantan Nesya
97 Curiga
98 Rio?
99 Pilihan Rio
100 Ternyata
101 Pesona Rio
102 Semangatnya Calon Ibu
103 Akhir Baskara
104 Di Rumah Sakit
105 Rio Datang Membawa Racun
106 Detik-detik
107 End
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Nesya Ngidam
47
Pijat
48
Petuah Ibu Mertua
49
Akulah Istrinya!
50
Profil Tunangan Evan
51
Tiduri Aku
52
Gaya Renang Nesya
53
Tamu Evan
54
Honey?
55
Nesya Genit
56
Evan Cemburu
57
Panggilan Sayang
58
Sayangku
59
Tamu Rosaline
60
Nesya dan Evan Mulai Akur
61
Gagal Main-mainan
62
Pertemuan Rival
63
Lanjutan Flashback
64
Narra Ditangkap Polisi
65
Keributan
66
Kerepotan Evan
67
Membawa Nesya Pulang
68
Baikan
69
Hukuman untuk Fira dan Edward
70
Nesya Bantu Evan Kerja
71
Pesan Dari Narra
72
Nesya vs Fira
73
Evan Murka
74
Pesta di Villa
75
Amukan Evan
76
Keputusan Narra
77
Bercerai
78
Evan Selingkuh?
79
Evan Menolak Nesya
80
Jaga Jarak
81
Evan Sehat
82
Malam Panas
83
Interogasi
84
Kehidupan Narra
85
Calon Pengantin Baru
86
Ulang Tahun Evan
87
Mengharukan
88
Happy Wedding, Narra
89
Anak Haram?
90
Keluarga Kecil yang Nyaris Sempurna
91
Ke Rumah Kinan
92
Evan yang Kaya
93
Surat Misterius
94
Evan Jahat
95
Diduga Pengirim Surat Misterius
96
Mantan Nesya
97
Curiga
98
Rio?
99
Pilihan Rio
100
Ternyata
101
Pesona Rio
102
Semangatnya Calon Ibu
103
Akhir Baskara
104
Di Rumah Sakit
105
Rio Datang Membawa Racun
106
Detik-detik
107
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!