"Mau apa lo bocah!!" sentak salah satu abang-abang tadi.
"Mau ngambil jatah juga dong!" balas laki-laki yang di ketahui Naya bernama Gavin.
"Astaga kirain mau nolongin, tapi malah nambah beban" batin Naya setelah mendengar pernyataan Gavin barusan.
Bukhh..
Suara pukulan tiba-tiba terdengar di di telinga Naya. Dan saat dia mencoba melihatnya, Gavin sudah tersungkur di jalan dengan sudut bibir yang sudah berdarah.
Naya kembali menunduk dan menutup matanya rapat-rapat karena tak berani melihat kelanjutan dari perkelahian mereka. Mendengar suara pukulan yang tak kunjung berhenti membuat Naya makin takut hingga seluruh tubuhnya gemetar. Bahkan saking takutnya Naya sampai hilang kesadaran dan pingsan.
°°
Saat Naya sadar dari pingsannya, dia sudah tidak berada di gang sempit tadi, melainkan di sebuah ruangan dan lebih tepatnya di sebuah kamar yang sangat berantakan.
Naya tentu saja langsung terduduk kaku, sekarang dia berada di tempat asing dan tidak ada satu orangpun yang berada disisinya. Naya mengalihkan pandangannya hingga dia tak sengaja melihat pantulan dirinya dari sebuah cermin besar yang berada di kamar itu.
Melihat dirinya yang sudah tidak memakai jilbabnya, Naya langsung menarik selimut yang menutupi tubuhnya untuk menutupi kepalanya. Saat ini dia harus segera keluar dari kamar ini, karena bisa saja tempat ini berbahaya untuknya.
Naya beranjak turun dari kasur dengan posisi selimut yang masih berada di kepalanya untuk jaga-jaga, manatahu ada laki-laki yang bukan mahram nya berada disini juga.
Saat Naya ingin membuka pintu kamar tersebut, tiba-tiba pintunya sudah terbuka dari luar. Naya seketika langsung mundur beberapa langkah untuk menjauh dari sosok yang sekarang tengah berdiri di hadapannya ini, dia Gavin.
"Udah bangun ternyata, sekarang bilang rumah lo dimana? Biar gue anterin!" ujar Gavin.
Bukannya malah menjawab pertanyaan Gavin, Naya malah berbalik membelakangi Gavin, membuat yang di belakangi langsung mengerutkan alisnya keheranan.
"Lo kenapa? Takut?"
"....."
"Tenang aja, gue ga ngapa-ngapain lo kok. Tadi lo pingsan dan gue gabisa bawa lo ke rumah sakit, soalnya kalau gue bawa lo kesana yang ada guenya yang di obatin karena bonyok gini" jelas Gavin.
Naya kembali berbalik dan menghadap ke Gavin, dia mengamati luka-luka yang masih berbekas di wajah laki-laki tampan itu.
"Ga perlu minta maaf, gue udah biasa kok bonyok gini!" sahut Gavin seakan bisa membaca pikiran Naya.
"Sekarang ayo gue anterin pulang, nanti lo bisa di anggep cewek ga bener kalau lama-lama disini" ucap Gavin lalu beranjak keluar kamar.
"Tunggu" tahan Naya.
"Jilbabku ga ada, bisa pinjam hoodie kamu yang tadi buat nutupin kepala aku ga? " pinta Naya dengan suara pelannya tapi masih terdengar oleh Gavin.
Gavin menghela nafasnya kemudian beranjak ke lemari bajunya untuk mengambil hoodie dan memberikan nya pada Naya. Gavin pun langsung memilih keluar kamar karena tau Naya butuh ruang sendiri untuk memakai hoodie yang dia berikan.
Setelah Gavin keluar, Naya dengan sigap memakai hoodie Gavin. Naya tau hoodie pemberian Gavin inilah satu-satunya yang bisa dia harapkan untuk tetap menjaga auratnya, karena Gavin tidak mungkin memiliki jilbab seperti yang biasa dia pakai.
Setelah beberapa saat, barulah Naya ikut keluar kamar dan menemui Gavin yang sedang bersender di dinding menunggu nya sedaritadi.
"Udah? Ayoo" ajak Gavin dan Naya pun langsung mengikutinya.
°°
Sampai di gerbang bagian samping asrama, Gavin langsung ingin beranjak pergi pulang tapi Naya menahannya.
"Tunggu, aku ke dalem dulu buat ambil jilbabku. Aku bakalan balikin hoodie kamu" sahut Naya.
"Ga usah, simpen aja! Kalau ga mau simpen buang aja, gapapa" balas Gavin dan kemudian melanjutkan langkahnya.
Naya hanya bisa memandang punggung Gavin hingga menghilang dari belokan jalan, seharusnya dia berterimakasih pada Gavin tapi entah kenapa lidahnya terasa sangat kelu saat ingin mengucapkan kata terimakasih. Mungkin hal itu terjadi karena dia tidak terbiasa bicara dengan lawan jenisnya. Dengan langkah gontai Naya memasuki gerbang asramanya.
°°
Seminggu kemudian setelah insiden di gang sempit Naya dengan paksa di pulangkan kembali ke rumahnya, yaitu di rumah keluarga Abyasa. Keluarganya menjemput paksa dirinya di asrama.
Plakk..
Satu tamparan di layangkan ke pipi Naya, dan yang menamparnya adalah om Razak, suami dari tante Dita. Sakit, hanya itu yang di rasakan oleh Naya setelah mendapat tamparan itu, belum lagi tuduhan yang yang sangat kejam di berikan kepadanya.
"Saya dengan susah payah membesarkan kamu, tapi kenapa kamu malah mempermalukan keluarga? kenapa kamu selalu membawa kesialan untuk keluarga ini?!" pekik om Razak di tengah-tengah seluruh anggota keluarga Abyasa.
"Naya ga buat salah om, itu semua terjadi tanpa sengaja" bela Naya untuk dirinya sendiri, memang tak ada yang berani membela Naya bahkan tante Dita sekalipun. Tante Dita hanya bisa melihat Naya yang di hakimi dengan derai air matanya.
"Rupanya kamu masih punya nyali untuk membela diri" ujar om Razak kemudian ingin menampar Naya lagi, tapi untung saja kakek Wira segera menahannya.
"Sudahlah Razak, saya tau kamu yang membesarkannya tapi biar saya yang menyelesaikan masalah Naya kali ini!" ucap Kakek Wira dan langsunh meminta Naya untuk duduk di sampingnya.
Naya tentu saja menuruti perintah kakeknya, dia segera beranjak dari lantai dan duduk di samping kakeknya dengan air mata yang masih mengalir akibat mendapat tamparan keras dari om Razak. Yaa keluarga Absaya memang keras dalam mendidik, makanya jangan coba-coba membuat kesalahan.
"Kamu tau apa yang telah kamu lakukan Nayara?" tanya kakek Wira.
"Iyah kek, tapi itu bukan keinginan Naya" bela Naya lagi.
"Kamu taukan jika laki-laki dan perempuan yang bukan mahram berada di ruangan yang sama akan menimbulkan fitnah?" Naya mengiyakan ucapan kakeknya.
"Maka menikahlah dengannya!" finish Kakek Wira.
Semua anggota keluarga Abyasa yang berada disana tentu saja langsung kaget mendengar keputusan Kakek Wira, apalagi Naya yang sekarang sudah tidak bisa berkata-kata lagi.
Entah kenapa keluarga Abyasa kali ini hanya mementingkan nama baik mereka tanpa memperdulikan yang sebenarnya terjadi pada Naya. Padahal jelas-jelas mereka tau bahwa saat itu Naya hampir saja di perkosa oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Tapi hal itu sama sekali tak membuat mereka kasihan pada Naya dan malah menyuruhnya menikah dengan laki-laki yang sama sekali asing baginya. 'Tuhan apa lagi ini!'
Naya tau, tak ada gunanya membantah keputusan kakeknya, dia hanya bisa pasrah dan menerima takdir yang sudah di jatuhkan padanya. Sekuat apapun dia melawan itu tidak akan pernah cukup untuk melawan keputusan kakek Wira.
Seluruh ruangan hening, yang terdengar hanya suara tangisan Naya yang tak bisa dia tahan lagi. Beberapa anggota keluarga Abyasa juga sudah beranjak pergi dari ruang tengah, tempat mereka berkumpul.
"Ini semua kesalahanmu! jadi kamu harus menanggungnya sendiri. Sejak kecil kamu memang selalu membuat masalah" ucap om Razak kemudian beranjak pergi juga.
Tante Dita yang sedaritadi hanya bisa melihat Naya dari jauh akhirnya bisa menghampirinya dan langsung membawa Naya dalam pelukannya. Tante Dita mengusap lembut kepala Naya, dia merasa kasihan pada keponakannya ini.
Dia sangat paham dengan perasaan Naya saat ini, gadis kecilnya ini tentu saja membutuhkan sandaran untuk menghadapi beban barunya ini.
"Sabar yah nak, tante bakal tetap bantuin kamu apapun yang terjadi. Sekarang turuti saja permintaan kakek yah!" ucap tante Dita dan dengan terpaksa Naya mengangguk pasrah.
•••
jangan lupa kasih like dan komen yah, biar makin semangat nulis hehe :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Lina Aulia Hikmah
penasaran siii
2023-09-05
0
ilmaa W.N.L
seruu
2020-07-17
1
Tissa Tts
Penasaran
2020-06-23
2