4. Kenzo Atranendra [REVISI]

Vanes meresa ada yang salah dengan dirinya saat ini. Ada rasa hilang yang menjalar. Tapi Vanes tidak tahu apa itu.

Hari minggu di malam ini, Dylan mengajak keluarganya untuk bertemu dengan teman kantor Dylan. Kenzo namanya.

Seusai bersiap-bersiap dengan di bantu pengasuhnya [lebih untuk menemani Vanes karena takut kesepian], Vanes menggunakan gaun selutut berwarna hitam dengan motif bunga. Dilengkapi dengan hingheels yang tak terlalu tinggi berwarna abu-abu. Tak luput juga dengan tas selempang berwarna senada yang isinya hanya Handphone dan juga dompet.

"Nona muda terlihat sangat cantik!" Puji Sinta, pengasuhnya.

"Aku rasa ini terlalu berlebihan, Sinta!" Balas Vanes.

"Tidak juga, Non. Nona terlihat lebih dewasa." Ucap Sinta. "Apa Nona sudah punya kekasih?" Goda Sinta.

Seketika Vanes teringat dengan Juna. Lelaki yang dengan mudah masuk ke dalam hatinya. Seharusnya, Vanes sadar jika menjadi kekasih lelaki seperti Juna, suatu saat nanti dia akan di minta memenuhi kebutuhan biologisnya. Yap! Vanes harus sadar dengan itu!

"Nona? Nona muda baik-baik saja?"

Vanes mengerjap. "Aku belum memiliki kekasih, Sinta. Bagaimana denganmu?"

Sinta yang menyisir rambut majikan kecilnya hanya bisa tersenyum simpul. "Mana ada lelaki yang mau dengan saya, Non. Saya ini kan hanya kaum rendahan. Mana ada yang mau hehe."

"Bukankah kita semua di mata Tuhan itu sama?"

"Nona benar. Kita semua sama di mata Tuhan, Non. Hanya saja pandangan orang lain terhadap kita berbeda-beda." Sinta kembali tersenyum. "Saya juga tak pernah terpikir menjadi pengasuh Nona, tapi saya sangat bersyukur dapat majikan sebaik Nyonya Tasya."

"Yang baik adalah kamu, Sinta. Kamu lebih tua dariku. Tapi aku tidak menghormatimu. Malah kamu lah yang harus tunduk dan hormat kepadaku. Aneh bukan?" Ucap Vanes.

Sinta tertawa mendengar ucapan majikan kecilnya. "Itu karena posisi, Nona. Aku tidak apa harus begitu."

"SINTA! CEPAT BAWA PUTRIKU KE BAWAH!" Suara menggelegar Dylan terdengar.

"BAIK TUAN!" Balas Sinta. "Mari, Non. Nona sudah siap. Ayo saya antar ke bawah."

Vanes merasa dirinya begitu beruntung. Hati kecilnya seperti bisa merasakan apa yang di rasakan Sinta. Sinta berumur 20 tahun. Tapi dia harus jadi pengasuh karena ekonomi keluarga yang tak memadani.

***

Rumah tempat tinggal Kenzo sangat mewah. Semuanya di desain lengkap dan sangat indah. Jamuan yang di buat untuk menyambut Dylan benar-benar mewah.

"Selamat Malam Pak Dylan. Bagaimana kabar anda, Pak?" Tanya Kenzo dengan sopan.

"Tentu saja baik. Bagaimana dengamu, Kenzo?" Tanya Dylan.

"Sama seperti Pak Dylan."

Kenzo Atranendra. Lelaki ini umurnya hampir sama dengan Juna. Namun, Kenzo lebih berwibawa dari pada Juna. Lebih tampan dan lebih sopan.

Mata Kenzo beralih kepada Vanes. Senyum Kenzo dilayangkan untuk Vanes. "Siapa namamu?" Tanya Kenzo sambil mengulurkan tangannya.

Vanes membalas uluran tangan Kenzo. "Vanessa Angelica, Tuan Kenzo!"

"Vanessa Angelica ya? Akan selalu ku ingat namamu."

Kemudian orang yang ada di ruang tamu itu tertawa. Termasuk Dylan dan Tasya. Vanes hanya tersenyum kepada Kenzo sambil melepas tautan tangan mereka.

"Putrimu sungguh cantik, Pak Dylan!" Ucap Kenzo.

Dylan malah semakin tertawa. "Tentu saja. Kau mau melamarnya, Kenzo?"

"Tentu saja jika di perbolehkan. Hahaha." Kenzo tertawa diikuti dengan Dylan, Tasya dan Vanes.

Kesan pertama yang di dapat dari Kenzo selain berwiba, tampan dan sopan adalah humoris. Vanes nyaman di buat dengannya.

***

Selesai acara berkunjung, Mereka bertiga pamit pulang kepada sang Tuan Rumah. Kenzo nampak kecewa karena tamunya hanya berkunjung sebentar.

"Kami pamit dulu, Kenzo. Senang bisa berkunjung ke rumahmu. Semoga proyek yang kita jalankan dapat di selesaikan dengan cepat!" Kata Dylan sambil berdiri.

Tasya dan Vanes juga ikut berdiri sambil melemparkan senyuman mereka.

"Sepertinya anda harus sering-sering kesini, Pak. Saya senang dengan kunjungan anda." Ucap Kenzo. "Dan Vanes senang bisa berkenalan denganmu."

Vanes menunduk arogan. "Hal sama juga ku rasakan, Tuan Kenzo."

Kenzo tertawa. "Oh iya Nyonya Dylan. Senang sekali bisa merasakan teh buatan anda. Tak enak rasanya jika tamu membuat teh."

Tasya mengangguk. "Tidak masalah. Datanglah ke rumahku jika kau rindu dengan teh ku."

"Dengan senang hati, Nyonya Dylan.

"Baiklah Kenzo kita pamit."

"Hati-hati di jalan, Pak Dylan."

***

"Hati-Hati di sekolah, Sayang. Papa sudah mempercayakanmu kepada Kenzo. Nanti Kenzo akan menjemputmu karena dia juga ingin bertemu Papa." Ucap Dylan.

Vanes mengangguk patuh. "Iya Pa."

"Masuk sana!" Suruh Dylan.

Vanes mengangguk. Dia turun dari mobil Dylan kemudian masuk ke dalam sekolah. Sampai di kelas, Vanes menemukan Nesya yang sedang duduk berjauhan dengan Jihan. Mengingat Jihan, Vanes hanya tersenyum sinis.

"Vanes!" Panggil Jihan.

Seisi kelas pun langsung tertuju kepada meraka. Vanes tak menanggapi ucapan Jihan. Nesya berdiri. Kemudian berbisik kepada Vanes.

Vanes cukup terkejut dengan bisikan Nesya. Namun otaknya langsung menangkap kesempatan ini untuk pembalasan dendam. Nesya mengeluarkan amplop coklat kemudian memberikannya ke Vanes.

Vanes menunjukan smriknya. Hari ini Jihan akan mendapat dua kejutan dari seorang Vanessa Angelica. Foto Jihan dan Juna saat berdekatan. Ya. Juna. Dan Vanes juga akan menghakiminya nanti.

"Well." Vanes mengangkat amplop tersebut. "Ternyata kalian semua telah salah menganggap diriku ini perempuan pemuas nafsu. Kalian hanya perlu melihat foto ini untuk menunjukan jika kalian salah menganggap diriku ini."

Foto-Foto do hamburkan begitu saja ke arah teman-temannya. Tatapan terkeju dan shock menghiasi kelas.

"Ternyata pemuas nafsu itu adalah teman kita hahahaha." Vanes tertawa. Dia di butakan dengan balas dendam. "Teman kita yang berhijab ini ternyata adalah pemuas yang sebenarnya. Mari kita tepuk tangan."

"Gak nyangka aku sama Jihan."

"Pantes dia pakai hijab ternyata hanya untuk menutupi pekerjaannya selama ini!"

Jihan menggelengkan kepalanya. "Tidak! Kalian salah! Aku tidak seperti yang kalian pikirkan saat melihat foto itu."

Vanes mendekat ke arah Jihan yang di kerumuni teman-temannya. "Masih ingatkah kalian ketika mencemoohku? Aku hanya diam kan? Karena aku memang tak bersalah. Teman kita yang memakai hijab ini malah membantah padahal sudah udah ada bukti, karena mana ada maling mau mengaku maling. Dan mana ada pemuas mau mengaku pemuas."

Jihan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Tidak! Kalian hanya salah paham! Aku bukan seperti itu."

"Halah mengakulah!"

Kali ini Utari dan kedua dayangnya maju. "Rupanya ini akan di cicipi oleh Dani. Hahahaha."

Vanes juga ikut tertawa. Puas dia sekarang. Dendamnya sudah terbalaskan bahkan lebih. Tapi di masih merasaka kurang.

"Sayang banget hari ini Dani nggak masuk kelas." Imbuh Vanes yang terlampau bahagia.

Vanes mengisyarakat Nesya untuk membawa Jihan. Nesya dapat menangkap hal itu. Dia langsung menarik dan menyeret Nesya.

"Oke guys. Rupanya aku harus melakukan sesuatu." Ucap Vanes.

"Habisi dia saja." Celetuk Tirta.

"Tentu saja." Jawab Vanes.

Vanes keluar. Nesya dan Jihan sudah berada di luar. Jihan mencoba berontak dari Nesya. Vanes ikut menarik tangan Jihan.

"Aku akan menghakimimu, Jihan."

Terpopuler

Comments

Neneng Mulyani

Neneng Mulyani

waduh vanesa gitu dinasehatin ..malh jadi vila maklum yng jatuh cinta

2020-06-15

2

dewi

dewi

hhhhh ribet kan ..jihan salah lu juga nasehatin org jatuh cinta dengan frontal🤣🤣🤣🤣 tp kasihan juga denganmu

2020-06-13

2

Juwanti Rere

Juwanti Rere

taiii vanes murahan

2020-06-07

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!