C-4

Madiun

Nabila Putri Ardeliana, biasa dipanggil Nabila. Perempuan berusia 12 tahun yang tinggal di Madiun. Gelisah, ya itu lah yang ia rasakan saat ini. Dia tak mau meninggalkan sahabatnya dan tinggal di tempat yang tak tau dia akan bersama siapa disana. Kedua orang tuanya menyuruhnya untuk melanjutkan sekolah ke pondok pesantren. Sedangkan dia ingin bersama sahabat nya.

Sebenarnya dia tidak sendiri di pondok itu. Karena mbaknya sudah hampir 2 tahun disana. Terkadang ibunya juga mengajak Nabila untuk ikut bersamanya menjenguk mbaknya. Namun karena tugas sekolah yang selalu ada dan terkadang ada jam tambahan. Dia tidak pernah ikut ibunya.

Hanya ketika mbaknya pertama kali masuk pondok dia ikut untuk mengantar. Karena dia khawatir kalau mbaknya tak akan betah di sana. Namun perkiraan nya salah, mbaknya sangat betah disana. Katanya disana banyak teman, orangnya ramah dan baik-baik, dan masih banyak lagi alasan yang bikin mbak nya betah di sana.

Pon Pes Darul Syifa adalah salah satu pondok salafy dan modern di wilayah Ponorogo. Banyak santri yang berasal dari luar kota, bahkan ada juga yang berasal dari luar pulau. Di pondok itu tidak hanya diajarkan tentang kitab atau Alquran tapi juga di ajarkan pelajaran formal seperti sekolah pada umumnya. Hanya saja di pondok itu para santri diajarkan hidup mandiri dengan Akhlakul Karimah.

...........................................................

Nabila

Setiap hari aku selalu membantu ibu untuk membersihkan rumah. Seperti hari ini aku menyapu halaman rumah. Namun sebelum aku keluar aku di panggil ibu, jadi aku menghampiri ibu dulu.

"Dek jadi ikut ibu tidak?" tanya ibu saat Nabila sudah di sampingnya.

"Iya dong," jawab Nabila pasti.

"Kalau gitu habis nyapu nanti langsung siap-siap ya. Kita berangkat pagi aja, lagi musim hujan nanti kalau berangkat siang takutnya hujan," pesan ibu.

"Iya Bu, eh... Bu kalo aku mau ngajak Budi boleh tidak? Soalnya kemarin aku cerita sama dia kalau hari ini aku mau ke pondok menjenguk mbak," tanya ku.

"Tentu saja boleh," jawab ibu sambil tersenyum padaku.

"Ye.... kalau gitu aku nyapu dulu ya dan setelah itu aku ke rumah Budi untuk memberi tahunya," ucapku lagi.

"Iya, udah sana ke buru siang nanti," jawab ibu.

Aku pergi ke luar rumah untuk menyapu halaman. Halaman rumah ku cukup luas, bisa nampung 3 mobil bahkan masih sisa. Segera ku selesaikan tugasku. Ketika aku menyapu tiba-tiba Budi datang bersama adiknya yang paling kecil namanya Fina.

"Hai dek Fina, lagi apa dek?" tanya ku pada fina yang baru bisa jalan.

"Alan-alan agi," jawab nya Fina memang belum bisa berbicara fasih.

"Eh bil, Gimana aku boleh ikut jenguk mbak kamu tidak? Aku udah izin sama papa dan papa nyuruh bang Adit buat nganter kita," ucap Budi.

"Kata bunda tidak boleh tuh, lain kali aja,," jawabku.

Sekali-kali aku kerjain gak papakan ya,,

Batinku.

"GK percaya aku. Pasti kamu bohong kan!" ucap Budi.

" Enggak lah ngapain juga aku bohong sama kamu gak ada untungnya juga buat aku," jawabku masih belum mau jujur sama Budi.

" Halah aku mah udah hafal sama kamu. kamu pasti bohong kan! Dan mau ngerjain aku, iya kan?"

"Enggak, Fina percaya tidak sama mbak?" ucap ku yang melihat Fina hanya memperhatikan kami.

Fina pun mengangguk dan memelukku.

"Fina masih kecil Bil, lagi kamj tuh dari kecil udah sama aku. Dari bangun tidur sampai tidur lagi. Dan yang ngasuh kita juga sama. Jadi apapun tentang kamu, aku udah hafal. Kamu tidak usah bohong sama aku. Sekarang kamu jawab jujur atau ...... " ucap Budi.

Budi tidak melanjutkan ucapannya, namun ia berjalan menghampiri aku dan Fina. Ia berjalan pelan-pelan mendekati ke kami dan tiba-tiba memisahkan Fina dari ku. Tak cukup sampai di situ, dia mengelitukiku sambil menggendong Fina.

"Ok... ok.... aku.... ngaku deh.....,"

"Mengaku kenapa?"

"ka... ka...kamu boleh ikut..."

Mendengar jawaban ku barusan, ia pun berhenti menggelitik ku. Setelah ku pastikan ia agak menjauh dari ku. Aku lanjutkan kata-kata ku lagi.

"Tapi....."

"Apalagi kamu mau aku gelitikin lagi,"

"Enggak lah, bantu aku nyapu dulu supaya cepet selesai,"

"Ye elah. Iya deh aku bantu, aku ambil sapu dulu. Kamu awasi Fina dulu!"

Budi pun segera menurunkan Fina dan pergi untuk mengambil sapu. Sedangkan Fina bermain bersama kucing ku.

Tak butuh waktu lama, Budi sudah kembali lagi ke halaman. Kami berdua akhirnya membersihkan halaman rumah ku berdua dengan Fina yang bermain-main dengan kucing ku.

Beberapa saat kemudian halaman sudah nampak bersih karena di kerjakan berdua yang biasanya membutuhkan waktu lama untuk membersihkan halaman ini. Setelah halaman bersih kami mengembalikan perlengkapan menyapu kami. Dan setelah semua tertata rapi, Budi dan Fina pamit pulang untuk bersiap-siap.

Budi, dia adalah sahabat terbaik ku. Sejak keluarga nya pindah ke Madiun. Dia selalu dititipkan kepada ibu. Karena mamanya bekerja di salah satu rumah sakit umum. Dan papanya seorang pengacara hebat. Sejak usia 3 tahun dia beserta keluarga nya pindah ke Madiun. Dan aku serta Budi di didik dan di besarkan oleh ibuku. Ketika Budi berusia 7 tahun dia punya adik laki-laki dan beberapa tahun yang lalu dia juga punya adik lagi yaitu Fina. Fina sangat dekat dengan ku, karena dia selalu di ajak Budi kalau Budi kerumahku. Rumah kami bersampingan hanya terbatasi tembok. Jadi tak heran kalau Budi sering main ke rumah ku.

Back to story

Di Rumah Nabil

Setelah Budi dan Fina pulang, Nabila segera masuk ke rumah. Ia juga bergegas untuk siap-siap untuk ikut ibu.

"Udah siap belum dek!" panggil ibu dari luar kamar.

"Bentar Bu," jawab Nabila.

Nabila yang mendengar panggilan sang ibu langsung mempercepat kegiatannya. Dan sebelum ia keluar dari kamar, Budi sudah datang.

"Assalamualaikum....." ucap Budi.

"Wa'alaikumsalam...., eh Budi. Sudah siap kamu nak?" tanya ibu.

"Iya Bu. Nabila mana Bu?"

"Masih siap-siap dikamarnya, kamu lihat Nabila dan suruh dia untuk segera. Ibu mau bawa barang-barang ini keluar dulu,"

" Baiklah, Saya kesana ya Bu"

"Ya....."

Ibu pun bergegas keluar membawa beberapa barang yang akan ia bawa. Sedangkan Budi, ia segera menuju kamar Nabila.

Baru aja Nabila mau keluar, tiba-tiba Budi masuk. Untungnya Nabila masih di depan kaca, belum di depan pintu. Kalau saja ia sudah di depan pintu mungkin saja ia akan kepentok pintu.

"Eh....., kamu tuh kebiasaan deh. Kalau mau masuk kamar orang tuh ketuk pintu beri salam. Bukan main masuk aja," ucap Nabila.

"Gak papa dong, aku kayak gini cuman ke kamu aja... ha... ha... ha..." jawab Budi sambil tertawa.

"Gak papa - gak papa, maksud kamu apa. Habis kebentur tuh kepala, kita tuh dah gede bukan anak-anak lagi,"

"MI aja belum lulus juga kok, berarti kita belum gede. Kita masih anak-anak,"

"Terserah kamu deh, aku tak mau debat dengan kamu. Minggir kamu aku mau keluar," ucap Nabila sambil berusaha menggeser tubuh Budi yang menghalangi pintu.

"Ya.... Ya.... Jangan marah dong, aku kan tak sengaja. Lain kali aku ketuk pintu dulu deh"

"Terserah"

"Bil"

"Apa sih"

"Maafin dong" sambil pasang muka melas.

"Iya, aku maafin tapi kalau kamu ulangi kesalahan yang sama Gak Bakal Aku Maafin Kamu"

"Janji gak bakal ulangi kesalahan yang sama"

"Udah-udah kita berangkat sekarang yuk" lerai ibu.

"Ayo..." jawab ku dan budi.

.....

Memang Nabila dan Budi terkadang beradu argumentasi gak jelas, saling usil, dan banyak kebiasaan yang mereka lakukan. Banyak teman-teman yang menganggap mereka itu pacaran. Tapi mereka udah punya prinsip sejak mereka kecil bahkan sebelum mereka punya banyak teman dan sekolah.

Prinsip mereka sama yaitu;

Pertama. Mereka bakal turuti apapun perintah orang tua masing-masing, selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Kedua. Tidak akan mengecewakan orang tua kita dan tidak akan bikin mereka sedih gara-gara tingkah laku mereka.

Ketiga. Apapun yang akan terjadi dimasa depan, mereka bakal jadi sahabat sejati selamanya.

Keempat. Walau banyak lawan jenis yang suka sama mereka, mereka tidak akan pacaran.

Entah kepikiran apa kok bisa mereka bikin prinsip itu. Walau itu prinsip tidak di tulis seperti surat wasiat atau pun yang lain. mereka selalu ingat akan ke empat prinsip itu.

....

Tak butuh waktu lama-lama karena jarak rumah ke pondok tidak jauh. 40 menit perjalanan mereka sudah sampai. Ibu pamit untuk memanggil mbak sedangkan yang lain menunggu mereka di luar mobil. Beberapa menit kemudian ibu datang bersama mbak.

Begitu Nabila melihat mbaknya, dia langsung memeluknya. Nabila sangat merindukan mbaknya, karena terakhir mereka bertemu dengan saat idul Fitri kemarin. Itupun tak lama, lebaran ke 15 mbaknya sudah balik lagi ke pondok.

Kami mencari tempat duduk yang nyaman. Karena hari ini memang hari libur di pondok, jadi banyak santri yang juga di jenguk oleh keluarga nya. Kita sedikit berputar-putar mencari tempat yang nyaman.

Setelah menemukan tempat yang nyaman kami segera duduk. Mbak mulai bercerita tentang kehidupan di pondok. Nabila hanya mendengar dan bertanya beberapa yang tak ia ketahui. Begitu pun dengan yang lain, sesekali menyela.

Setelah cukup lama mereka berbincang-bincang, Nabila mengajak Budi untuk berkeliling pondok. Budi pun mengiyakan ajakan Nabila.

Mereka berdua berkeliling pondok. Melihat-lihat seperti keadaan pondok. Pondok ini cukup luas dan banyak penghuninya. Hampir di setiap sudut yang mereka lewati pasti mereka berpapasan dengan orang. Entah mereka yang sedang berkumpul dengan keluarga atau berkumpul dengan teman sesama santri.

Setelah puas mereka kembali karena sudah merasa capek berkeliling. Mereka pun kembali ke tempat tadi. Dan sampainya mereka disana, ibu mengajak untuk pulang.

Nabila lihat mbaknya, dia seakan tak mau di tinggal ibu. Dalam batin Nabila, Apa akuakan seperti itu ketika aku sudah disini nanti?.

Desty (mbak dari Nabila) merasa adiknya memperhatikannya. Ia segera melepas pelukannya dengan dan ibu dan beralih menghampiri sang adik.

"Dek...., kamu tak akan menyesal kalau mondok di sini. Dan kamu bakal nyesel kalau kamu sekolah di luar sana. Pergaulan di luar terlalu bebas. Mbak tunggu kehadiran kamu di sini." ucap Desty.

" Iya mbak,"

"Ya udah kita pulang sekarang, nanti keburu hujan udah mendung," ucap ibu.

"Iya Bu," jawab Nabila.

"Hati-hati ya, jagain adik ku baik-baik awas kalau kamu bikin dia sedih!" pesan mbak pada Budi.

"Tenang mbak, aku gak bakal bikin dia sedih. Malah dia bikin aku sedih, karena aku gak bisa jailin dia lagi kalau dia udah di sini,"

"Hu..... dasar,"

"He.... He..... He..... "

" Kita pulang dulu mbak, jaga diri mu baik-baik di sini"

"Siap Bu"

"Assalamualaikum........" ucap kami bareng

"Wa'alaikumsalam..... hati-hati ya" jawab mbak

Terpopuler

Comments

IntanhayadiPutri

IntanhayadiPutri

Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku

TERJEBAK PERNIKAHAN SMA

makasih 🙏🙏

2020-12-21

0

Septi Haopilah

Septi Haopilah

coba Lo gue nya di ganti thor biar enak d bacanya lagian ini kan novel islami,semangat thor

2020-05-02

4

Afrinaldi Tanjung

Afrinaldi Tanjung

pengen baca, tp bhs nya gue lo.
nga enak banget bacanya, padahal ini novel yg msuk kategori islami

2020-04-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!