Surabaya
Rumah keluarga Abraham Rianto Putra
"Gilang, ayo kita sarapan dulu!" panggil mama saat melihat Gilang berjalan menuruni tangga.
"Iya Ma," jawab Gilang sambil berjalan menghampiri keluarganya yang sudah berkumpul di ruang makan, kecuali sang kepala keluarga.
" Pagi semua!" sapa Gilang setelah sampai di ruang makan. Ia segera duduk di tempat yang biasa ia gunakan.
"Pagi juga Kakak ku yang tampan," balas bunga (adik Gilang) yang duduk di samping Gilang.
"Ini mama udah buat nasi goreng kesukaan kamu," ucap mama setelah Gilang duduk. Ayu memberikan piring yang sudah berisi nasi goreng buatannya kepada Gilang. Karena memang tinggal dia yang terakhir masuk ke ruang makan.
" Papa mana ma?" tanya Gilang yang tidak melihat keberadaan sang Papa.
"Udah berangkat dari tadi. Biasalah pagi-pagi udah ada yang harus ditangani," jawab mama seadanya.
"O, kalau gitu aku bareng kamu ya Kak. Inikan hari pertama aku masuk sekolah, boleh ya Kak?" minta bunga pada Gilang
"Iya adekku tersayang" jawab Gilang.
Menurut Bunga, hanya Gilang yang bisa dimintai tolong untuk mengantar dirinya ke sekolah. Ke-dua kakaknya yang lain sudah tidak satu rumah lagi dengan mereka.
"Udah ngobrolnya! makan dulu nanti telat lagi," perintah mama
"Siap Ma," jawab Gilang dan Bunga secara bersamaan.
Setelah menjawab perintah dari mamanya, mereka segera menghabiskan sarapannya. Tak butuh waktu lama, mereka telah selesai sarapan. Mereka segera bangkit dan menghampiri sang mama.
"Ma, kami berangkat sekarang ya," ucap Gilang dan tak lupa untuk menyalimi tangan mama.
"Iya, hati-hati bawa motornya! Jangan ngebut-ngebut!" pesan mama.
"Siap mama, assalamualaikum..." ucap Gilang.
"Aku juga ma, mau berangkat sekarang," ucap Bunga dan melakukan hal yang sama dengan Gilang.
"Iya sayang, belajar yang rajin," pesan mama.
"Siap Ma, assalamualaikum..." ucap bunga sambil berjalan mengikuti kakaknya yang telah keluar lebih dulu.
.................. Sekolah .................
Motor sport berwarna merah berhenti di depan gerbang SMPN 1 Surabaya. Banyak mata yang ngelihat kearah motor tersebut. Dan kebanyakan dari mereka adalah kaum hawa.
Tak perlu heran dengan hal itu. Gilang sudah terbiasa dengan hal seperti itu, namun ia tidak pernah menanggapi mereka.
Bunga segera turun dari motor dan berdiri di samping sang kakak.
"Kak ngapin sih mereka kok lihatin kita? Gak nyaman deh dilihatin kayak gini," keluh Bunga. Yang merasa terus diperhatikan oleh setiap murid yang berada di sekitarnya. Bahkan yang udah di dalam sekolah ada yang rela untuk kembali lagi karena melihat banyak murid yang berhenti di depan gerbang dan sedang memperhatikan satu objek yang sama.
"Biarin aja dek, mereka tuh iri sama kamu yang cantik. Udah sana masuk! Kakak juga mau ke sekolah nih. Bentar lagi udah mau bel masuk," jawab Gilang.
Gilang tau se-isi sekolah bakal kayak gini kalau lihat Gilang, apalagi sekarang ia bersama dengan seorang perempuan. Seolah-olah dia sudah terbiasa dengan hal ini, hampir disetiap kunjungan dia ke sekolah yang pertama, ia akan mendapat respon yang sama seperti pagi ini. Awalnya dia terganggu, namun lama-kelamaan ia berusaha bersikap cuwek dan tak mau ambil pusing situasi seperti itu.
"Ya Kak. Aku masuk duluan kak, dan terimakasih atas tumpangannya. Kakak hati-hati di jalan, nanti tak usah dijemput," jawab Bunga.
"Siap tuan putri," jawab Gilang dengan seulas senyum untuk adiknya.
"Oh iya kalau ada yang macem2 sama kamu bilang ke kakak dan jangan deket sama cowok. Awas kalau kamu ketahuan pacaran! Gak kakak anggap adik lagi" sahut Gilang lagi sebelum ninggalin adiknya.
"Iya...iya... kakakku yg ganteng," jawab Bunga. Dan segera berjalan menuju ke gerbang sekolah.
Merasa tenang Gilang segera menghidupkan kembali motornya dan segera menjalankannya menuju SMAN 1 Surabaya yang memang tak jauh dari sekolah adiknya.
Gilang merasa sangat bersyukur karena Allah SWT telah memberinya otak yang cerdas, sehingga ia bisa lompat kelas. Saat SMP, Gilang hanya memerlukan waktu 2 tahun untuk menyelesaikan pendidikannya. Sehingga, tak heran sekarang ia sudah mau lulus SMA.
Banyak anak cewek yang suka dan tertarik dengan gilang, namun semua ia tolak karena gak mau nyakitin mereka dan gak mau kena sial. Dari kecil mama selalu ngatur2 hidup Gilang. Gak boleh gini lah, gak boleh main itulah, gak boleh deket sama cewek dan masih banyak lagi. Dan dia baru sadar ternyata dibalik itu semua mama udah tau yang akan terjadi sama dia. Kalau Gilang gak nurut pasti kena sial. Jadi sejak itu Gilang turuti semua yang mama perintahkan.
Setelah menempuh perjalanan yang tak begitu panjang. Akhirnya Gilang pun sampai di kelas 3 a MIPA, ia langsung saja masuk dan duduk di tempatnya. Sambil menunggu guru datang Gilang membaca ulang pelajaran yang akan diajarkan. Waktu itu sangat berharga buat Gilang, jadi ia tak mau sia-siakan begitu saja.Tak lama kemudian guru pun datang.
"Pagi anak-anak!" sapa seorang guru yang baru masuk ke kelas.
"Pagi juga Bu," jawab semua murid
"Kumpulin tugas yang ibu kasih kemarin!" perintah guru itu setelah duduk di kursinya.
Murid-murid pun maju untuk mengumpulkan tugas, kelas ini termasuk kelas unggulan jadi tiap hari pasti ada tugas. Menurut Gilang, hal itu tidak masalah. Karena tugas murid itu belajar dan di era sekarang kalau tidak dikasih tugas pada murid-murid akan susah untuk disuruh belajar. Pelajaran pun dimulai dan berjalan lancar.
Kring....
Kring....
Kring....
Bel istirahat berbunyi tak lama kemudian banyak anak2 yang berhamburan dari kelas. Gilang dan temen2 basketnya langsung ke lapangan basket. Setiap istirahat pasti mereka main basket di lapangan. Terkadang kalau libur mereka juga sering main basket di taman dekat rumah Gilang.
"Wah keren ya Gilang,"
"GK nyangka dia tambah cool kalau lagi main basket,"
"Gue mau dong jadi ceweknya,"
Dan entah apa lagi kata-kata yang terucap dari setiap siswi yang sedang melihat Gilang dan teman-temannya bermain basket. Terkadang sikap penonton yang seperti itu membuat mood Gilang hilang. Dia merasa terganggu dengan kata-kata penonton. Karena sudah tidak mood lagi untuk bermain, Gilang mengajak teman-temannya untuk beristirahat.
"Istirahat yuk!" ajak Gilang.
"Baru bentar juga kita main. Tar dulu ajalah," sahut Dimas
"Gue juga ikut istirahat deh," sahut Dilan.
"Ya udah deh terserah kalian. Yang mau istirahat ayo kita ke kantin," saran Gilang setelah melihat beberapa temannya yang nampak masih ingin bermain dan ada juga yang mau ikut beristirahat.
Gilang dan teman-temannya yang mau beristirahat segera beranjak ke pinggir lapangan dan berjalan menuju kantin.
Dilan merupakan salah satu BFF Gilang dari SMP sampai sekarang. Jadi, mereka udah tau sifat satu sama lain seperti apa. Dan ya gilang selalu berbagi apapun sama Dilan pun sebaliknya.
"Hai Kak!" sapa seorang perempuan yang tiba-tiba datang dan duduk deket Gilang.
"...." Gilang diam aja. Menurutnya, jika ada salah satu ditanggepin maka yang lain juga akan ikut-ikutan deketin Gilang. Sehingga, ia memilih untuk mendiamkan setiap murid perempuan yang berusaha mendekatinya.
Perempuan itu banyak bertanya dan ia menjawab pertanyaannya sendiri. Karena yang diajak ngobrol tidak mau menjawab, bahkan tidak tertarik sama sekali dengan kehadiran perempuan itu. Bahkan ia berdoa, semoga perempuan yang seperti dia tidak lagi mendekatinya karena ia benar-benar risih dengan kehadiran perempuan semacam dia.
Dilan yang notabene nya BFF Gilang, sesekali melirik interaksi kedua orang yang duduk di depannya. Lama-lama ia juga merasa bosan mendengar ocehan sang perempuan yang tak berhenti sama sekali. Dan setelah melihat respon yang diberikan oleh Gilang ia segera berinisiatif untuk mengusir perempuan.
"Masih banyak bangku yang kosong di sini, jadi bisakah kamu pindah dari bangku ini. Karena teman kita merasa terganggu dengan kehadiranmu," ucap Dilan yang melihat mood Gilang benar-benar sudah hampir hancur.
Tak mendapat respon yang baik dari Gilang dan juga teman-temannya, bahkan salah satu temannya terang-terangan mengusir dia. Perempuan itu segera berdiri dan meninggalkan bangku itu dengan wajah yang kesal.
Gilang bersama teman-temannya kembali menikmati waktu istirahatnya dengan tenang dan sesekali bergurau. Tak lama kemudian bel pertanda waktu istirahat telah usai berbunyi.
Kring...
Kring...
Kring...
Murid-murid pun segera beranjak dari kantin, demikian Gilang dan teman-temannya. Pelajaran berlangsung seperti biasa. Tak terasa waktu pulang pun datang, murid-murid berhamburan keluar dari kelas menuju parkiran dan ada juga yang menuju gerbang.
Gilang pun langsung ke parkiran dan melajukan motornya untuk segera pulang ke rumah. Ia langsung pulang karena badannya terasa sangat capek sehingga ia butuh istirahat. Perjalanan dari sekolah ke rumah cukup jauh butuh waktu 35 menit buat sampai di rumah.
"Assalamualaikum...." ucap Gilang saat masuk ke rumah.
Gak ada orang nih, kok gak ada yang jawab. Masa bodoh ah aku mau istirahat, badan rasanya capek banget. Batin Gilang.
Rumah nampak masih sepi, mungkin karena penghuninya masih sibuk dengan urusan masing-masing. Karena tak ada seorang pun yang ia lihat, Gilang segera naik ke atas menuju kamarnya. meletakkan tas di meja belajar dan sepatu di tempat nya. Dan tanpa ganti pakaian, ia langsung rebahan di kasur indahnya.
Dalam mimpi Gilang..............
"Assalamualaikum..." sapa ku
"Wa'alaikumsalam...." jawabannya
"Bolehkan aku duduk di samping mu? " tanya ku lagi
" Silahkan" jawab perempuan itu dan dia berdiri hendak pergi.
Melihat hal itu, langsung saja aku pegang tangan nya.
"Maaf kita bukan mahrom, tolong lepaskan tanganku dan izinkan saya pergi," jawanya sambil menunduk dan berusaha melepaskan tangannya yang aku pegang.
"Aku lepas tapi kita ngobrol dulu ya," pintaku berharap ia duduk kembali
"Maaf, saya tidak bisa," jawabannya
"Kenapa?, emmm... gini deh kamu duduk di bangku ini lagi dan aku duduk di bawah pohon itu," ucapku sambil nunjuk pohon yang tidak jauh dari kami berdiri.
Perempuan itu mencoba untuk mempertimbangkannya. Melihat pohon dan bangku itu bergantian. Dan akhirnya ia memutuskan untuk menerima ajakan Gilang.
"Iya," jawab perempuan itu pelan
Alhamdulillah, akhirnya dia mau mengobrol sama aku. Batin gilang
Kita pun bertukar banyak hal. Dia orangnya seru tidak seperti perempuan yang biasnya deketin aku. Orangnya sopan dan wajahnya cantik, bukan hanya wajahnya tapi juga hatinya. Wajahnya yang natural tanpa make up yang berlebihan membuanya terlihat begitu cantik. Kita terus ngobrol, sesekali kita juga tertawa. Dan pas lagi asyik-asyiknya ngobrol tiba-tiba aja gempa dan aku merasa ada yang memangil-manggil namaku.
"Kak Gilang bangun dah sore nih!" ucap Bunga sambil menggoyang-goyangkan tubuh sang kakak yang tak bangun-bangun.
"Kak, jangan kayak kebo deh. Ayo dong bangun!" ucapnya lagi lebih keras.
Gilang pun bangun dan ia baru sadar kalau yang barusan yang ia alami cuma mimpi. Bunga pergi setelah tau kalau kakaknya sudah bangun.
Melihat Bunga yang sudah beranjak keluar dari kamarnya. Gilang pun langsung pergi ke kamar mandi dan setelah itu solat ashar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Tita Miya
hai ka, aku udah like cerita kaka,, coba mampir ya ke cerita ku TERBUANG NYA MASA REMAJA dan PERSAHABATAN YANG ABADI 👍
2020-10-18
1
Hela Srimula
kran Surabaya, kok bahasan gitu amat thor, salah profensi ayo piye
2020-10-13
1
Herni Kurnianingsih
Bahasa nya jngn pke gue elo donk!! kesan nya kasar bnget..
2020-06-16
2