PS 4 - Tragedi Saling Siram

“Mbak, bangun, mandi yuk! Udah jam 3, nanti ramai kamar mandinya.” kata Farha.

Mendengar Farha yang tampak tak akan menyerah jika aku tidak bangun, aku pun bangun. Rasanya aku ingin sekali menjitak kepala Farha yang terus membangunkanku dengan mengatakan hal tak penting seperti ‘sudah jam 3’. Apa sebetulnya alasan dia mengajakku mandi jam 3 pagi? Dan apa pula maksudnya tentang kamar mandi akan ramai? Otakku berpikir cepat. Tiba-tiba terlintas di benakku sebuah film tentang santri yang harus antre tiap kali ingin mandi. Tidak, tidak.

“Lo gila ya? Ngapain lo bangunin gue jam segini? Kalo lo mau mandi, mandi aja sana jangan ajak-ajak gue!” kataku, kesal. Aku pikir ini adalah respons yang wajar, karena tidak ada manusia di dunia ini yang mau dibangunkan jam 3 pagi hanya untuk mengantre mandi. Bahkan, dulu saat aku mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), aku dan teman-temanku baru dibangunkan jam setengah 6.

Setelah puas mengomel. Aku memutuskan untuk menghempaskan tubuhku lagi ke kasur, namun sialnya aku lupa kalau punggungku tak pernah mencecap manisnya rasa kasur di sini. Sebab, yang menyambut punggungku hanyalah tikar tipis dan bantal.

Buggg!

Astaga! Punggungku! -teriakku dalam hati.

Ingin rasanya aku memekik kesakitan, namun aku begitu malu. Tindakan yang bisa ku lakukan saat ini adalah menaikkan selimut dan tidur.

BYUUURRR!

“Anjirrrr! Ngapain lo nyiram gue?” teriakku pada seorang santri yang menggunakan mukena berenda hijau yang baru saja menyiramku pakai air. Aku mengusap wajahku kasar. Lalu menatapnya tajam.

“Mohon maaf, Mbak. Kami sudah membangunkan Mbak dari tadi tapi Mbak ndak juga bangun. Di sini aturannya seperti ini, kalau ndak bisa dibangunkan dengan cara baik-baik, saya siram.” kata Si Renda Hijau.

“Emangnya lo siapa berani nyiram gue?” tanyaku, dengan emosi.

“Pengurus, Mbak.” katanya dengan wajah tanpa dosa yang membuatku muak.

“Lo itu cuma pengurus! Asal lo tau ya, nyokap gue aja gak pernah nyiram gue kalo gue bangun jam 12 siang! Dan sekarang? Elo yang cuma pengurus yang gue gak tau apa istimewanya berani nyiram gue pake air?” tanyaku dengan penuh emosi.

Apapun alasannya, aku tidak terima diperlakukan seperti ini. Aku anggap tindakannya begitu semena-mena dan mesti kuberi pelajaran. Aku bangkit lalu menarik tangannya, “Ikut gue lo!”

Aku berniat membawanya ke kamar mandi yang berada di lantai bawah. Gayung yang tadi ada di tangannya sudah berpindah ketanganku.

Aku menyeretnya menuruni tangga, santri-santri yang lain mengikutiku. Penasaran dengan apa yang terjadi. Di perjalanan, salah satu santri menyerukan sesuatu pada Si Renda Hijau dengan menggunakan bahasa Jawa, lalu dibalas Si Renda Hijau. Ntah apa yang dikatakannya, santri yang bertanya langsung pergi meninggalkan kami. Aku melirik sekilas raut Si Renda Hijau, mukanya pucat pasi dengan air mata berderai, tangannya yang berada dalam genggamanku bergetar. Dalam hati aku mengejeknya, cengeng sekali. Mana sosoknya yang sok pemberani seperti tadi?

Tak lama kemudian kami berdua yang masih diikuti oleh santri-santri kepo sampai di lantai dasar. Pondok ini memiliki satu lantai dasar yang dijadikan tempat mandi (sebelah kanan) dan tempat mengambil wudu (sebelah kiri). Kedua tempat ini di pisahkan oleh satu kolam panjang. Di kamar mandi ini, tak ada keran air, hanya ada paralon besar yang dilubangi di bagian depan tiap 30cm, lubang ini yang nantinya digunakan untuk mengambil air wudu, yang disumpal dengan plastik saat tidak digunakan.

Aku menarik Si Renda Hijau ke dalam satu bilik kamar mandi. Dia terlihat sangat ketakutan. Meski kulihat jelas, namun aku tetap tidak menghiraukannya. Biarlah ini menjadi pelajaran untuknya agar tidak merasa sok berkuasa.

“Maaf, Mbak, sakit.” Rintih Si Renda Hijau saat aku semakin kuat mencengkram lengannya.

Tanpa menghiraukan rintihannya, aku mengguyurnya dengan air. Kini, tangisnya pecah dan dia sesengukan meringkuk sambil jongkok. Saat aku hendak menyiramnya lagi, tanganku ditahan oleh seseorang. Lalu sebelum aku melihat siapa yang menahanku, aku ditarik keluar bilik.

“Lepas! Lepasin!” teriakku, mencoba memberontak.

“Mbak, sudah keterlaluan!” teriak santri yang tak lagi asing bagiku. Dia adalah Si Renda Merah yang kemarin malam membawaku ke Rumah Umi.

“Heh! Lo lagi-lo lagi! Temen lo duluan tuh yang nyiram gue! Gue gak salah, kenapa lo narik-narik gue?” kataku, membela diri.

“Arum itu cuma mau bangunin Mbak yang ndak mau bangun!” kata Si Renda Merah. Meski ia sangat marah, dia tetap mengontrol emosinya.

Adzan subuh pun berkumandang. Si Renda Merah melepaskan tanganku, lalu hendak membawa Si Renda Hijau, sambil berseru, “Semuanya ke Masjid sekarang! Yang masih di sini saya takzir!”

Mendengar kata takzir semua santri pergi. Ntah apa hebatnya kata itu hingga santri begitu takut ketika mendengarnya.

Saat semuanya pergi, Si Renda Merah menatapku tajam, kali ini kubalas dengan tatapan santai. Aku melirik tangannya yang mulai ia genggam kuat sampai kuku-kuku jarinya memutih, “Mbak Nindy, silakan mandi sekarang juga. Saya permisi dulu.” katanya lalu pergi bersama Si Renda Hijau. Dia tidak mengucap salam. Mungkin itu bentuk kemarahannya.

Aku hanya mengangkat bahu, tak acuh. Dengan keadaanku yang separuh basah, akupun kembali ke kamar. Aku harus mandi jika tidak mau sakit. Sakit hanya memperlambat proses bunuh diri. Di perjalanan, beberapa santri yang melihatku langsung buru-buru masuk kamar. Mungkin di benak mereka aku adalah monster menakutkan yang harus dihindari.

“Mbah Nindy, Mbak ndak papa?” tanya Farha, sedikit mengagetkan.

“Lo gak ke Masjid?” tanyaku, bingung.

“Anu Mbak, aku, aku bolos, takut Mbak kenapa-kenapa.” kata Farha. Dia celingak-celinguk seperti maling yang takut ketahuan.

Aku membuka lemari pakaian yang memang sudah menjadi milikku saat pertama kali aku datang ke sini. Tapi setelah aku membuka lemari itu. Aku terkejut.

“Apa-apaan nih kok lemari gue isinya baju ginian semua?” teriakku. Farha menghampiriku. Sepertinya hanya Farha yang akan tidak takut padaku.

“Itu memang baju Mbak kok, aku sendiri yang keluarkan dan lipat baju Mbak dari koper yang Mamanya Mbak bawa.” kata Farha. Dia mendekatiku. Aku juga tidak bisa menyalahkannya. Karena ini semua pasti rencana Mama.

“Lo ke Masjid aja deh sana!” kataku.

“Tapi..” Farha terlihat keberatan.

“Lo mau ke Masjid atau mau gue siram kayak si Arum-Arum itu?” tanyaku, ketus. Aku tidak mau dia ikut-ikutan menjadi nakal gara-gara aku. Dosaku sudah terlalu banyak dan aku tidak mau menambahnya dengan membawa pengaruh buruk untuk Farha. Cukup aku.

“Eh, iy-iya mbak, aku ke Masjid dulu. As-salamu ‘alaikum.” kata Farha. Bergegas pergi. Ternyata dia juga memiliki rasa takut kepadaku.

Terpopuler

Comments

Rozekhien☘️

Rozekhien☘️

cerita nya bagus banget to tlong diperhatiin typo nya y Thor 🙏biar enak lgi bacanya banyak yg salah contohnya sambil tp nulis nya sambal🙏

2022-12-01

0

Akhmad Khumaedy

Akhmad Khumaedy

wah nakal bgt, tp realitanya nya emang kadang ada yg seperti itu d ponpes

2021-08-27

0

Nafiza

Nafiza

masuk banget kedalam ceritamu Thor...
keren...👍

2021-06-23

0

lihat semua
Episodes
1 PS 1 - Di Balik Jendela
2 PS 2 - Salah Sasaran
3 PS 3 - Pengaduan
4 PS 4 - Tragedi Saling Siram
5 PS 5 - Tingkah Aneh Farha
6 PS 6 - Pertama Kali Mengaji
7 PS 7 - Antre Telepon
8 PS 8 - Pingsan Pembawa Harap
9 PS 9 - Suara Laknat
10 PS 10 - Murah Betul
11 PS 11 - Pingsan Lagi
12 PS 12 - Hadiah untuk Mama
13 PS 13 - Mencari Gus Faiz
14 PS 14 - Mata Pisau
15 PS 15 - Mengorek Informasi dari Farha
16 PS 16 - Gus Faiz Lovers
17 PS 17 - Rembulan
18 PS 18 - Syarat Mustahil
19 PS 19 - Awal yang Baru
20 PS 20 - Sedikit Perubahan
21 PS 21 - Gengsi Tingkat Dewa
22 PS 22 - Proses Menahan
23 PS 23 - Salah Paham
24 PS 24 - Hukuman
25 PS 25 - Pascahukuman
26 PS 26 - Pertemuan
27 PS 27 - Pipi Merah Arum
28 PS 28 - Obat Terjaga
29 PS 29 - Pemilik Suara Merdu
30 PS 30 - Si Santri Menyebalkan
31 PS 31 - Isi Surat
32 PS 32 - Dilema
33 PS 33 - Klarifikasi
34 PS 34 - Sosok Misterius
35 PS 35 - Janji Aaron
36 PS 36 - Bayangan Ilham 1
37 PS 37 - Bayangan Ilham 2
38 PS 38 - Bayangan Ilham 3
39 PS 39 - Diam Tetap Lebih Baik
40 PS 40 - Hilangnya Uang Supri
41 PS 41 - Pahlawan Kesiangan
42 PS 42 - Gagal Bertemu Aaron
43 PS 43 - Sidang
44 PS 44 - Mimpi
45 PS 45 - Pencarian
46 PS 46 - Sidang Kedua
47 PS 47 - Pembelaan Kak Ulfa
48 PS 48 - Balok
49 PS 49 - Menahan Senyum
50 PS 50 - Dokter Spesial
51 PS 51 - Persiapan
52 PS 52 - Awal Perjalanan
53 PS 53 - Identitas Aaron
54 PS 54 - Stasiun
55 PS 55 - Tempat Sembunyi
56 PS 56 - Taman Lampion
57 PS 57 - Jalan Terbaik
58 PS 58 - Ketenangan Sesaat
59 PS 59 - Mendapatkan Ingatan
60 PS 60 - Kebenaran
61 PS 61 - Saling Memaafkan
62 PS 62 - Mia
63 PS 63 - Surat dari Aaron
64 PS 64 - Kepergian Gus Faiz
65 PS 65 - Masalah Terakhir di Pondok
66 PS 66 - Hari Kelulusan
67 PS 67 - Perpisahan
68 PS 68 - Lamaran
69 PS 69 - Persiapan
70 PS 70 - Kebahagiaan
71 PS 71 - EPISODE SPESIAL TERAKHIR
72 PENGUMUMAN
73 BEYOND BLASSED
74 PS2. 1 – Pengantin Baru
75 PS2. 2 – Ponsel
76 PS2. 3 - Tiga Alasan
77 PS2. 4 - Masak Memasak
78 PS2. 5 – Nasihat Sebelum Menikah
79 PS2. 6 - Menikahi Bidadari
80 PS2. 7 - Tempat Hatiku Bermuara
81 PS2. 8 - Menata Masa Depan
82 PS2. 9 - Pertemuan Tak Terduga
83 PS2. 10 - Diorama
84 PS2. 11 - Salah Paham
85 PS2. 12 - Rahasia Kak Ulfa
86 PS2. 13 – Rumah Baru
87 PS2. 14 - Isi Percakapan
88 PS2. 15 - Sarapan untuk Suami
89 PS2. 16 - Begitu Sempit
90 PS2. 17 – Serpihan Masa Lalu
91 PS2. 18 - Sang Penggoda
92 PS2. 19 - Akal Bulus Tak Berujung Baik
93 PS2. 20 - Semanis Ingatan Kita 1
94 PS2. 21 - Rencana Tanpa Persiapan
95 PS2. 22 - Katidaksengajaan yang Menyebalkan
96 PS2. 23 - Semanis Gula
97 PS2. 24 - Perjalanan Panjang
98 PS2. 25 - Pertemuan Tak Terduga
99 PS2. 26 - Meledak
100 PS2. 27 - Awal Besar Sebuah Dendam
101 PS2. 28 - Trauma Rumah Sakit
102 PS2. 29 - Berdamai dengan Masa Lalu
103 PS2. 30 - Kesembuhan Marsya
104 PS2. 31 - Di Balik Pernikahan Farha
105 PS2. 32 - Pertemuan Pertama dengan Farha
106 PS2. 33 - Kejahatan yang Tertanam
107 PS. 34 - Dalang Sabotase
108 PS2. 35 - Mual yang Aneh
109 PS2. 36 - Kabar Gembira
110 PS2. 37 - Rahasia Umum
111 PS2. 38 - Akulah Tungku Tanpa Api
112 PS2. 39 - Keberanian yang Ntah datang dari Mana
113 PS2 40 - Pancingan Berbisa
114 PS2 41 - Penjemputan Secara Paksa
115 PS2 42 - Pulang dan Kembali
116 PS2 43 - Farha yang Malang
117 PS2 44 - Keromantisan Si Balok Es
118 PS2 45 - Haidar, Ghifari, dan Zahra
119 PS2 46 - Singa Betina
120 PS2 47 - Keajaiban Sebuah Ketulusan
121 PS2 48 - Salah Sangka
122 PS2 49 - Dia adalah Suamiku
123 PS2 50 - Terbang ke Angkasa
124 PS2. 51 - Permohonan Maaf Kak Ulfa
125 PS2. 52 - Kedatangan Anak Bi Darsih
126 PS2 53 - Mendadak Reuni
127 PS2. 54 - Kembali Bersama
128 PS2. 55 - Kejujuran Arum
129 PS2. 56 - Bersama Marsya
130 PS2. 57 - Firasat Buruk Tak Berarti
131 PS2. 58 - Kecurigaan
132 PS2. 59 – Pilihan yang Buruk
133 PS2. 60 - Kelahiran
134 PS2. 61 - Kelahiran Haidar
135 PS2 62 – Kembali ke Rumah Mama
136 PS2 63 – Pernikahan Kak Ulfa
137 PS2. 64 - Pertengkaran Kecil
138 PS2 65 – Marsya dan Haidar
139 PS2 66 - Ulang Tahun Haidar
140 PS2. 67 - Kemunafikan
141 PS2 68 - Kebenaran yang Menyesakkan
142 PS2 69 - Ternoda
143 PS2 70 - Ingatan Kosong
144 PS2 71 - Memori yang Kembali
145 PS2 72 - Episode Terakhir
Episodes

Updated 145 Episodes

1
PS 1 - Di Balik Jendela
2
PS 2 - Salah Sasaran
3
PS 3 - Pengaduan
4
PS 4 - Tragedi Saling Siram
5
PS 5 - Tingkah Aneh Farha
6
PS 6 - Pertama Kali Mengaji
7
PS 7 - Antre Telepon
8
PS 8 - Pingsan Pembawa Harap
9
PS 9 - Suara Laknat
10
PS 10 - Murah Betul
11
PS 11 - Pingsan Lagi
12
PS 12 - Hadiah untuk Mama
13
PS 13 - Mencari Gus Faiz
14
PS 14 - Mata Pisau
15
PS 15 - Mengorek Informasi dari Farha
16
PS 16 - Gus Faiz Lovers
17
PS 17 - Rembulan
18
PS 18 - Syarat Mustahil
19
PS 19 - Awal yang Baru
20
PS 20 - Sedikit Perubahan
21
PS 21 - Gengsi Tingkat Dewa
22
PS 22 - Proses Menahan
23
PS 23 - Salah Paham
24
PS 24 - Hukuman
25
PS 25 - Pascahukuman
26
PS 26 - Pertemuan
27
PS 27 - Pipi Merah Arum
28
PS 28 - Obat Terjaga
29
PS 29 - Pemilik Suara Merdu
30
PS 30 - Si Santri Menyebalkan
31
PS 31 - Isi Surat
32
PS 32 - Dilema
33
PS 33 - Klarifikasi
34
PS 34 - Sosok Misterius
35
PS 35 - Janji Aaron
36
PS 36 - Bayangan Ilham 1
37
PS 37 - Bayangan Ilham 2
38
PS 38 - Bayangan Ilham 3
39
PS 39 - Diam Tetap Lebih Baik
40
PS 40 - Hilangnya Uang Supri
41
PS 41 - Pahlawan Kesiangan
42
PS 42 - Gagal Bertemu Aaron
43
PS 43 - Sidang
44
PS 44 - Mimpi
45
PS 45 - Pencarian
46
PS 46 - Sidang Kedua
47
PS 47 - Pembelaan Kak Ulfa
48
PS 48 - Balok
49
PS 49 - Menahan Senyum
50
PS 50 - Dokter Spesial
51
PS 51 - Persiapan
52
PS 52 - Awal Perjalanan
53
PS 53 - Identitas Aaron
54
PS 54 - Stasiun
55
PS 55 - Tempat Sembunyi
56
PS 56 - Taman Lampion
57
PS 57 - Jalan Terbaik
58
PS 58 - Ketenangan Sesaat
59
PS 59 - Mendapatkan Ingatan
60
PS 60 - Kebenaran
61
PS 61 - Saling Memaafkan
62
PS 62 - Mia
63
PS 63 - Surat dari Aaron
64
PS 64 - Kepergian Gus Faiz
65
PS 65 - Masalah Terakhir di Pondok
66
PS 66 - Hari Kelulusan
67
PS 67 - Perpisahan
68
PS 68 - Lamaran
69
PS 69 - Persiapan
70
PS 70 - Kebahagiaan
71
PS 71 - EPISODE SPESIAL TERAKHIR
72
PENGUMUMAN
73
BEYOND BLASSED
74
PS2. 1 – Pengantin Baru
75
PS2. 2 – Ponsel
76
PS2. 3 - Tiga Alasan
77
PS2. 4 - Masak Memasak
78
PS2. 5 – Nasihat Sebelum Menikah
79
PS2. 6 - Menikahi Bidadari
80
PS2. 7 - Tempat Hatiku Bermuara
81
PS2. 8 - Menata Masa Depan
82
PS2. 9 - Pertemuan Tak Terduga
83
PS2. 10 - Diorama
84
PS2. 11 - Salah Paham
85
PS2. 12 - Rahasia Kak Ulfa
86
PS2. 13 – Rumah Baru
87
PS2. 14 - Isi Percakapan
88
PS2. 15 - Sarapan untuk Suami
89
PS2. 16 - Begitu Sempit
90
PS2. 17 – Serpihan Masa Lalu
91
PS2. 18 - Sang Penggoda
92
PS2. 19 - Akal Bulus Tak Berujung Baik
93
PS2. 20 - Semanis Ingatan Kita 1
94
PS2. 21 - Rencana Tanpa Persiapan
95
PS2. 22 - Katidaksengajaan yang Menyebalkan
96
PS2. 23 - Semanis Gula
97
PS2. 24 - Perjalanan Panjang
98
PS2. 25 - Pertemuan Tak Terduga
99
PS2. 26 - Meledak
100
PS2. 27 - Awal Besar Sebuah Dendam
101
PS2. 28 - Trauma Rumah Sakit
102
PS2. 29 - Berdamai dengan Masa Lalu
103
PS2. 30 - Kesembuhan Marsya
104
PS2. 31 - Di Balik Pernikahan Farha
105
PS2. 32 - Pertemuan Pertama dengan Farha
106
PS2. 33 - Kejahatan yang Tertanam
107
PS. 34 - Dalang Sabotase
108
PS2. 35 - Mual yang Aneh
109
PS2. 36 - Kabar Gembira
110
PS2. 37 - Rahasia Umum
111
PS2. 38 - Akulah Tungku Tanpa Api
112
PS2. 39 - Keberanian yang Ntah datang dari Mana
113
PS2 40 - Pancingan Berbisa
114
PS2 41 - Penjemputan Secara Paksa
115
PS2 42 - Pulang dan Kembali
116
PS2 43 - Farha yang Malang
117
PS2 44 - Keromantisan Si Balok Es
118
PS2 45 - Haidar, Ghifari, dan Zahra
119
PS2 46 - Singa Betina
120
PS2 47 - Keajaiban Sebuah Ketulusan
121
PS2 48 - Salah Sangka
122
PS2 49 - Dia adalah Suamiku
123
PS2 50 - Terbang ke Angkasa
124
PS2. 51 - Permohonan Maaf Kak Ulfa
125
PS2. 52 - Kedatangan Anak Bi Darsih
126
PS2 53 - Mendadak Reuni
127
PS2. 54 - Kembali Bersama
128
PS2. 55 - Kejujuran Arum
129
PS2. 56 - Bersama Marsya
130
PS2. 57 - Firasat Buruk Tak Berarti
131
PS2. 58 - Kecurigaan
132
PS2. 59 – Pilihan yang Buruk
133
PS2. 60 - Kelahiran
134
PS2. 61 - Kelahiran Haidar
135
PS2 62 – Kembali ke Rumah Mama
136
PS2 63 – Pernikahan Kak Ulfa
137
PS2. 64 - Pertengkaran Kecil
138
PS2 65 – Marsya dan Haidar
139
PS2 66 - Ulang Tahun Haidar
140
PS2. 67 - Kemunafikan
141
PS2 68 - Kebenaran yang Menyesakkan
142
PS2 69 - Ternoda
143
PS2 70 - Ingatan Kosong
144
PS2 71 - Memori yang Kembali
145
PS2 72 - Episode Terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!