PS 3 - Pengaduan

Si Renda merah benar-benar membawaku ke rumah Abah Kyai. Rumah yang pertama kali kudatangi saat dipasrahkan oleh kedua orang tuaku. Aku tak mengerti arti pemasrahan itu. Karena interpretasiku sangatlah banyak, dari mulai sebuah simbol pengasingan, penitipan, melenyapkan, dan pembuangan.

Memikirkan itu membuatku betul-betul sakit hati. Kini aku kembali menatap Si Renda Merah. Sepertinya dia akan mengadukanku. Sebuah upaya yang sangat menyebalkan. Mengapa dia harus mengadu? Bukankah kita bisa selesaikan masalah tadi sendiri? Kami bisa berkelahi, saling jambak rambut dan saling melontar sumpah serapah. namun lihatlah. Dia lebih memilih jalan cupu. dengan mengadukanku.

Aku memandangnya sinis.

“As-salamu ‘alaikum, Umi.” salam, Si Renda Merah. Nada suaranya beda betul dengan saat berbicara padaku. Kali ini di sopan-sopankan. Sungguh, aku jadi muak melihat dia yang sok disopan-sopankan atau diumut-imutkan atau apalah itu.

“Wa ‘alaikumus-salam wa rahmatullahi wa barakatuh. ” jawab Umi. Aku tahu beliau Istri Kyai, karena tadi saat pertemuan keluarga beliau ada. Beliau mengamatiku lalu tersenyum lembut. Ntahlah, pokoknya berbeda sekali dengan semua orang yang kujumpai di pondok ini yang terus melihatku dengan tatapan seakan bilang ‘Dih, baju apaan tuh?’.

Melihat senyuman Umi yang begitu tulus, aku tersenyum tipis. Namun, aku buru-buru memalingkan wajahku karena takut terlihat. Tujuanku ke sini bukanlah untuk menjadi anak baik, namun tujuanku adalah mengakhiri hidup secepat mungkin. Diam-diam, jauh di dalam sana, aku teringat Mama. Ah, tidak, anggap saja aku tak pernah mengatakannya.

Si Renda Merah kini sedang mengadu menggunakan bahasa Jawa kepada Umi. Dari lama bicaranya, aku tebak dia mulai menceritakan semuanya. Dan dari caranya memeragakan beberapa gerakan aku jadi semakin yakin dia sedang membuatku bersalah di mata Umi. Aku mengusap telingaku panas. Tak lama kemudian Si Renda Merah berpamitan pada Umi dan keluar, aku buru-buru mengikutinya dari belakang.

“Nindy, tetap di sini, ya.” kata Umi. Langkahku otomatis terhenti. Beliau mengisyaratkan aku untuk duduk di sampingnya. Aku hanya menggauk tengkukku yang tidak gatal sama sekali, perasaanku tak enak.

“Apa Nindy tahu apa kesalahan yang baru aja Nindy buat?” tanya Umi lembut. Aku hanya mengangguk. Lalu beliau kembali berkata, “Jangan diulangi lagi, ya.”

“Maaf, tapi Nindy nggak mau janji, Umi.” kataku.

“Umi tahu Nindy anak baik.” kata Umi lagi, kali ini beliau memelukku.

“Enggak sebaik itu, Umi.” Ntah mengapa kalimat ini terucap begitu saja.

Umi tersenyum. “Nindy, belum salat Isya kan? Yuk, sholat bersama Umi.” kata Umi sambil bangkit berdiri. Mau tak mau aku mengikutinya. Beliau menyiapkan mukenah untuk kami. Lalu kami ke kamar mandi.

Sesampainya di kamar mandi yang cukup luas itu aku hanya menggaruk tengkukku yang tak gatal, sudah lama sekali aku tidak salat juga wudu. Jadi, aku lupa urutan gerakan wudu.

Aduh mati gue! Ini muka dulu baru kumur-kumur apa kuping dulu ya? -Batinku.

“Ikuti gerakan, Umi, ya.” kata Umi. Beliau mengambil wudu di keran air persis di sampingku. Kamar mandi ini kebetulan memiliki 3 keran air. Akupun mengikuti gerakan Umi.

Setelah selesai wudu. Umi mengajariku sholat. Setelahnya, kamipun sholat dengan Umi sebagai imam. Selesai sholat Umi memakaikanku jilbab. Aku diam saja, meski di dalam hati aku memikirkan nasib rambutku. Aku berani bertaruh jika setiap hari aku memakai kerudung atau mukena, rambutku yang rutin perawatan ini pasti akan rusak.

“Mulai besok kamu sholatnya di sini ya sama Umi.” kata Umi.

Mendengar kalimat itu aku segera ingin pergi dari sana. Jadi, aku bangkit berdiri lalu berpamitan, “Umi, Nindy pulang dulu. Bye Umi!” kataku. Langsung keluar.

“Tunggu!” sergah Umi. Saat aku menoleh, Umi memberiku isyarat untuk mendekat, akupun mendekati beliau lagi. Beliaupun berkata, “Bukan begitu cara berpamitan, cium tangan Umi terlebih dahulu lalu ucapkan As-salamu ‘alaikum bukan bye, ya.” kata Umi lagi. Lagi-lagi aku mengangguk.

Aku mencium tangan Umi, lalu berkata, “Salam, eh assalamu’alaikum.”

“Wa ‘alaikumus-salam wa rahmatullahi wa barakatuh.” jawab Umi, sambil tersenyum. Aku membalas senyum Umi sekilas, lalu pergi.

Setelah keluar dari Rumah Umi, aku mengerutkan kening mendapati sepasang high heels-ku sudah terparkir rapi di depan Rumah Umi. Sepertinya Si Renda Merah yang meletakkannya. Aku mengangat bahu, memakainya, lalu berjalan menjauhi Rumah Umi. Namun di pertigaan aku bingung. Kini, di hadapanku terpampang 3 pondok yang bentuk dan warnanya sama persis.

“Aduh, kenapa harus sesial ini si hidup gue?” kataku sambil memijit pelipisku.

“Arah jam 1.” suara itu lagi. Aku langsung berbalik, mencari keberadaan pemuda itu, namun tak ada siapapun. Aku pasti sudah gila. Tapi biarlah, akan aku ikuti suara aneh itu.

Aku mengarahkan kakiku, ternyata suara terkutuk itu menujukkan tempat yang benar. Ternyata, meski terkutuk, ia tetap berguna. Kukatakan betul karena dari dalam pondok Farha berlari ke arahku dengan raut khawatir.

“Ya Allah, Mbak, Mbak itu dari mana saja?” tanya Farha.

“Gue nyasar tadi, udah ah, anterin gue ke kamar, gue ngantuk!” kataku.

“Eh, anu Mbak, tapi masih ada satu kali ngaji lagi, Mbak” kata Farha takut-takut.

“Gue gak peduli.” Kataku langsung menerobos masuk. Mau tak mau Farha mengantarkanku ke kamar.

Sesampainya di kamar, sejenak aku mengamati tikar yang di atasnya diberikan bantal. Aku tebak ini adalah tempat tidurku. Untuk memastikan aku menoleh ke arah Farha, dia mengangguk mengerti. Seketika dadaku sesak, aku mulai membayangkan Kak Ulfa yang sedang tidur nyenyak di atas tempat tidur mewahnya. Membandingkan keadaan kami membuat kepalaku semakin pusing.

Di kamar, beberapa anak yang juga bersiap pergi mengaji mengajakku berbicara. Namun aku hanya bisa berkata, “Pergi! Gue mau tidur!”

Bukannya pergi, santri bernama Farha ini malah menghampiriku. Aku jadi kesal setengah mati, "Gue bilang pergi ya pergi! Lo punya kuping gak sih?"

"Tap-tapi..." Dia mencoba mengatakan sesuatu.

"Gue bilang pergi." kataku penuh penekanan.

Akhirnya diapun menurut dan pergi. Mengapa sulit betul menyuruhnya pergi? Padahal bila saja dia mau pergi saat kulontarkan seruan kalimat pergi pertama kali, dia tak perlu mendengar bentakan ku dan aku tak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengusirnya. Dasar aneh.

Aku tau aku tak tahu diri karena aku yang mengajak Farha masuk ke kamar namun aku pula yang menyuruhnya lekas pergi. Namun, biarlah demikian. Aku benar-benar tidak memperdulikan perasaannya. Meski ada terbesit sedikit rasa bersalah di dalam sana tapi aku mencoba membuatku biasa saja. Mungkin sikap yang seperti inilah yang membuatku bertahan hingga saat ini. Bisa ku katakan kearogananku merupakan sebuah betuk pertahanan.

Terpopuler

Comments

Adel Lia

Adel Lia

u the best thor'gk cerita disebalh gk dsini bner"bagus...😍😚

2021-08-04

0

Nafiza

Nafiza

seorang anak yg sedang mencari jati dirinya untuk mendapatkan pengakuan dari orang sekitar...

2021-06-23

0

💜☕ѕυℓιѕ☕💙

💜☕ѕυℓιѕ☕💙

sipp kakak... keren banget🤗

2021-02-23

0

lihat semua
Episodes
1 PS 1 - Di Balik Jendela
2 PS 2 - Salah Sasaran
3 PS 3 - Pengaduan
4 PS 4 - Tragedi Saling Siram
5 PS 5 - Tingkah Aneh Farha
6 PS 6 - Pertama Kali Mengaji
7 PS 7 - Antre Telepon
8 PS 8 - Pingsan Pembawa Harap
9 PS 9 - Suara Laknat
10 PS 10 - Murah Betul
11 PS 11 - Pingsan Lagi
12 PS 12 - Hadiah untuk Mama
13 PS 13 - Mencari Gus Faiz
14 PS 14 - Mata Pisau
15 PS 15 - Mengorek Informasi dari Farha
16 PS 16 - Gus Faiz Lovers
17 PS 17 - Rembulan
18 PS 18 - Syarat Mustahil
19 PS 19 - Awal yang Baru
20 PS 20 - Sedikit Perubahan
21 PS 21 - Gengsi Tingkat Dewa
22 PS 22 - Proses Menahan
23 PS 23 - Salah Paham
24 PS 24 - Hukuman
25 PS 25 - Pascahukuman
26 PS 26 - Pertemuan
27 PS 27 - Pipi Merah Arum
28 PS 28 - Obat Terjaga
29 PS 29 - Pemilik Suara Merdu
30 PS 30 - Si Santri Menyebalkan
31 PS 31 - Isi Surat
32 PS 32 - Dilema
33 PS 33 - Klarifikasi
34 PS 34 - Sosok Misterius
35 PS 35 - Janji Aaron
36 PS 36 - Bayangan Ilham 1
37 PS 37 - Bayangan Ilham 2
38 PS 38 - Bayangan Ilham 3
39 PS 39 - Diam Tetap Lebih Baik
40 PS 40 - Hilangnya Uang Supri
41 PS 41 - Pahlawan Kesiangan
42 PS 42 - Gagal Bertemu Aaron
43 PS 43 - Sidang
44 PS 44 - Mimpi
45 PS 45 - Pencarian
46 PS 46 - Sidang Kedua
47 PS 47 - Pembelaan Kak Ulfa
48 PS 48 - Balok
49 PS 49 - Menahan Senyum
50 PS 50 - Dokter Spesial
51 PS 51 - Persiapan
52 PS 52 - Awal Perjalanan
53 PS 53 - Identitas Aaron
54 PS 54 - Stasiun
55 PS 55 - Tempat Sembunyi
56 PS 56 - Taman Lampion
57 PS 57 - Jalan Terbaik
58 PS 58 - Ketenangan Sesaat
59 PS 59 - Mendapatkan Ingatan
60 PS 60 - Kebenaran
61 PS 61 - Saling Memaafkan
62 PS 62 - Mia
63 PS 63 - Surat dari Aaron
64 PS 64 - Kepergian Gus Faiz
65 PS 65 - Masalah Terakhir di Pondok
66 PS 66 - Hari Kelulusan
67 PS 67 - Perpisahan
68 PS 68 - Lamaran
69 PS 69 - Persiapan
70 PS 70 - Kebahagiaan
71 PS 71 - EPISODE SPESIAL TERAKHIR
72 PENGUMUMAN
73 BEYOND BLASSED
74 PS2. 1 – Pengantin Baru
75 PS2. 2 – Ponsel
76 PS2. 3 - Tiga Alasan
77 PS2. 4 - Masak Memasak
78 PS2. 5 – Nasihat Sebelum Menikah
79 PS2. 6 - Menikahi Bidadari
80 PS2. 7 - Tempat Hatiku Bermuara
81 PS2. 8 - Menata Masa Depan
82 PS2. 9 - Pertemuan Tak Terduga
83 PS2. 10 - Diorama
84 PS2. 11 - Salah Paham
85 PS2. 12 - Rahasia Kak Ulfa
86 PS2. 13 – Rumah Baru
87 PS2. 14 - Isi Percakapan
88 PS2. 15 - Sarapan untuk Suami
89 PS2. 16 - Begitu Sempit
90 PS2. 17 – Serpihan Masa Lalu
91 PS2. 18 - Sang Penggoda
92 PS2. 19 - Akal Bulus Tak Berujung Baik
93 PS2. 20 - Semanis Ingatan Kita 1
94 PS2. 21 - Rencana Tanpa Persiapan
95 PS2. 22 - Katidaksengajaan yang Menyebalkan
96 PS2. 23 - Semanis Gula
97 PS2. 24 - Perjalanan Panjang
98 PS2. 25 - Pertemuan Tak Terduga
99 PS2. 26 - Meledak
100 PS2. 27 - Awal Besar Sebuah Dendam
101 PS2. 28 - Trauma Rumah Sakit
102 PS2. 29 - Berdamai dengan Masa Lalu
103 PS2. 30 - Kesembuhan Marsya
104 PS2. 31 - Di Balik Pernikahan Farha
105 PS2. 32 - Pertemuan Pertama dengan Farha
106 PS2. 33 - Kejahatan yang Tertanam
107 PS. 34 - Dalang Sabotase
108 PS2. 35 - Mual yang Aneh
109 PS2. 36 - Kabar Gembira
110 PS2. 37 - Rahasia Umum
111 PS2. 38 - Akulah Tungku Tanpa Api
112 PS2. 39 - Keberanian yang Ntah datang dari Mana
113 PS2 40 - Pancingan Berbisa
114 PS2 41 - Penjemputan Secara Paksa
115 PS2 42 - Pulang dan Kembali
116 PS2 43 - Farha yang Malang
117 PS2 44 - Keromantisan Si Balok Es
118 PS2 45 - Haidar, Ghifari, dan Zahra
119 PS2 46 - Singa Betina
120 PS2 47 - Keajaiban Sebuah Ketulusan
121 PS2 48 - Salah Sangka
122 PS2 49 - Dia adalah Suamiku
123 PS2 50 - Terbang ke Angkasa
124 PS2. 51 - Permohonan Maaf Kak Ulfa
125 PS2. 52 - Kedatangan Anak Bi Darsih
126 PS2 53 - Mendadak Reuni
127 PS2. 54 - Kembali Bersama
128 PS2. 55 - Kejujuran Arum
129 PS2. 56 - Bersama Marsya
130 PS2. 57 - Firasat Buruk Tak Berarti
131 PS2. 58 - Kecurigaan
132 PS2. 59 – Pilihan yang Buruk
133 PS2. 60 - Kelahiran
134 PS2. 61 - Kelahiran Haidar
135 PS2 62 – Kembali ke Rumah Mama
136 PS2 63 – Pernikahan Kak Ulfa
137 PS2. 64 - Pertengkaran Kecil
138 PS2 65 – Marsya dan Haidar
139 PS2 66 - Ulang Tahun Haidar
140 PS2. 67 - Kemunafikan
141 PS2 68 - Kebenaran yang Menyesakkan
142 PS2 69 - Ternoda
143 PS2 70 - Ingatan Kosong
144 PS2 71 - Memori yang Kembali
145 PS2 72 - Episode Terakhir
Episodes

Updated 145 Episodes

1
PS 1 - Di Balik Jendela
2
PS 2 - Salah Sasaran
3
PS 3 - Pengaduan
4
PS 4 - Tragedi Saling Siram
5
PS 5 - Tingkah Aneh Farha
6
PS 6 - Pertama Kali Mengaji
7
PS 7 - Antre Telepon
8
PS 8 - Pingsan Pembawa Harap
9
PS 9 - Suara Laknat
10
PS 10 - Murah Betul
11
PS 11 - Pingsan Lagi
12
PS 12 - Hadiah untuk Mama
13
PS 13 - Mencari Gus Faiz
14
PS 14 - Mata Pisau
15
PS 15 - Mengorek Informasi dari Farha
16
PS 16 - Gus Faiz Lovers
17
PS 17 - Rembulan
18
PS 18 - Syarat Mustahil
19
PS 19 - Awal yang Baru
20
PS 20 - Sedikit Perubahan
21
PS 21 - Gengsi Tingkat Dewa
22
PS 22 - Proses Menahan
23
PS 23 - Salah Paham
24
PS 24 - Hukuman
25
PS 25 - Pascahukuman
26
PS 26 - Pertemuan
27
PS 27 - Pipi Merah Arum
28
PS 28 - Obat Terjaga
29
PS 29 - Pemilik Suara Merdu
30
PS 30 - Si Santri Menyebalkan
31
PS 31 - Isi Surat
32
PS 32 - Dilema
33
PS 33 - Klarifikasi
34
PS 34 - Sosok Misterius
35
PS 35 - Janji Aaron
36
PS 36 - Bayangan Ilham 1
37
PS 37 - Bayangan Ilham 2
38
PS 38 - Bayangan Ilham 3
39
PS 39 - Diam Tetap Lebih Baik
40
PS 40 - Hilangnya Uang Supri
41
PS 41 - Pahlawan Kesiangan
42
PS 42 - Gagal Bertemu Aaron
43
PS 43 - Sidang
44
PS 44 - Mimpi
45
PS 45 - Pencarian
46
PS 46 - Sidang Kedua
47
PS 47 - Pembelaan Kak Ulfa
48
PS 48 - Balok
49
PS 49 - Menahan Senyum
50
PS 50 - Dokter Spesial
51
PS 51 - Persiapan
52
PS 52 - Awal Perjalanan
53
PS 53 - Identitas Aaron
54
PS 54 - Stasiun
55
PS 55 - Tempat Sembunyi
56
PS 56 - Taman Lampion
57
PS 57 - Jalan Terbaik
58
PS 58 - Ketenangan Sesaat
59
PS 59 - Mendapatkan Ingatan
60
PS 60 - Kebenaran
61
PS 61 - Saling Memaafkan
62
PS 62 - Mia
63
PS 63 - Surat dari Aaron
64
PS 64 - Kepergian Gus Faiz
65
PS 65 - Masalah Terakhir di Pondok
66
PS 66 - Hari Kelulusan
67
PS 67 - Perpisahan
68
PS 68 - Lamaran
69
PS 69 - Persiapan
70
PS 70 - Kebahagiaan
71
PS 71 - EPISODE SPESIAL TERAKHIR
72
PENGUMUMAN
73
BEYOND BLASSED
74
PS2. 1 – Pengantin Baru
75
PS2. 2 – Ponsel
76
PS2. 3 - Tiga Alasan
77
PS2. 4 - Masak Memasak
78
PS2. 5 – Nasihat Sebelum Menikah
79
PS2. 6 - Menikahi Bidadari
80
PS2. 7 - Tempat Hatiku Bermuara
81
PS2. 8 - Menata Masa Depan
82
PS2. 9 - Pertemuan Tak Terduga
83
PS2. 10 - Diorama
84
PS2. 11 - Salah Paham
85
PS2. 12 - Rahasia Kak Ulfa
86
PS2. 13 – Rumah Baru
87
PS2. 14 - Isi Percakapan
88
PS2. 15 - Sarapan untuk Suami
89
PS2. 16 - Begitu Sempit
90
PS2. 17 – Serpihan Masa Lalu
91
PS2. 18 - Sang Penggoda
92
PS2. 19 - Akal Bulus Tak Berujung Baik
93
PS2. 20 - Semanis Ingatan Kita 1
94
PS2. 21 - Rencana Tanpa Persiapan
95
PS2. 22 - Katidaksengajaan yang Menyebalkan
96
PS2. 23 - Semanis Gula
97
PS2. 24 - Perjalanan Panjang
98
PS2. 25 - Pertemuan Tak Terduga
99
PS2. 26 - Meledak
100
PS2. 27 - Awal Besar Sebuah Dendam
101
PS2. 28 - Trauma Rumah Sakit
102
PS2. 29 - Berdamai dengan Masa Lalu
103
PS2. 30 - Kesembuhan Marsya
104
PS2. 31 - Di Balik Pernikahan Farha
105
PS2. 32 - Pertemuan Pertama dengan Farha
106
PS2. 33 - Kejahatan yang Tertanam
107
PS. 34 - Dalang Sabotase
108
PS2. 35 - Mual yang Aneh
109
PS2. 36 - Kabar Gembira
110
PS2. 37 - Rahasia Umum
111
PS2. 38 - Akulah Tungku Tanpa Api
112
PS2. 39 - Keberanian yang Ntah datang dari Mana
113
PS2 40 - Pancingan Berbisa
114
PS2 41 - Penjemputan Secara Paksa
115
PS2 42 - Pulang dan Kembali
116
PS2 43 - Farha yang Malang
117
PS2 44 - Keromantisan Si Balok Es
118
PS2 45 - Haidar, Ghifari, dan Zahra
119
PS2 46 - Singa Betina
120
PS2 47 - Keajaiban Sebuah Ketulusan
121
PS2 48 - Salah Sangka
122
PS2 49 - Dia adalah Suamiku
123
PS2 50 - Terbang ke Angkasa
124
PS2. 51 - Permohonan Maaf Kak Ulfa
125
PS2. 52 - Kedatangan Anak Bi Darsih
126
PS2 53 - Mendadak Reuni
127
PS2. 54 - Kembali Bersama
128
PS2. 55 - Kejujuran Arum
129
PS2. 56 - Bersama Marsya
130
PS2. 57 - Firasat Buruk Tak Berarti
131
PS2. 58 - Kecurigaan
132
PS2. 59 – Pilihan yang Buruk
133
PS2. 60 - Kelahiran
134
PS2. 61 - Kelahiran Haidar
135
PS2 62 – Kembali ke Rumah Mama
136
PS2 63 – Pernikahan Kak Ulfa
137
PS2. 64 - Pertengkaran Kecil
138
PS2 65 – Marsya dan Haidar
139
PS2 66 - Ulang Tahun Haidar
140
PS2. 67 - Kemunafikan
141
PS2 68 - Kebenaran yang Menyesakkan
142
PS2 69 - Ternoda
143
PS2 70 - Ingatan Kosong
144
PS2 71 - Memori yang Kembali
145
PS2 72 - Episode Terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!