MINTA IZIN

"Kamu gak berangkat sekolah Ma?” tanya Ninu masuk ke kamar adiknya “Ini sudah hampir jam 6 lho” lanjutnya.

“Ima gak enak badan teh,” jawab Ima.

“Kamu kenapa?” Ninu mengulurkan tangannya memegang dahi Ima “Kamu panas Ma!” Ninu memegang badan Ima. Badannya juga panas. “Teteh ambilkan minum ya,” lanjutnya khawatir.

Aduh bagaimana aku berangkat ke lio kalau Ima sakit, gumam Ninu. Dia tidak mungkin meninggalkan ibu dan Ima dalam keadaan sakit.

Ninu masuk kembali ke kamar adiknya sambil membawa segelas air putih. “Minumlah!” katanya lembut.

Ima bangun dan meminum air yang diberikan kakaknya. “Teteh gak kerja?” tanyanya

Ninu diam saja sambil menatap adiknya. Hatinya galau.

“Teteh kalau mau berangkat kerja kerja saja, Ima gak kenapa-napa kok,” suara Ima pelan.

“Hari ini teteh libur aja, biar bisa jagain ibu sama kamu,” jawab Ninu “Sudah jangan banyak ngomong, tidur aja lagi. Nanti teteh belikan obat di warung,” lanjutnya.

Ima nurut, dia membaringkan kembali badannya. Dia menatap Ninu yang pergi keluar kamar. Dia tahu keadaan keluarganya, perjuangan kakaknya, dan itu membuat matanya menangis. Kasian teteh, bisiknya.

Setelah dua hari akhirnya Ima membaik dan Ninu sudah bekerja kembali. Hari ini sepulang dari lio dia akan membantu bibinya di kampung sebelah untuk menjemur padi.

“Assalamualaikum bi,” sapa Ninu ketika melihat bibinya sedang meratakan gabah di atas lantai semen.

“Waalaikumsalam, eh… Ninu, sini Nin!” jawab bi Tati melambaikan tangannya. “Bagaimana kabar ibu dan adikmu? Sehat?” imbuhnya.

“Alhamdulillah bi,” jawab Ninu tersenyum tipis.

“Syukurlah… sudah lama bibi tidak bertemu dengan ibumu. Bagaimana penyakitnya, apa sudah membaik?”

“Begitulah bi, kadang kumat,” jawab Ninu enggan.

Mereka mengobrol sambil mulai memindahkan padi dari karung ke atas lantai semen lalu meratakannya.

Bi Tati adalah adik ayah Ninu. Walaupun suami bi Tati kerja serabutan juga seperti ayah Ninu tapi mereka hidup lebih baik karena dia punya sawah dan kebun yang digarap sendiri bersama suaminya. Kalau musim panen begini biasanya Ninu mendapat jatah beras dari bi Tati walaupun tidak banyak.

“Bi…” suara Ninu ragu-ragu.

“Ya, ada apa Nin?” tanya bi Tati.

“Ehm…”

“Ada masalah?”

“Ah… tidak jadi bi.”

“Eh…kenapa tidak jadi? Ngomong aja ke bibi, ada apa?”

Ninu terdiam ragu.

“Ninu ingin pergi ke kota bi. Pengen kerja di sana,” suara Ninu hampir tidak terdengar, membuat bi Tati menghentikan aktivitasnya dan menatap Ninu

“Maksudnya?”

“Ninu ingin bekerja di kota bi,” suaranya lebih jelas sekarang.

“Lantas ibu dan adikmu bagaimana?” tanya bi Tati “Lagian gak mudah Nin untuk dapat pekerjaan di kota. Kamu sekolah aja cuma sampai SMP. Mau kerja apa di kota dengan ijasahmu itu? Hidup di kota itu keras Nin, persaingan tinggi dan rasa kekeluargaannya kurang. Apa kamu sanggup?” tanya bi Tati bertubi-tubi.

“Pamanmu dan mendiang ayahmu sering bekerja di kota jadi kuli bangunan, mereka tau bagaimana kerasnya hidup di sana,” imbuhnya.

“Tapi Ninu tidak bisa terus-menerus begini bi. Ninu ingin menyekolahkan Ima sampai sukses. Ninu juga ingin bawa ibu berobat biar bisa sembuh,” isak Ninu.

Bi Tati berjalan mendekati Ninu, merangkul bahunya sambil berkata “Bibi ngerti Nin, tapi kamu harus memikirkan itu masak-masak. Jangan sampai menyesal nantinya.”

“Apa bibi mau membantu Ninu?” mata Ninu menatap penuh harapan.

“Apa yang bisa bibi lakukan?” tanya bi Tati.

“Kalau Ninu nanti kerja di kota, apa bibi bisa sekali-kali nengokin ibu dan Ima?” kembali suara Ninu penuh harap pada bibinya.

“Inshaallah Nin, itu bukan hal yang sulit,” jawab bi Tati tersenyum, membuat hati Ninu lega, "Terima kasih ya bi. Ninu senang mendengarnya,” senyum Ninu menghiasi wajahnya.

Walaupun hanya sebuah janji dan belum pasti kapan dia akan berangkat ke kota, tapi jawaban bibinya membuat hatinya tenang.

“Ninu…..kamu ditanyain Agis tuh!” suara Dinda membuyarkan fokus Ninu yang sedang menjemur pakaian di halaman rumahnya. Ya, hari ini sepulang dari lio Ninu kerja di rumah bu Komar.

“Eh… Neng Dinda bikin kaget aja,” jawab Ninu tersenyum.

“Makanya jangan ngelamun kalau lagi kerja,” Dinda terkekeh.

“Barusan Neng Dinda bilang apa?”

“Kamu ditanyain Agis,” jawab Dinda “Katanya kamu mau ikut Agis kerja di kota ya?”

“Kok Neng Dinda tau?”

“Taulah, kan Agis cerita. Kata Agis, kamu mau gak kerja di toko sepatu, mumpung lagi ada yang butuh pegawai tuh.”

“Kapan Agis bilang begitu Neng?”

“Dari kemarin dia udah ngasih tau. Barusan kan telponan sama aku, dia ngomong lagi tuh,” jawab Dinda “Mau gak?” desak Dinda.

Ninu terdiam. Harus bagaimana? Mendadak seperti ini? Apa ibu akan mengijinkannya? Apa Ima bisa ditinggal sendiri? Banyak sekali pertanyaan di kepala Ninu.

“Ish…malah ngelamun!” seru Dinda.

“Maaf Neng…” Ninu menunduk.

“Kalau mau, nanti aku bilangin ke Agis. Kalau kamu gak mau ya aku bilangin juga sih hehe…” suara Dinda selalu penuh keceriaan “Banyak lho orang yang cari kerja, bukan cuma kamu aja, jadi harus cepat. Kalau mau bilang mau kalau gak ya gak, jangan berlama-lama.”

“Mau neng, bilangin ke Agis saya mau,” spontan jawaban Ninu membuat dia kaget sendiri, tapi tidak ingin meralatnya.

“Oke, nanti aku bilangin ke Agis ya… dadah…” Dinda berlalu masuk ke dalam rumah, sementara Ninu berdiri mematung memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ada rasa khawatir menghinggapi hatinya, tapi ada sebersit rasa bahagia dan harapan di sana.

“Bu, ibu sudah makan?” tanya Ninu.

Malam ini Ninu bertekad akan memberitahu ibu tentang rencananya untuk ikut Agis bekerja di kota. Kalau ibu tidak menginjinkan, dia akan berusaha menjelaskan alasan dan impiannya. Ninu sangat berharap ibu bisa memahami keinginannya.

“Sudah Nin, tadi disiapin sama Ima,” jawab ibu “Kamu kayak ada masalah Nin,” selidik ibu.

“Ah gak ada bu, masalah apa,” elak Ninu.

“Tapi wajahmu itu kayak ada yang mau diomongin,” ibu masih penasaran.

“Bu…” perlahan suara Ninu, "Ibu tau tidak, Ninu selalu memimpikan kita bisa hidup bahagia, ibu sehat, Ima sekolah tinggi dan punya pekerjaan yang baik, tidak seperti Ninu, bu!” suara Ninu tegas, menunjukkan isi hatinya yang mantap.

“Kamu ngomong apa sih, ibu sudah sehat. Ima juga sedang sekolah," jawab ibu menghela nafas “Kamu cape ya Nin?” kemudian ibu menatap Ninu dengan mata sendu “Maafkan kami ya nak, menjadi beban di pundakmu membuat kamu harus kerja keras,” mata ibu mulai berkaca-kaca membuat mata Ninu juga ikut berkaca-kaca.

“Kenapa ibu minta maaf, ibu gak salah. Ninu gak keberatan kok kerja seperti ini,” jawab Ninu “Justru Ninu merasa bersalah karena belum bisa membahagiakan ibu dan Ima.”

“Bu, Ninu ingin punya pekerjaan yang lebih baik dari sekedar membuat bata, mencuci baju dan membersihkan kebon. Ninu ingin punya gaji yang besar supaya bisa bawa ibu berobat dan bisa buat bayar sekolah Ima,” Ninu sudah tidak bisa lagi menahan air matanya.

“Bu… ijinkan Ninu kerja di kota ya,” pintanya memelas, membuat ibu membulatkan mata.

“Kamu mau pergi ke kota? Dengan siapa? Kerja apa?” pertanyaan ibu beruntun.

“Iya bu, Ninu mau ikut kerja sama Agis, kakak kelas Ninu waktu SMP,” jawab Ninu “kata Agis ada lowongan kerja jadi pelayan di toko sepatu.”

“Agis? Agis anaknya pak Syarif bukan? Bukannya mereka sudah tidak tinggal di sini Nin?” tanya ibu lagi.

“Iya bu, mereka sudah pindah ke kota. Ninu ketemu Agis waktu Dinda tunangan beberapa minggu yang lalu,” jawab Ninu, “Agis nawarin Ninu untuk kerja di kota bu. Katanya kita bisa mendapat penghasilan bukan hanya dari satu pekerjaan saja, asal mau dan rajin juga hemat kita bisa punya uang banyak,” ucap Ninu bersemangat.

“Nah, kebetulan sekarang lagi ada lowongan kerja di toko sepatu dan Agis menawarkannya ke Ninu,” lanjut Ninu “Bu… ijinkan Ninu pergi ke kota, ya!”

“Ninu ingin hidup kita menjadi lebih baik bu, tidak begini terus,” pintanya penuh harap.

Ibu hanya diam mendengarkan. Hatinya penuh sesak dengan segala perasaan.

⚘⚘⚘⚘

Happy reading semuanya....

😍😍😍😍😍😍

Terpopuler

Comments

R. Yani aja

R. Yani aja

semoga Ninu dapat kerjaan yang lebih baik...

2022-09-13

0

@♕🍾⃝𝙾ͩʟᷞıͧvᷠεͣᵉᶜw⃠❣️

@♕🍾⃝𝙾ͩʟᷞıͧvᷠεͣᵉᶜw⃠❣️

semangat buat ninu mudah-mudahan cita cita mu bisa terwujud

2022-09-06

0

🏛Fã do Embaixador🏛GL

🏛Fã do Embaixador🏛GL

Untung aja Ima dia anaknya ga banyak nuntut, Ninu juga dia baik banget.

2021-11-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!