Tek... Tek...
Tek... Tek...
Detingan jam diwaktu senja begitu sangat terdengar membosankan bagi Megumi, bukan! Tapi Aletha.
Semenjak kejadian semalam yang masih seperti mimpi baginya, membuatnya terus-terusan memikirkannya.
Dari ciri-ciri sosoknya, Aletha paham dia bukan seorang Manusia, dan dugaannya mengacu pada satu makhkuk yang ada di benak pikirannya.
Hanya saja Aletha mencoba berharap dugaannya tidak benar, tapi dari semua pencarian yang berhubungan makhluk mitos sepertinya di internet, selalu tertulis Penelusuran Tidak Ditemukan.
“Ini aneh, jika sosok itu terlihat seperti Vampire atau Demon, harusnya sudah ada berita tentang korbannya di Internet?"
“Anda bilang sesuatu, Nona?”
“Ah! Tidak. Letakkan saja disana teh occha-nya, terimakasih.”
“Doittashimasta, Aletha-sama.”
(terimakasih kembali, Nona Aletha.)
Aletha tersenyum kaku, karena asik pada pikirannya dia jadi tidak sadar kalau masih ada pelayan yang mengantarkan minumannya.
“Kalau begitu..saya permisi, Nona.”
Aletha meminum tehnya lalu kembali menatap layar leptopnya. jika terus di pikirkan akan semakin memusingkan, sejenak Aletha menyandarkan dirinya dikursi empuk milik pribadinya.
Menatap langit-langit ruang kerjanya, lalu memejamkan mata sembari mengenang tragedi dulu.
“BUKAN! Kau juga bukan Megumi, itu bukan namamu!”
Aletha membuka mata kemudian bangkit dari duduknya.
Baris ke-5 dari rak buku, terdapat buku tebal berwarna hitam. Aletha tarik buku itu sedikit, dan yang terjadi adalah lantai dibawahnya bergeser dan menunjukan susunan tangga menurun, menuju ruang bawah tanah.
Ia melirik pintu memastikan tidak akan ada yang masuk, lalu saat Aletha sudah yakin ia berjan memasuki ruang bawah tanah yang menjadi rahasianya selama ini.
Saat Aletha sudah diujung tangga terdapat pintu yang dengan sendirinya terbuka. Menunjukan ruangan pengap, gelap dan banyak sekali debu serta sawang, seperti tidak pernah dijamah oleh seseorang.
Memang sudah sangat lama Aletha tidak memasukinya, karena Aletha ingin menutup dan melupakan masa lalunya. Tapi apa sungguh dia sudah melupakannya?
Tidak ada hal yang menarik dari ruangan ini kecuali kotak merah yang dibiarkan terbuka. Menampilkan kalung perak berliontin Crystal biru, ada ukiran namanya di dalam liontin itu.
Aletha mengambilnya dan mengenggam kalungnya dengan penuh rindu.
“Apa dia bagian dari peristiwa itu? tapi semua yang berkaitan dengan kejadian itu, telah mati dan hanya aku yang masih hidup. Itu pasti tidak mungkin, dia bukan lah manusia.”
Aletha kembali mengenakan kalungnya setelah sekian lama, dan menyembunyikan liontinnya dibalik baju, lalu ditutup lagi dengan syal yang ada dilehernya.
Aletha menutup lagi ruang rahasianya setelah keluar dari sana.
“Kau sudah selesai?”
“Kau! se-sejak kapan kau ada disana?”
“Sejak kita melewati malam yang panjang.”
“Kau sungguh makhluk licik. Apa kau juga yang melakukan ini."
Ujar Aletha sembari melepas syal yang menutupi tanda merah dileher dan pundak Aletha. Pemuda itu tersenyum menyeringai.
“Kenapa, kau tidak suka?”
“Sudah cukup! Pergi dan jangan pernah muncul lagi!”
Brak!
“Sudah kubilang, aku tidak akan pernah melepaskanmu!”
“Kalau begitu, aku sendiri yang akan mengusirmu pergi.”
“Dengan cara apa?”
Aletha melirik pedang Katananya yang ada di dinding dan mengambilnya. Aletha sudah benar-benar sangat kesal.
Walau ada rasa takut, tapi siapa pun pria ini Aletha sudah tidak mau berurusan dengannya.
Aletha yang dikenal oleh masyarakat Jepang sebgai Megumi, memiliki bakat terbaik di tekhnik pedang. Terkadang dia diundang untuk menjadi juri di sebuah kejuaraan olahraga Kendo dan hal lainnya.
Aletha menarik pedangnya lalu menyerang pria itu dengan sedikit brutal, semua serangan dari tekhnik pedangnya terus ia keluarkan. Sedangkan pemuda itu hanya mengelak tanpa ada perlawanan.
PRANG!
BRAK
TRANG!
Ruang lingkup yang sangat sempit membatasi pergerakan mereka, banyak barang yang hancur akibat tebasan pedang Aletha.
“Sepertinya, kau bukan berasal dari Negara ini?”
“Bukan urusanmu. Kenapa makhluk sepertimu ingin tahu dunia Manusia?!”
“Aku tidak pernah ingin tahu, aku hanya tertarik denganmu!”
DRAP!
TRANG!
Sosok itu menahan pedang Aletha, lalu menggenggam kuat hingga pedang itu hancur. Aletha menatap terkejut, dia kembali menarik Aletha lalu memeluknya dengan sangat erat.
“Aku akui kau cukup hebat dalam berpedang, tapi kau masih perlu banyak belajar.”
“Lepaskan aku!”
“Welliam Cornelis Lorddark’s. Ingat itu baik-baik, sayang.”
Aletha ingat, nama itu yang tertulis di pita merahnya, bahkan nama itu belum hilang dari pitanya.
Ini aneh, aku melakukan banyak kerusuhan, bahkan sampai menghancurkan barang. Tapi tidak ada satu pun pelayan yang datang?
"Kau, sungguh penasaran?"
"Apa yang kau maksud?"
"Kau ingin tahu, kenapa tidak ada pelayanmu yang datang, sayang?"
"Apa yang kau lakukan kepada mereka?!"
"Jangan khawatir, aku tidak membunuh mereka hanya membuat mereka tertidur untuk beberapa Jam."
"Kau hanya punya urusan denganku, jangan sakiti mereka."
“Ikutlah bersamaku, tempatmu bukan disini tapi bersama diriku.”
“Aku tidak mau.”
“Aletha!! Kau tidak akan bisa melepaskan diri dariku, kau pun tak punya hak untuk menolak!”
Aletha diam terpaku, ucapannya yang sangat tegas menyihir diri Aletha seolah perkataannya adalah perintah yang sangat mutlak.
Tak bisa, entah mengapa Aletha tidak bisa bergerak hanya untuk sekedar memberontak. Tenaganya seperti hilang hingga membuatnya sedikit lemah.
“Kau harus ikut denganku, My Queen.”
Penglihatan Aletha menjadi buram dan matanya begitu sangat berat seolah kesadarannya akan segera tumbang, dan benar saja Aletha jatuh tak sadarkan diri dipelukan Welliam.
Ia menatap lembut gadis dipelukannya lalu menggedongnya.
Tcring!
Suara lonceng itu kembali terdengar dengan sangat jelas. Ternyata suara lonceng merdu itu berasal dari pita merah yang sedang dikenakan Aletha, Welliam menatap tajam rungan yang telah menjadi berantakan.
Tcring!
Untuk yang ke dua kalinya lonceng itu berbunyi, dan suluran tanaman bunga ungu itu kembali menyulur memenuhi seluruh ruangan.
Beberapa kelopak bunga itu terbang mengitari mereka, terakhir kali bunga ini bisa melukainya dan membutuhkan waktu sedikit lama untuk kembali normal.
Tapi saat Welliam bersama Aletha bunga itu bagaikan bulu lembut yang tidak sama sekali melukainya.
Walau saat ini ia sedikit bingung, tapi Welliam tidak mau mempermasalahkannya, akan lebih baik jika dia membawa Aletha bersamanya denga cepat.
“Diastaseis Pylis.”
(Gerbang Dimensi)
Saat mantra itu terucap.
Di hadapan mereka muncul sebuah lingkaran dimensi menyerupai galaxy. Welliam berjalan memasuki gerbang dimensi antara Bumi dengan dunia Darkness World.
Tepat disaat kepergian Welliam bersama Aletha, suluran tanaman bertirai bunga ungu yang disebut Wisteria. Kembali hilang dan merubah ruangan yang sebelumnya berantakan, menjadi kembali kesediakala.
Seolah ingin menutupi hal yang terjadi pada pertemuan kedua pasangan besar, yang mampu mengguncang Dunia kegelapan atau pun para Dewa.
--.o🍁o.--
Author Ucapkan Selamat Tahun Baru Untuk Para Pembaca Setia 'Queen'.
💐💐💐💐💐❤
Terimakasih Untuk Semua Dukungan Kalian. Author akan Lebih Giat lagi Dalam Up Chapternya 😅
I LOVE U ALL ❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Roulysa
semangat ya Thor 💪💪💪💪💪
2021-03-26
1
Ntok sel
alur critanya sangt bgus dan tdk membosankan😍saya sangat menikmatinya dari seri 1 sampai 2..❤️❤️
2020-11-20
2
Iklima kasi💕
thorr pita merahnya masi ada gk?aku juga mau dong jalan2 ke darknes world😁 pengen liat langsung penghuni asli yg trdiri dari bermacam2 golongan😄😄
2020-10-12
6