BAB II : SECERAH CAHAYA

Pada keesokan harinya....

Amelia terbangun dengan perasaan berat. Kesedihan masih menyelimuti hati nya, seperti pagi hari yang seharusnya cerah justru di selimuti kabut tebal saat ini. Ia masih merasa enggan untuk meninggalkan kasur empuknya setelah pertengkaran kemarin Amelia tidak ingin tinggal dalam satu kamar dengan suaminya Reza sehingga ia memutuskan untuk tidur di kamar lain.

Tak lama sinar matahari mulai masuk melalui jendela dan muncullah sebuah perasaan hangat menyapa perutnya. Amelia pun memutuskan untuk duduk di tepi ranjang setelah membuka gorden serta jendela rumah sebelum memulai aktivitas nya. Bayi kecil yang tumbuh di dalam rahimnya, buah cintanya dengan Reza suaminya, seolah menjadi semangat baru bagi Amelia untuk melalui hari yang terasa berat.

" Kalian akan menjadi kekuatan untuk mama, iya kan sayang nya mama ?," bisik Amelia, suaranya terdengar lebih tegas, meskipun masih bergetar sedikit sembari mengelus perutnya. Tak lama Amelia merasa kan respon yang di berikan berupa tendangan kecil hingga membuat ia meringis sakit " akh.......ssshhh." ringis Amelia pelan, kemudian Amelia tersenyum mendapatkan respon dari anak nya.

Melihat matahari pagi membuat Amelia ingin duduk di taman menikmati hangatnya cahaya matahari. Amelia pun pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya, karena ia tau bahwa suaminya sudah pergi ke kantor. Ia tidak akan pernah membiarkan pengkhianatan Reza menghancurkan hidupnya juga masa depannya. Ia akan bangkit, dan menemukan kembali dirinya sendiri. Amelia memutuskan untuk fokus pada kehamilannya.

Di sebuah taman Amelia dengan perut buncitnya sedang duduk di kursi taman sembari membaca buku tentang kehamilan dan perkembangan bayi, mencari informasi tentang cara menjaga kesehatan diri dan calon bayi. Meski ia sudah terbiasa sejak awal kehamilan karena meskipun sedang hamil Reza seperti tidak ada waktu untuk dirinya saat akan memeriksa kondisi bayi seolah semua waktu hanya untuk wanita selingkuhan itu. Tidak hanya itu Amelia membuat sebuah Mading dengan catatan kecil yang mengatur pola makannya, mengonsumsi makanan sehat serta bergizi tinggi, Amelia selalu ingin sehat dan memberikan yang terbaik untuk bayinya.

"Mama akan sehat selalu untuk kalian, sayang, dan mama akan berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian sayang nya mama " bisik Amelia, sembari mengelus perutnya.

Ia banyak menghabiskan waktu di taman, menikmati sinar matahari pagi dan menghirup udara segar. Ia juga mulai menulis novel kembali, menuangkan semua perasaannya ke dalam kata-kata.

"hmm....mama akan menulis tentang kalian, sayang," bisik Amelia, sembari memakan buah dan menulis novel barunya.

Amelia selalu merasa bahwa anak yang sedang tumbuh dalam rahim nya adalah sebuah anugerah serta secercah cahaya yang menerangi kegelapan dalam hidupnya. Ia tidak pernah merasa bahwa bayi kecil nya adalah beban bagi dirinya.

"Kalian adalah secercah cahaya dalam hidup mama yang kacau ini, kalian selalu menjadi penyemangat baru untuk mama, sayang," bisik Amelia, matanya berkaca-kaca.

Namun, kesedihan seolah tak pernah pergi. Amelia terkadang merasa lelah, lelah menanggung kesedihan ini sendirian. Sudah seminggu berlalu sejak pertengkaran namun Amelia seolah tak berhenti berharap jika perselingkuhan suaminya hanya lah mimpi buruk baginya, namun kenyataan tetap lah kejam karena ternyata suami yang ia harapkan sejak pertengkaran terjadi selalu sibuk dengan selingkuhannya yang tengah hamil juga, seiring dengan berjalannya waktu Amelia pun mengetahui kenyataan bahwa suaminya akan memiliki anak dengan wanita lain. Tak pernah sedikit pun terbersit bahwa pernikahan yang semula indah justru menjadi duka setiap kali ia melihat ke media sosial suaminya ia selalu melihat sebuah foto romantis yang tak memperlihatkan wajah wanita dalam foto itu namun ia tau bahwasanya itu bukanlah dirinya, bahkan mereka mengira wanita itu sebagai dirinya sungguh miris kehidupan pernikahan yang bagaikan dongeng itu.

Hingga di suatu sore, Amelia memutuskan untuk menemui Arini dan Ratih di rumahnya, sahabat karibnya yang selalu ada untuknya. Amelia mendapat kabar dari Arini bahwa dirumah Arini sedang ada Ratih, mendengar itu Amelia sangat bahagia sehingga memutuskan untuk datang saat itu juga.

Sesampainya di rumah Arini, Amelia langsung memeluk keduanya, tangis Amelia pun pecah sehingga keduanya berusaha menenangkan Amelia dengan mengusap punggung Amelia.

"Arini, Ratih aku... aku ngga sanggup menjalani ini semua, aku lelah," ujar Amelia, suaranya bergetar. "Aku selalu merasa seperti terjebak dalam kesedihan ini."

Arini dan Ratih memeluk Amelia erat, matanya berkaca-kaca. " kami tau, Amelia. kami selalu ada untukmu dan kamu juga punya anak yang hebat, Amelia, mereka tidak menyusahkan ibu nya. Jadi Amelia Kita akan melewati ujian ini bersama-sama." ucap Arini dengan mengelus punggung Amelia.

Arini dan Ratih selalu menjadi tempat Amelia berkeluh kesah. Arini dan Ratih selalu mendengarkan dengan sabar, memberikan kata-kata penyemangat dan dukungan yang Amelia butuhkan.

"Kamu ngga sendirian, Amelia. Kamu punya kami, aku dan Arini kamu juga punya keluarga, kamu punya anak yang sedang tumbuh di dalam sana," ujar Ratih , sambil mengelus perut Amelia. "Kamu kuat, Amelia. Kamu pasti bisa menjalani semua ujian ini, Kamu akan melewati ini semua, Amelia, kami akan selalu bersamamu."

Dukungan yang diberikan Arini dan Ratih membuat Amelia merasa lebih kuat. Dia menyadari bahwa dia tidak sendirian dalam menghadapi cobaan ini. Dia masih memiliki keluarga dan teman-teman yang selalu mendukungnya.

"Terima kasih, Arini, Ratih " ujar Amelia, matanya berkaca-kaca. "Aku merasa lebih baik sekarang."

Saat ini sulit bagi Amelia untuk tidak membenci Reza, namun ia berusaha untuk memberi maaf pada Reza untuk dirinya sendiri agar kebencian tidak menguasai hatinya yang terluka.

"Aku ngga sendirian," gumam Amelia. "Aku masih punya keluarga dan teman-teman. Aku masih punya impian."

Ia akan terus menulis, menciptakan dunia baru melalui kata-katanya. Ia akan terus hidup, menjalani hidupnya dengan penuh semangat dan harapan.

"mama akan baik-baik aja, sayang," bisik Amelia, menatap perutnya dengan penuh kasih sayang. "Mama akan kuat, demi kalian."

☘️

🍀

☘️

🍀

3 Bulan kemudian....

Menjelang hari Amelia melahirkan si kecil, kini sudah memasuki bulan ganjil 7 bulan Amelia mengandung si kecil perutnya semakin membesar karena mengandung bayi kembar perut nya terlihat lebih besar di banding kan wanita yang hamil satu bayi bahkan saat usia kandungannya 4 bulan pun terlihat seperti 6 atau 7 bulan.

Hanya tersisa 3 bulan lagi sebelum kelahiran si kecil kembar, saat ini Amelia akan pergi ke dokter untuk cek kandungan sendiri ia ingin tau jenis kelamin si kecil nya saat usia kandungan 5 Amelia di beritahu bahwa bayi yang ada di kandungan nya kembar oleh dokter, ia tentu sangat bahagia saat tau bahwa bayinya tidak hanya satu namun sejak usia kandungan Amelia 5 bulan Reza tidak pernah pulang lagi atau pun berniat berbaikan dengan nya bahkan Reza tidak memberi kabar apapun pada Amelia seolah Reza hanya peduli pada bayi dari selingkuhannya itu.

Selama dalam perjalanan Amelia selalu merenung, ia bertanya tanya apakah Reza suaminya tidak menginginkan anak-anak nya lagi ? Tidak ada yang tau apa yang di pikirkan oleh si brengsek itu bahkan author juga ngga tau.🫢😒😒

Sesampainya di rumah sakit, Amelia langsung menuju ke dokter kandungan tempat ia biasanya memeriksa kondisi bayi kecil nya sejak awal kehamilan, awalnya Amelia selalu datang bersama Reza tapi tentu saja para reader juga tau kalo Reza sekarang datang selalu bersama selingkuhannya.🙂

Meski begitu Amelia tidak pernah bertemu mereka berdua ya itu karena author yang ngga mau Amelia sakit hati liatnya 😁😁bercanda deh 😁, karena Amelia selalu menyesuaikan jadwal mereka periksa sengaja biar ngga ketemu begitu biasanya Amelia di temani ibunya Sarah tapi hari ini ia akan pergi bersama kedua sahabatnya untuk membeli perlengkapan bayi dan sebagai psikolog Arini bekerja di rumah sakit ini jadi hari ini ia akan di temani Arini ke dokter kandungan.

Saat sampai di depan ruang dokter kandungan Amelia masih menunggu hingga dipanggil masuk ke dalam serta menunggu Arini selesai dengan pasien nya.

Tak lama Arini pun datang menemui Amelia, ternyata Ratih datang juga bersama Arini.

“ gimana mel, udah di panggil belum ?.” tanya Arini saat sampai di ruang dokter kandungan.

“ belum, tapi kok Ratih juga datang ? Bukannya kita janjian setelah Ratih selesai dengan kelas nya kita ketemu di mall ? Sekarang kan masih siang ?.” tanya Amelia beruntun.

Mendengar pertanyaan beruntun dari Amelia Ratih pun terkekeh, “ iya mel, hari ini kelas nya sengaja selesai lebih cepat biar aku bisa temenin kamu juga liat ponakan aku tadi pas mau kesini ketemu Arini di lift jadi bareng deh ke sini nya gitu, mel.” jelas Ratih dengan kekehan nya.

“ ibu Amelia silahkan masuk,” sahut perawat yang keluar dari dalam kemudian pergi ketempat lain.

“ baik mba, ayo Rin, Ra.” ucap Amelia sembari berdiri.

Mereka masuk bersama ke dalam ruangan dokter, setelah mengetuk pintu.

Tok

Tok

Tok

“ iya silahkan masuk, mba.” sahut dokter dari dalam.

“ permisi dok.” ucap Amelia sembari di tuntun oleh Arini dan Ratih.

Setelah duduk, dokter pun bertanya perihal kondisi ibu dari bayi.

“ bagaimana Bu, kondisi nya hari ini ?.” tanya dokter.

“ baik dok.” jawab Amelia singkat. Dokter pun mengangguk.

“ apakah ibu masih sering merasa mual ?.” tanya dokter lagi saat periksa bulan sebelum nya Amelia mengeluh ia merasa mual dan sulit makan.

“ tidak, dok, akhir akhir ini saya sudah tidak terlalu merasa mual lagi.” jelas Amelia.

“ apakah ibu juga masih merasa sulit untuk, Bu ?,” tanya dokter lagi.

“ masih dok tapi tidak separah sebelum nya meski terkadang saya cuma bisa makan buah tapi sudah bisa makan nasi yah walau cuma sedikit, dok.” jelas Amelia lagi.

Dokter pun mengangguk lagi seraya berkata,“ oh begitu, Bu, kalo begitu saya resep kan lagi vitamin nya ya, bu, vitamin nya jangan lupa di habis kan ya ,Bu.” jelas dokter

Amelia pun mengangguk, “ baik ibu silahkan berbaring di ranjang, kita akan USG bayinya.” ucap dokter.

“ baik, dok.” ucap Amelia. Amelia pun beranjak menuju ke ranjang, kemudian berbaring di ranjang setelah nya dokter mengoleskan gel di perut Amelia dan mulai mencari bayi kembar di layar monitor USG.

“ itu dia bayinya, bu.” sahut dokter, sembari tersenyum tulus.

“ wah itu ponakan kita Ra ada dua bayi.” ucap Arini antusias.

“ iya Rin, dok apa kita boleh tanya apa jenis kelamin bayinya?.” tanya Ratih penasaran.

“ boleh, jika ibu Amelia tidak keberatan.” jawab dokter. Mendengar itu Amelia berpikir jika ia ingin tau saat melahirkan saja jenis kelamin bayi nya.

Melihat Amelia yang tidak menjawab, “ Ra, mungkin Amelia mau tau jenis kelamin bayinya pas lahiran aja.” jelas Arini yang mengerti keadaan Amelia.

“ ok deh, ngga masalah mel mau kamu tau saat melahirkan nanti atau sekarang yang penting kamu dan bayinya sehat selalu itu udah cukup buat aku.” jelas Ratih dengan cepat karena tidak ingin memaksa Amelia.

Amelia mengangguk, kemudian ia melihat kearah monitor seraya berkata, " Kita akan segera bertemu, sayang," bisik Amelia, sambil mengelus perutnya. "Mama dah ngga sabar mau bertemu dengan kalian."

Melihat itu Ratih dan Arini mengelus sayang perut Amelia juga sembari tersenyum.

Setelah momen haru itu, Amelia bersama kedua sahabatnya pergi mengambil vitamin kemudian mereka langsung pergi ke mall.

...****************...

Hai para reader tercinta 🥰❤️

Apa kalian penasaran sama kelanjutannya kisah ? 🤔🤔

Kalo penasaran ikuti terus ya kisah si kembar jenius ini 🤗🤗

Jangan lupa like dan komen ya 🫰🏻🫰🏻🫰🏻

Atau jangan lupa di favorit kan biar ngga ketinggalan kisah terbaru 😁😁😁

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!