Masih di tempat yang sama, dan masih di dalam ruangan yang sama. Terlihatlah Zena yang keluar dari kamar yang ia tempati tadi.
"M-maaf, Pak. A-apa yang bisa saya kerjakan?" Zena bertanya pada Bian dengan terbata-bata menahan takut. Bian melihat Zena sekilas.
"Duduk lah dulu!" Bian menyuruh Zena untuk duduk di sofa di depan dekat mejanya itu. Lalu ia fokus dengan leptopnya lagi.
"Maksudnya, Pak?" Zena bertanya lagi. Ia menautkan kedua alisnya.
"Duduk saja dulu di sofa itu!, Nanti akan ku beri tahu apa pekerjaan mu disini!" Sahut Bian kepada Zena. Ia masih menyahut tanpa melihat Zena.
Zena langsung mengikuti apa yang perintahkan Bian sang CEO perusahaan. Beberapa menit setelah Zena duduk di sofa itu. Zena pun merasa bosan.
"Apa sih kerjaan saya disini, kalau duduk seperti ini saja membuatku bosan," Zena menggerutu kesal.
"Kalau bukan karena denda lima kali lipat, aku sudah go dari sini," Zena semakin menggerutu.
Zena semakin kesal dan menggerutu sediri, bahkan ingin menyumpahi Bos nya itu. Bibirnya komat-kamit seperti Dukun membaca mantra. Tidak di sangka, ada yang memperhatikannya dari tadi. Siapa lagi kalau bukan Bian. Tanpa sadar, terlukis senyuman di bibirnya. Menurutnya, Sekretarisnya itu lucu di matanya.
"Kamu kenapa?" Bian angkat bicara.
"Maaf, Pak. Sebenarnya, apa pekerjaan saya?. Dari tadi saya duduk di sini seperti orang bodoh," Sahut Zena sangat kesal.
"Kamu ingin mengerjakan sesuatu?" Bian bertanya pada Zena seraya menaikkan satu alis matanya.
"Iya, Pak. Dari pada saya duduk disini terus," Sahut Zena.
"Kalau begitu, buatkan aku secangkir kopi!" Perintah Bian kepada Zena.
Zena terdiam sejenak tanpa menjawab apa pun
"Ya-Tuhan. Aku tidak bisa membuat kopi. Mati lah aku," Zena membatin.
"Kenapa kamu diam? Pasti kamu tidak bisa membuat kopi," Celetuk Bian.
"Saya bisa kok," Sahut Zena mantap. Padahal di hati dan pikirannya bercampur aduk.
"Kalau begitu, buatkan aku kopi dengan kopi 1 sendok dan gula 1,5 sendok teh," Tutur Bian.
"Dimana aku bisa membuat kopi?" Zena bertanya.
"Disitu," Bian menunjuk arah ruangan kecil yang menyerupai dapur. Tetapi didalamnya tidak ada kompor dan gasnya.
Zena pun menuju ke arah yang ditunjukkan oleh Bian. Saat sampai didalam, Zena sedikit ragu.
"Aduh, bagaimana ini?. Aku tidak pernah membuat kopi," Zena membatin. Ia menautkan kedua alisnya.
Sudah sepuluh menit, Zena hanya berdiri saja didalam ruangan itu. Belum ada satu barang pun yang dipegangnya.
"Zena, kenapa lama sekali?. Mana kopi nya?" Bian berteriak dari ruangannya.
"Sabar, Pak," Sahut Zena berteriak.
" Kenapa kamu hanya diam saja disitu, dan berdiri seperti orang bodoh," Imbuh Bian. Ia berteriak lagi.
"Bunda, tolonglah aku!. Kenapa jadi begini sih," Zena menggerutu. Ia benar-benar takut jika bos nya marah.
Beberapa menit, Bian pun datang ke ruangan pembuatan kopi
"Hey!" Bian memanggil. Sontak, Zena terkejut dengan suara Bian. Zena membalikkan badannya.
"Mana kopi yang ku minta?" Tanya Bian.
"*Mmm, anu itu, mmm*" Zena gugup. Ia takut untuk mengatakan bahwa ia tidak bisa membuat kopi.
"Bicara yang jelas!" Sahut Bian. Zena hanya menunduk, ia bingung harus berbicara apa.
"Kamu tidak bisa membuat kopi?" Bian bertanya.
"Maaf," Zena berkata lirih dan masih menunduk.
"Kamu ini perempuan, kenapa membuat kopi saja tidak bisa? Bagaimana mau menjadikan sekertaris ku, jika membuat kopi saja tidak bisa," Bian bertanya dengan nada cuek dan tampang arogannya.
Zena tetap masih menunduk, ia benar-benar bingung mau berkata apa.
"Kenapa kamu diam?. Apakah kamu tidak punya mulut untuk menjawab ku?" Bian sangat kesal di buat oleh Zena.
Pasalnya, baru kali ini Bian tahu ada perempuan tidak bisa membuat kopi. Walaupun Bian tidak bisa di sentuh oleh perempuan secara langsung, tetapi ia sesekali membeli kopi di coffee Shop yang disedu oleh barista perempuan.
"Kamu tahu, kamu disini saya bayar!!" Bian membentak Zena. Ia sangat kesal karena tidak mendapatkan jawaban.
"Jangan terlalu sombong, Pak. Tidak semuanya bisa di beli dengan uang yang anda miliki," Sahut Zena. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Sudah saya katakan dari awal, jika Bapak tidak suka, saya menjadi sekertaris Bapak, Maka saya resign. Tetapi, bapak mencegah saya dan mengancam saya. Jika saya resign maka Bapak menyuruh saya membayar denda lima kali lipat dari gaji yang telah saya sebutkan di surat lamaran kerja," Imbuh Zena.
"Sekarang, saya tidak bisa membuat kopi sesuai keinginan Bapak, Bapak marah pada saya. Sebenarnya, apa mau anda sehingga anda memperlakukan saya seperti ini,Pak?. Berbicara seenak mulut Bapak. Tanpa memikirkan perasaan orang lain. Asal Bapak tahu, setiap orang pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan," Kata Zena.
"Asal anda tahu, Pak. Anda seperti manusia yang tidak mempunyai rasa pri kamanusiaan," Lanjutnya.
Bian terdiam membeku karena ucapan Zena yang menyentuh hatinya.
"Maaf, Pak. Saya benar-benar ingin resign. Saya akan membayar semua denda seperti yang Bapak inginkan," Imbuh Zena. Ia sudah tidak tahan dan air mata nya sudah jatuh di pipi agak berisi milik nya itu. Bian pun melihatnya.
"Permisi!" Lanjutnya. Lalu, Zena meninggalkan Bian yang masih diam membeku.
Zena keluar dari ruangan Bian. Kemudian ia keluar dari Perusahaan BYW Grub. Sampai depan kantor BYW Grub. Lalu, ia menyetop taksi dan pergi menuju rumahnya.
*****
Didalam taksi, Zena baru ingat kalau ia melupakan sesuatu.
"Loh, tas aku mana?" Banti Zena. Lalu ia mengingat-ingat dimana tas nya berada.
"Iiiss, kenapa aku bisa lupa membawa tasku. Pasti tasku di ruangan Pak Bian yang sombong itu," Zena menggerutu.
"Apa aku harus balik lagi ke kantor itu?" Batinnya.
"Sudah lah. Nanti ku suruh saja supir untuk mengambil tasku yang tertinggal di kantor BYW Grub," Lalu ia menepiskan semua itu. Ia pun lanjut menuju rumahnya. Tidak memperdulikan tas yang tertinggal.
Beberapa menit, Zena pun sampai di depan rumahnya.
"Berapa ongkosnya, Pak?" Zena bertanya pada supir taksi.
"Rp.100.000,00, Nak," Sahut supir taksi.
"Pak, tunggu sebentar ya!. Saya ambil uang dulu," Kata Zena kepada supir taksi.
"Baik, Nak," Sahut supir taksi.
Zena pun masuk kedalam rumahnya, lalu langsung menuju kamarnya. Dan mengambil uang yang ada di laci kaca hias. Beberapa menit, Zena pun balik ke depan rumahnya.
"Pak, ini uangnya," Ucap Zena.
"Terimakasih, Nak," Sahut supir Taksi. Zena pun mengangguk dan tersenyum pada supir taksi itu.
Lalu supir taksi itu pergi dari depan rumah Zena. Kemudian, Zena pun masuk kedalam rumah nya.
*****
Dikantor BYW Grub. Terlihatlah Bian yang sedang duduk di kursi CEO. Ia tidak fokus untuk melihat isi berkas-berkas yang menumpuk di mejanya
"Arghhh, Apa yang terjadi padaku. Tidak biasanya aku seperti ini. Kenapa aku memikirkan Zena," Bian mengacak rambutnya. Lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
"Belum tentu Zena yang ku cari selama lima tahun ini," Bian berbicara pada diri sendiri.
Tiba-tiba ada suara Ponsel berbunyi
'Tring tring triiinnggg'
Bian melihat Ponsel genggamnya, tetapi bukan Ponsel nya yang berbunyi. Ia pun mencari asal suara itu, dan ternyata di dalam tas. Ia langsung mengambil tas itu lalu membukanya dan melihat layar Ponsel.
"Kakak tersayang," Gumam Bian pada diri sendiri. Lalu, ia mengangkat tlpon itu.
"Halo, Adikku tersayang. Kamu sudah makan siang?" Tanya seseorang dari seberang ponsel. Siapa lagi kalau bukan Raka
"Ini bukan pemilik Ponsel ini," Sahut Bian.
"Kamu siapa?. Kenapa Ponsel Adikku ada pada kamu?" Raka bertanya.
"Saya Bos nya Adikmu," Sahut Bian.
"Ponsel Zena tadi tertinggal di ruangan ku," Imbuh Bian.
"Ooh, yasudah. Nanti katakan pada Adikku, aku menelponnya. Dan katakan padanya, jangan lupa makan siang," Ucap Raka. Ia tidak curiga dengan Bian. Lalu Bian pun mengiyakannya.
Setelah itu, Sambungan telepon pun mati. Bian pun berfikir sejenak.
"Apa aku kembalikan saja tas ini dan sekalian aku minta maaf pada Zena?" Batin Bian. Ia bertanya pada dirinya sendiri.
"Tetapi dimana alamat rumahnya?" Gumamnya.
"Ku buka saja tasnya," Lanjutnya.
Bian langsung membuka tas Zena dan mencari sesuatu di dalam tas itu.
*
*
*
*
*
Like, coment, vote
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
IG : anissah_31
mari kak saling mendukung yuk
mampir blik ya kak..
salam dr Sang Pemuda 😁
2020-09-15
1