Mencari Keberadaan

Flash Back Off

Masih dirumah keluarga Wirawan. Bian menghubungi asisten pribadinya untuk menyelidiki siapa gadis yang menabraknya tadi di supermarket.

"Halo, asisten Han," Kata Bian kepada Han, dengan menggunakan Ponsel nya.

"Iya, Tuan Bian. Ada apa?" Han bertanya pada bian di sebrang sana.

"Apakah kamu sudah menemukan informasi tentang gadis 5 tahun yang lalu yang telah menolongku itu?" Tanya Bian to the point.

"Belum, Tuan Bian," Sahut Han pada bos nya.

"Sekarang lupakan gadis itu. Aku sudah menemukan gadis lain yang saat menyentuhku, badanku tidak keluar bintik merah," Tutur Bian kepada Han.

"Jadi, Tuan?" Tanya Han tidak paham.

"Cari informasi tentang gadis itu!" Perintah Bian kepada Han. Lalu ia memberi tahu ciri-ciri Zena kepada Bian.

"Baik, Tuan," Sahut Han. Lalu Bian mematikan sambungan telephon nya.

*****

Satu bulan sudah berlalu, Han belum menemukan gadis yang dikatakan oleh Bian. Tetapi Han terus mencari keberadaan dan informasi tentang gadis itu, siapa lagi kalau bukan Zena.

Malam hari, di kediaman keluarga Bagaskara. Seperti biasanya, Keluarga itu makan malam bersama di meja makan.

"Ayah, Bunda. Aku punya kabar bagus untuk kalian," Zena berkata kepada kedua orang tuanya.

"Kabar apa, Putriku," Sahut Ninda yaitu bundanya Zena.

"Aku sudah dapat pekerjaan, sebagai sekertaris di perusahaan BYW, dan aku akan kerja mulai hari senin," Imbuh Zena seraya tersenyum bahagia.

"Wah, bagus sekali, Putriku," Sahut Ninda pada Zena.

"Iya, BYW itu kan perusahaan terkenal dan terbesar nomor satu di kota J ini. Katanya orang yang melamar kerja di sana sering di tolak mentah-mentah, dan mereka susah untuk diajak bekerja sama. Lalu, Kenapa kamu bisa diterima?" Bram angkat bicara. Dan ia sempat bingung dengan yang diucapkan oleh putrinya.

"Entah lah, aku pun tidak tahu. Aku iseng aja melamar di perusahaan itu. Ternyata aku diterima di kantornya sebagai sekertaris. Mungkin sudah rezeki ku," Sahut Zena. Lalu, Bram dan Ninda mengangguk

"Bagus lah, aku jadi tidak selalu dekat dengan mu," Celetuk Raka ketus kepada Zena.

"Siapa juga yang ingin dekat dengan Kakak," Imbuh Zena tidak kalah ketus.

"Sudah, jangan bertengkar," Ninda menengahi perdebatan kakak beradik itu.

"Ayah, Bunda. Aku melamar kerja tidak menggunakan nama belakang Ayah, dan ijazah ku, ku scan dan ku tutupi nama belakang ku," Zena berkata pada kedua orang tuanya.

"Kenapa seperti itu?" Tanya Bram. Ia terkejut dengan ucapan anaknya.

"Aku tidak ingin mereka tahu bahwa aku anak kalian, kalau mereka tahu pasti mereka akan menerima ku dengan mudah," Sahut Zena santai.

"Dan ternyata aku di terima," Ia lanjut berkata kepada kedua orng tuanya.

"Dasar anak keras kepala," Celetuk Raka.

"Bodoh amat, yang penting aku di terima kerja wleee," Zena mengejek kakaknya.

"Yasudah, terserah kamu saja. Tetapi, jika ada sesuatu yang terjadi padamu, maka beri tahu kami. Agar kami bisa membantu," Bram berkata pada putri nya.

"Ayah, bolehkah aku tinggal di Apartemen saja?" Zena bertanya pada ayahnya.

'Tidak'

Bram, Ninda dan Raka menyahut bersamaan.

"Kami tidak boleh tinggal di apartemen, titik," Kata Bram sedikit kesal dengan putrinya itu.

"Tapi..," Sahut Zena.

"Tidak ada tapi-tapian. Kalau kamu membantah maka kamu harus bekerja di perusahaan kita!!" Bram membentak putrinya. Ninda dan Raka terdiam dan terkejut. Karena baru sekali ini Bram membentak Zena.

"Kenapa Ayah membentak ku? , aku kan hanya bertanya," Sahut Zena dengan mata berkaca-kaca.

"Kamu semakin melunjak. Kamu tahu itu," Bram semakin marah kepada Zena. Ia semakin meninggikan suaranya.

"Ayah jahat, aku benci Ayah," Zena menangis dan menyahut apa yang dikatakan ayahnya. Lalu ia berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

"Mau kemana kamu, Ayah belum selesai bicara," Bram berteriak. Tetapi Zena tidak memperdulikan ucapan ayahnya.

"Suamiku, apa yang kamu lakukan. Zena hanya bertanya padamu," Ninda berkata pada Bram. Ia sedikit kesal.

"Aku hanya tidak ingin Zena semakin melunjak seperti itu," Sahut Bram kepada istrinya.

"Dia seperti itu karena kita terlalu memanjakannya. Dan sekarang dia melakukan semua ini agar dia tidak manja lagi, tetapi kamu malah membentaknya," Tutur Ninda.

"Benar yang dikatakan Bunda. Tidak seharusnya Ayah membentaknya. Kalau Ayah tidak suka jika Zena tinggal di Apartemen, maka seharusnya Ayah berkata baik-baik. Bukan dengan membentaknya dan memarahinya. Ayah kan tahu, Zena itu masih baru lulus kuliah. Pemikirannya belum terlalu dewasa kali," Imbuh Raka. Bram hanya terdiam dengan ucapan putra nya. Ia baru sadar apa yang dikatakan putra dan istrinya nya itu benar

"Maaf, aku khilaf," Sahut Bram lirih.

"Tidak perlu minta maaf pada kami. Tetapi minta maaflah pada Zena," Ninda berkata pada suaminya dengan lembut. Bram pun mengangguk.

Bram pun langsung menuju kamar Zena yang berada di lantai dua. Ia pun masuk kekamar putri semata wayangnya.

"Putriku, maafkan Ayah," Bram meminta maaf kepada Zena.

"Ayah tadi Khilaf, Nak," Kata Bram.

"Aku benci Ayah, hiks hiks," Zena menangis sesenggukan. Ia menutup tubuhnya dengan selimut.

"Maafkan, Ayah. Ayah hanya tidak ingin kamu tinggal di Apartemen. Jika kamu tinggal di Apartemen maka kamu tidak ada yang jaga disana. Ayah tidak setuju kamu keluar dari rumah ini," Bram membujuk putrinya. Lalu ia membuka selimut Zena.

"Te-tetapi Ayah ti-tidak harus membentak ku, aku kan ha-hanya bertanya," Ucap Zena terbata-bata.

"Maafkan Ayah. Ayah berjanji tidak akan membentak mu lagi," Bram berjanji pada putri nya itu.

"Baiklah, Ayah," Sahut Zena. Lalu, Bram memeluk putrinya itu.

"Yasudah, kamu tidur ya!" Perintah Bram pada putrinya. Zena pun mengangguk.

Kemudian, Bram mematikan lampu kamar Zena dan hanya tersisa hanya lampu tidur saja, lalu keluar dari kamar putrinya. Lalu Zena pun tidur.

*****

Senin, hari ini adalah hari pertama Zena bekerja di perusahaan BYW Grub. Ia pagi-pagi sudah bersiap untuk berangkat kerja.

"Pagi semua...," Teriak Zena yang sedang menuruni anak tangga.

"Pagi, sayang. Sini sarapan dulu!" Perintah Ninda kepada Zena.

"Ciee, sepertinya ada yang bersemangat ini," Raka menggoda adiknya.

"Iya dong, Kak. Ini kan hari pertama ku bekerja," Sahut Zena. Lalu ia duduk di kursi sebelah kakaknya.

"Selamat ya, Zen. Semoga bos mu tidak galak dan tidak tua," Imbuh Raka menyemangati adiknya.

"Iya, Kak," Sahut Zena.

"Tapi, kalau Bos ku itu tua... bagaimana ya. Aku takut juga," Celetuk Zena. Ia bergidig ngeri.

"Hahah, kamu rasakan lah sendiri. Salah siapa tidak mengikuti ucapan Ayah," Bram mengejek Zena.

"Ihhh, Ayah. Bukan nya mendoakan Anaknya. Malah mengejek seperti itu," Zena mendengus kesal.

"Maaf, maaf. Ayah doakan, kamu mendapatkan Bos yang tampan dan baik hati," Kata Bram seraya tersenyum pada putrinya.

"Terimakasih, Ayah," Sahut Zena.

"Zena, ini makan dulu rotinya, lalu minum susu. Jangan bicara saja, nanti kamu telat," Tutur Ninda, lalu ia memberikan dua potong roti lapis dan segelas susu putih untuk putrinya.

"Terimakasih, Bunda ku yang baik," Sahut Zena. Lalu ia memakan roti itu dan meminum susu..

Beberapa menit, acara sarapan pagi Mereka pun selesai.

"Zen, kamu mau berangkat bareng Kakak?" Tanya Bian pada adik manja nya itu.

"Tidak Kak, aku diantar sopir saja. Lagi pula kita kan beda arah," Sahut Zena. Raka pun mengangguk.

Lalu Raka dan Zena berangkat kerja. Zena pergi kekantor diantar oleh sopir pribadi kelurga Bagaskara. sedangkan Raka menggunakan mobilnya sendiri.

"Aduh, jalanan macet lagi. Aku bisa terlambat," Gerutu Zena sedikit kesal. Karena jalanan sangat macet. Dan jarak rumah nya menuju kantor sedikit jauh. Sehingga memakan waktu lama.

*****

Empat puluh lima menit kemudian, Zena pun sampai ke kantor itu. Ia agak telat 5 menit.

"Aduh, bagaimana ini. Bisa-bisa Bos ku marah. Hari pertama kerja lagi," Gerutu Zena seraya berjalan kedalam kantor. Ia datang ke tempat resepsionis kantor.

"Ada apa, Mbak. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya resepsionis itu dengan ramah.

"Saya sekertaris baru, Mbak," Sahut Zena lebih ramah dan mengembangkan senyumannya.

"Ooh, mbak ini yang bernama Zena Alvela ya?. Perkenalkan nama saya Dinda. panggil saja Dinda. Semoga kita bisa berteman," Dinda bertanya pada Zena. Lalu mengulurkan tangannya.

"Iya, Dinda," Sahut Zena. Mereka saling berjabat tangan.

"Astaga," Celetuk Zena seraya menepuk dahinya. Ia lupa sudah telat.

"Din, dimana ruang CEO? Tanya Zena terburu-buru.

"Ruang CEO ada di lantai empat belas. Lantai paling atas. Nanti ada tulisan CEO di depan pintunya," Sahut Dinda. Zena pun mengangguk paham

Zena pun buru-buru meninggalkan Dinda, ia berlari ke arah Lift lalu memencet angka empat belas. Lalu ia masuk ke dalam Lift. Syukurnya, tidak ada orang lain yang menaiki lift itu. Jadi, ia cepat sampai ke lantai paling atas.

*

*

*

*

*

Like, coment, vote

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Adhelie

Adhelie

visualnya dunk thor

2021-03-20

1

Widyasari official

Widyasari official

ceritanya hampir sma dengan drama china yg pernah aku nonton kak

2021-01-05

0

Yeyen Dhevan

Yeyen Dhevan

hmmmmm

2021-01-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!