Sesampainya ke lantai atas. Zena buru-buru mencari ruangan yang bertulisan CEO. Disana hanya ada tiga ruangan. Yaitu ruangan Asisten Han, ruangan Sekertaris, dan ruangan CEO. Tidak butuh lama ia pun menemukannya. Ia berdiri didepan Pintu ruangan CEO.
"Zena, tenanglah. Tarik nafas lalu keluarkan," Zena berbicara sendiri. Lalu ia menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan nafasnya. Kemudian Ia mengetuk pintu.
'Tok tok tok' Suara pintu diketuk pelan.
"Masuk!!" Teriak orang yang ada didalam ruangan itu.
'Ceklek' Pintu itu dibuka oleh Zena.
Lalu, Zena pun masuk kedalam ruangan CEO. Ia tidak lupa menutup kembali pintu itu.
Disana, terlihatlah CEO yang sedang duduk di kursi kejayaannya dengan posisi membelakangi Zena.
"Permisi, Pak. Saya Zena Alvela. Saya sekertaris baru disini," Tutur Zena memperkenalkan dirinya. Ia sedikit takut, karena ia terlambat.
"Apakah kamu tahu ini sudah pukul berapa?" Tanya CEO itu pada Zena.
"Maaf, Pak. Saya telat. Tadi jalanan sangat macet," Sahut Zena kepada CEO yang membelakanginya.
"Banyak alasan!!. Hari pertama kerja saja, kamu sudah telat. Bagaimana seterusnya??" CEO itu membentak.
"Huuuhh, dasar Bos arogan, galak," Zena menggerutu dengan memelankan suaranya.
"Saya masih mendengarnya," CEO itu menyahut.
"Maaf, Pak. Kalau Bapak tidak mau menerima saya, yasudah. Saya pulang saja. Saya permisi dulu," Imbuh Zena, Ia kesal kepada CEO itu. Lalu, Zena ingin membalikkan badannya.
"Tunggu, kamu tidak semudah itu membatalkan kontrak kerja ini," Kata CEO itu pada Zena seraya membalikkan kursinya.
"Kamu!!" Teriak Zena. Ia sangat terkejut.
"Iya, ini aku. Kamu masih mengingat ku?" Tanya CEO itu.
"Kamu pemilik perusahaan ini?" Tanya Zena. Lalu CEO itu menaikkan satu alisnya.
"Iya, aku adalah CEO disini dan pemilik perusahaan BYW. BYW adalah singkatan dari nama ku yaitu Bian Yudha Wirawan," Sahut Bian.
"Kalau begitu, mulai sekarang aku resign," Kata Zena. Ia tidak menyangka bahwa Bos nya adalah orang yang telah ia tampar di supermarket satu bulan yang lalu. Bagaimana tidak, Bian yang berkata kasar pada zena terlebih dulu.
"Ops, tidak bisa. Kamu tidak bisa resign," Bian menyahut.
"Pak Bian Yudha Wirawan yang terhormat. Saya mengundurkan diri. Saya tidak mau menjadi sekertaris Anda. Saya permisi!!" Zena menekan nama Bos nya itu.
Zena berjalan keluar ruangan, tetapi belum sempat ia memegang Kenop pintu. Ia sudah di kejutkan oleh suara Bian sang CEO arogan.
"Jika kamu membuka pintu itu. Kamu saya denda lima kali lipat dari gaji yang telah tercantum di surat lamaran kerja mu," Kata Bian dengan cepat kilat.
Zena berhenti berjalan lalu ia membalikkan badannya.
"Saya tidak mau, Lagi pula tidak ada perjanjian seperti itu!!!," Zena marah pada Bian. Bian berdiri dari tempat duduknya.
"Zena Alvela, Itukah nama mu?" Bian bertanya pada Zena. Ia semakin mendekat pada Zena.
"Ba-bapak mau apa?" Zena bertanya dengan gugup pada Bian. Zena semakin mundur ke belakang. Sedangkan Bian hanya senyum Devil.
"Mundur, Pak. Atau saya akan berteriak," Zena mengancam Bian. Zena sudah terpojokan. Punggungnya sudah menyentuh pintu. Bian semakin maju. Hanya satu jengkal jarak mereka berdua.
"Zena Alvela. Nama mu sangat cantik," Bian berkata dengan senyum semirk nya. Zena hanya diam tidak berkutik, ia sungguh takut. Keringat mengucur di dahinya.
"Apakah kamu takut padaku?" Tanya Bian.
"Jangan macam-macam, Pak. Saya mohon," Sahut Zena lirih.
"Apakah wajah ku sangat buruk, sampai kamu takut," Kata Bian. Ia mengelap keringat yang ada di dahi Zena menggunakan telapak tangannya kirinya. Sedangkan tangan kanannya mengunci Zena agar tidak kabur.
"Kumohon, menjauh lah, Pak," Zena berkata lirih, Ia semakin takut. Karena tidak paham, ia pun pingsan. Bian pun menangkapnya.
"Eh, Kamu kenapa?" Bian menepuk-nepuk pipi Zena. Karena tidak ada respon. Bian mengangkat Zena dan membawanya ke kamar yang ada di ruangan Bian, lalu meletakkan Zena di tempat tidur.
"Zena, Hey. Bangun lah!" Lagi-lagi Bian menepuk pipi Zena dengan pelan.
Karena sangat Khawatir, Bian pun menghubungi asisten Han yang masih berada di ruangannya dengan menggunakan ponselnya. Ia menyuruh Han untuk membawa minyak kayu putih. Tidak butuh lama, Han pun datang keruangan Bian.
"Ini minyak kayu putihnya, Tuan Bian," Kata Han yang baru datang. Bian pun langsung mengambilnya.
Bian dengan cepat mendekatkan minyak kayu putih itu ke hidung Zena. Beberapa menit, Zena pun sadarkan diri.
"Emm, aku dimana?" Zena bingung dengan ruangan itu.
"Kamu ada dikamar yang ada di dalam ruangan kerjaku," Bian menjawab dengan sifat arogan.
"Bapak, jangan mendekat," Bentak Zena kepada Bian. Lalu ia langsung duduk.
"Hey, tenanglah. Kamu baru sadar. Istirahatlah!" Bian menjawab dengan lembut seraya memegang pundak Zena.
Han yang masih ada di ruangan itu terkejut. Karena baru kali ini ada perempuan yang membentak Bian. Dan baru kali ini Bian menyentuh perempuan. Dan bisa bersikap lembut pada perempuan.
"Pak Bian. Bukannya Anda...," Ucapan Han terpotong.
"Jangan Khawatir. Aku tidak apa-apa," Bian memotong ucapan Han. Han pun mengangguk.
"Zena, jangan takut, aku tidak akan menyakitimu," Imbuh Bian kepada Zena. Sedangkan Zena hanya diam saja.
"Bapak ingin apa dari saya?" Zena angkat bicara.
"Aku hanya ingin kamu menjadi sekertaris ku," Bian menjawab pertanyaan Zena.
"Bukannya bapak tidak suka dengan orang yang terlambat?" Zena bertanya lagi. Karena ia bingung dengan bos nya itu.
"Sekarang kamu akan saya maafkan. Mulai besok kamu harus datang tepat waktu. Kamu paham!" Ucap Bian. Zena hanya mengangguk.
"Sekarang, kamu istirahat. Saya harus keluar dulu. Jika kamu sudah enakan, kamu boleh keluar dari kamar ini," Bian berkata kepada Zena dengan tegas. Lalu Bian dan Han pun keluar kamar dan menutup pintunya.
*****
Diluar kamar, yaitu di ruangan kerja Bian. Disana hanya ada Bian dan Han.
"Tuan Bian, kenapa anda bisa menyentuh perempuan tadi. Bagaimana jika alergi Anda akan kambuh?" Han bertanya pada Bian. Karena ia sangat bingung dengan sikap Bian tadi.
"Dia adalah perempuan yang ku cari," Bian menjawab pertanyaan Han.
"Maksudnya, Tuan?" Han tidak paham.
"Lihatlah ini!" Perintah Bian kepada Han. Bian melonggarkan dasinya dan membuka beberapa kancing bajunya. Lalu memeperlihatkan badannya pada Han.
"Kenapa badan Tuan Bian tidak timbul bintik. merah? Apakah Tuan Bian sudah sembuh? " Han bertanya-tanya.
"Aku belum sembuh. Hanya saja, ketika aku bersentuhan dengan Zena. Badan ku tidak menimbulkan bintik merah. Dia adalah gadis yang ku cari satu bulan yang lalu," Tutur Bian kepada Han. Han pun mengangguk paham. Lalu, Bian membenarkan pakaiannya lagi.
"Jadi, bagaimana dengan gadis yang menolong Tuan Bian, lima tahun yang lalu?" Han bertanya lagi pada Bian.
"Kamu selidiki tentang Zena Alvela. Aku merasa, Zena ada hubungannya dengan perempuan yang ku cari selama lima tahun ini," Tutur Bian kepada Han. Han pun mengangguk.
"Kalau begitu, kembalilah keruangan mu!" Perintah Bian kepada Han.
Tanpa basa-basi, Han langsung pergi ke ruangannya. Sesampai ruangannya, Han pun membuka leptopnya dan mencari informasi tentang Zena Alvela.
*
*
*
*
*
Like, coment, vote
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Author_Ay
ditunggu feednya dinovelku
my little wife
.Antara Aku, Kamu dan dia
takdir cinta alana
2020-09-14
0
Author_Ay
seru dan semangat ya nulisnya
2020-09-14
0