Pertemuan tidak diharapkan

Sedangkan es krim yang dibawa oleh Zena tumpah dari keranjangnya.

"Au, sakit," Zena meringis kesakitan.

"Kalau jalan lihat-lihat dong, kamu tidak punya mata ya?" Tanya laki-laki itu ketus pada Zena. Siapa lagi kalau bukan Bian sang CEO dari perusahaan terkenal nomor satu di ibu kota.

"Maafkan aku, aku tidak sengaja. Aku tadi mencari Kakakku," Tutur Zena sedikit takut. Ia masih duduk di lantai supermarket itu. Lalu ia memungut satu persatu es krimnya. Tetapi ia tidak melihat sedikitpun pria yang ia tabrak.

"Hey, aku berbicara pada mu. Kenapa kamu malah memungut es krim yang tidak ada gunanya itu!!" Bian marah karena pada Zena. Zena masih tidak menggubris ucapan Bian, ia masih setia memungut Es Krimnya. Bian pun jongkok, melihat Zena.

"Hey gadis, apakah kamu tuli?" Bian bertanya pada Zena dengan nada kesal.

'Plak'

Zena menampar pipi Bian. Zena menampar Bian karena ucapan Bian menyakitkan hatinya.

"Apa yang kamu lakukan?" Bian bertanya dengan nada marah. Ia memegang pipi kirinya yang di tampar oleh Zena.

"Menamparmu. Kamu memang pantas mendapatkannya. Dasar laki-laki tidak punya hati," Celetuk Zena. Ia kesal pada Bian. Lalu ia berdiri dan berjalan meninggalkan Bian.

"Kamu, dasar perempuan gila!! Berani-beraninya kamu menyentuhku dan menamparku, awas saja kamu," Bian berteriak pada Zena. Zena hanya diam saja dan lanjut berjalan mencari kakak nya itu.

"Argh, pasti badanku akan merah-merah," Batin Bian semakin kesal.

*****

Bian Yudha Wirawan adalah putra tunggal dari Dirga Wirawan dan Siska Wirawan. Bian adalah seorang CEO di perusahaan terkenal nomor satu yaitu perusahaan BYW, Ia menempati kantor pusat BYW di kota J. yang bergerak di bidang Pertambangan dan Properti. Bian adalah pewaris perusahaan BYW yaitu perusahaan Papa nya. Bian adalah lulusan S3 dari Universitas Negeri yang berada di luar kota tiga tahun yang lalu. Ia lulus dengan nilai Cum Laude, ia mendapatkan itu karena ia cerdas dan ia kuliah disana karena Beasiswa (Bukan berarti orang tuanya tidak mampu). Bian memiliki sifat Cuek, Arogan, irit bicara, memiliki jiwa pemimpin yang tinggi, disiplin adalah nomor satu, penyayang (untuk kedua orang tuanya dan juga orang yang benar-benar ia sukai). Perawakannya yaitu Tampan bak aktor korea terkenal, tinggi, kulit kuning langsat, badan besar dan Sixpack.

Dirga Wirawan adalah suami Siska, dan Papa nya Bian. Dirga memiliki sifat ramah, mudah bergaul. Perawakannya Tampan, tinggi, kulit kuning langsat, badan besar.

Siska Cintya adalah istri Dirga, dan Mama dari Bian. Siska memiliki sifat mudah senyum, cerewet, kalau berbicara ceplas-ceplos . Perawakannya cantik, tidak terlalu tinggi, kulit kuning langsat.

*****

"Kakak, lama sekali. Dari tadi aku mencari mu," Zena kesal pada kakak nya. Ternyata ia sudah menemukan Raka.

"Heheh, maaf," Kata Raka.

"Eh, kamu membeli semua es krim itu?" Tanya Raka pada adiknya. Raka sedikit bingung karena adiknya membawa banyak jenis es krim.

"Iya, aku beli semua. Kan Kakak yang bayar," Zena berkata tanpa dosa.

"Tapi itu banyak sekali Zen. Untuk apa es krim sebanyak itu?" Tanya Raka sedikit kesal pada adiknya yang seperti anak kecil.

"Pokoknya aku mau ini semua. Lagi pula uang Kakak kan banyak, tidak akan habis untuk membeli es krim ini," Sahut Zena dengan gampangnya.

"Tapi Zen. Itu sangat berlebihan," Raka berkata lembut pada adiknya.

"Kalau Kakak tidak mau belikan, aku aduhin ke Ayah dan Bunda," Kata Zena kesal pada kakaknya. Raka hanya menghela nafasnya, lalu ia menuruti kemauan adiknya yaitu membeli es krim yang telah di pilih oleh Zena.

Raka dan Zena pergi ke kasir untuk membayar belanjaan mereka berdua. Sang pelayan kasir pun menghitung semua belanjaan mereka.

"Semuanya Rp400.000,00, Kak," Kata Kasir kepada Raka. Raka pun memberi kartu kredit nya pada kasir.

Setelah selesai, Raka dan Zena menaiki mobil lalu pulang kerumah mereka.

*****

Disisi lain, yaitu di rumah Bian Yudha Wirawan. Ia masuk kedalam rumah dengan raut wajah sangat kesal.

"Bian, kamu baru pulang?" Siska bertanya pada Bian, anak tunggalnya.

"Iya," Sahut Bian dengan singkat.

"Kenapa wajah mu di tekuk seperti itu?" Imbuh Dirga kepada putranya itu.

"Aku lagi kesal pada seseorang," Sahut Bian.

"Pa, Ma. Aku masuk kamar dulu. Aku lelah habis pulang kerja," Sambung Bian. Lalu kedua orang tua nya pun mengiyakannya. Kemudian Bian masuk ke kamar nya yang berada di lantai dua.

"Kenapa tuh anak? Tidak bisanya dia se kesal itu," Dirga berkata pada istrinya.

"Entah. Mama pun tidak tahu, Pa. Kesambet kali," Celetuk Siska.

"Huss, kamu ini sembarangan saja bicara nya," Imbuh Dirga. Ia menggelengkan kepalanya karena ucapan istri tersayangnya itu.

"Maaf, heheh," Siska berkata, lalu tertawa. Diega hanya biasa saja, ia sudah tahu dengan tingkah istrinya yang terkadang jahil.

*****

Didalam kamar, Bian menggerutu sendiri dan langsung membuka jas, dasi dan kemejanya.

"Argh, dasar gadis gila. Pasti badanku merah," Gerutu Bian sangat kesal. Ia membuka satu persatu kancing baju kemejanya. Saat kancing itu terbuka, betapa terkejutnya ia.

"Loh, kenapa badanku tidak ada bintik merah. Biasanya jika disentuh perempuan pasti badanku akan bintik-bintik merah," Bian berkata pada diri sendiri. Ia masih berkaca di cermin. Dan tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Siapa gadis itu. Kenapa saat gadis itu menyentuhku, tetapi tidak menimbulkan reaksi pada fobia ku. Biasanya jika aku bersentuhan secara langsung dengan perempuan, pasti fobia ku akan timbul," Imbuhnya lagi.

"Apakah ia gadis yang aku cari sejak 5 tahun ini?" Tanya Bian pada diri sendiri. Banyak pertanyaan yang ada dalam pikirannya.

*****

Flash Back On

Lima tahun yang lalu. Malam hari, saat Brian sedang mabuk dan hendak bunuh diri karena frustasi akibat fobia nya itu, ia tidak sengaja dipertemukan dengan gadis SMA yang telah menolongnya, sehingga ia tidak jadi bunuh diri.

"Kenapa aku mempunyai penyakit seperti ini, kenapa engkau memberiku penyakit seperti ini, Ya Tuhan," Tutur Bian yang sedang mabuk. Ia menyetir mobilnya menuju rumah. Tetapi saat melintasi jembatan, ia memberhentikan mobilnya. Lalu berjalan keluar.

"Aku tidak bisa hidup jika seperti ini terus, aku harus mati sekarang. Selamat tinggal semuanya," Bian berkata ngelantur lalu ingin menjatuhkan dirinya ke jembatan itu. Tiba-tiba ada yang menariknya dan tersandar di pinggir penghalang jembatan.

"Apa kamu gila, Tuan??" Zena bertanya dengan suara tinggi.

"Siapa kamu, kenapa kamu ikut campur?" Tanya Bian yang setengah sadar akibat mabuk.

"Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Kukatakan padamu, jangan bunuh diri, itu hal yang tidak baik. Jika ada masalah maka cari lah jalan keluarnya bukan mala ingin bunuh diri seperti ini," Tutur Zena kesal pada Brian.

"Hey gadis kecil, kenapa kamu malah menasehati ku. Apakah kamu tidak takut denganku?" Tanya Bian pada Zena. Tangan Bian membelai wajah mungil Zena.

"Aku tidak takut dengan mu. Kalau kamu macam-macam, aku tinggal berteriak saja," Sahut Zena enteng. Lalu menepis tangan Bian yang membelai pipinya.

"Gadis yang pemberani," Kata Bian seraya tersenyum lalu ia berdiri. Tiba-tiba dunia seperti berputar-putar, Badannya tumbang dan menimpa Zena.

"Auuuh, sakit. Badanmu berat sekali, Tuan. Berdirilah dengan benar!" Zena berkata kepada Brian. Bian pun membenarkan tubuhnya lalu duduk di tepian terotoar jembatan.

"Hmm. Bisakah kamu mengambil ponselku di saku jas ku dan menghubungi asistenku bernama Han? " Tanya Bian pada Zena. Matanya terpejam karena pusing. Lalu Zena pun mengiyakannya.

Dengan sigap, Zena mengambil ponsel Bian yang berada di saku jas nya. Lalu mencari kontak Han di ponsel itu. Beberapa menit ia menemukannya, lalu menghubungi asisten Han. Kemudian menunjukkan dimana Bian berada.

30 menit kemudian, asisten Han pun datang dari rumah nya ke jembatan itu dengan menggunakan mobil. Ia pun turun dari mobilnya, lalu menghampiri Bian yaitu bos nya.

"Tuan, apa yang anda lakukan. Kenapa mabuk seperti ini," Han bertanya pada Bian. Sedangkan Bian hanya diam saja.

"Maaf, Tuan Han. Tuan mu ini tadi ingin bunuh diri. Lalu aku menolongnya," Tutur Zena kepada asisten Han.

"Terimakasih, Nona," Sahut Han.

"Kamu masih sekolah?" Tanya Han kepada Zena.

"Iya, tuan. Aku masih sekolah, aku kelas 3 SMA di sekolah Bina Karya," Sahut Zena seraya tersenyum. Han pun mengangguk. Han belum sempat menanyakan nama Zena, tetapi Zena sudah berpamitan pulang.

"Kalau begitu, saya pulang duluan. Karena hari sudah malam," Zena berpamitan pada Han.

"Apakah saya perlu mengantar mu, Nona?" Tanya Han dengan lembut kepada Zena.

"Tidak perlu, Tuan. Kamu antarkan saja Tuan mu ini ke rumahnya. Lagi pula, rumah saya dekat, hanya 15 menit dari sini jika naik motor," Kata Zena pada Han.

"Kalau begitu, saya permisi dulu!" Kata zena. Lalu asisten Han mengangguk.

Zena pun menggunakan helm nya dan menaiki motor metik nya itu, lalu melajukan motornya ke rumahnya. Sedangkan asisten Han membawa Bian pulang kerumah orang tua Bian.

Keesokan harinya, Di pagi hari, Bian sudah bangun. Ia mengingat kejadian semalam. Ia membuka bajunya ternyata tidak ada bintik merah di badannya. Sama sekali tidak ada sedikitpun. Lalu ia menanyakan pada Han sang asisten pribadinya melalui ponselnya.

"Han, kamu tahu gadis yang menolongku semalam?" Tanya Bian dari ujung ponsel.

"Saya tidak tahu nama gadis itu. Hanya saja, gadis itu tinggal di dekat jembatan itu. Katanya jaraknya hanya 15 menit jika menggunakan motor. Dan gadis itu juga sekolah di SMA Bina Karya, ia masih kelas 3 SMA," Sahut Han kepada Bian.

"Kalau begitu, cari tahu tentang gadis itu!" Perintah Bian kepada Han.

"Untuk apa, tuan Bian?" Tanya Han dari seberang ponsel.

"Jangan banyak tanya, lakukan saja perintah ku," Kata Bian. Lalu Han pun mengiyakannya.

Akan tetapi keesokan harinya Zena Alvela pindah sekolah, karena Zena dan keluarganya harus pindah ke kota lain. Sebab ayahnya Zena harus mengurus perusahaan cabang yang sedang di landa masalah. Mau tidak mau Zena pun mengikuti keputusan ayahnya. Mereka meninggalkan rumah mereka yang ada di kota J. Mereka tinggal di kota lain selama satu tahun dan sampai Zena Lulus SMA. Kemudian mereka kembali ke Kota J dan tinggal di rumah mereka yang dulu.

Lalu Bian pun tidak bisa menemukan gadis yang ia cari. Bian dan Han datang ke sekolah itu ternyata gadis yang mereka cari tidak ada yang mirip dengan gadis yang mereka cari.

Satu minggu kemudian ia harus balik ke luar kota untuk berkuliah. Karena ia di kota J hanya liburan saja sebab ia libur kuliah.

*****

Han adalah asisten pribadi Bian. Sejak Bian masih kelas tiga dan masih di Bangku Sekolah Dasar, Han sudah bekerja sebagai asisten pribadi Bian. Han adalah orang kepercayaan keluarga Wirawan. Usia asisten Han hampir menyerupai kedua orang tua Bian. Hanya saja, enam tahun lebih muda Han dari kedua orang tua Bian. Han juga sudah memiliki istri dan satu anak perempuan dan satu anak laki-laki.

*

*

*

*

*

Like, coment, vote

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Yhu Nitha

Yhu Nitha

like n rate5 mndarat👍👍

2020-09-15

0

Author_Ay

Author_Ay

seru

2020-09-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!