Bab 2, Tulang Yang telah Patah Tidak Akan Pernah Patah Kembali

Tari yang mendengar kata - kata Shaka terdiam beberapa saat, kemudian Tari memandang Shaka dan tertawa kepadanya.

Raut muka tegang Shaka berubah menjadi bingung. Ia memandang Tari dengan perasaan tidak mengerti atas sikap Tari.

Setelah itu, Tari berkata "Kalau kamu mencintaiku, emang kenapa, Shaka? Apa yang salah dengan hal itu?

" Banyak orang juga mencintaiku, tidak kamu saja. Teman - teman laki- laki di angkatanku juga banyak yang mencintaiku. Bahkan adik kelasku yang laki - laki juga banyak yang menyatakan cinta kepadaku. Terus apa yang salah, Shaka?".

"Apa kamu tidak mengerti, Tari? Aku mencintaimu dengan setulus hatiku. Apa kamu mau menjadi pacarku?" balas Shaka.

"Tidak" ujar Tari.

Seketika wajah Shaka terperanjat dan dengan terbata - bata ia berkata " Apa kamu tidak mencintaiku, Tari?"

"Tidak" balas Tari.

Wajah Shaka tambah berubah menjadi pucat. Serasa ada beton besar yang menghantam dirinya. Sakit dan perih menyelimuti perasaannya. Jantungnya berdebar kencang tak karuan. Meremuk redamkan isi jiwanya. Membuat dirinya goyah dan dengan sekuat tenaga, ia berusaha membuat dirinya tegar menanggung perkataan Tari.

Dengan bibir terkatup - katup, Shaka berkata " Te..ruuss, ttee..ruuss, apa makk..sudmu bahwa kamu haa..nyyyaaa..membutuhkan diriku?"

"Apa artinya kamu mengatakan bahwa aku satu - satunya laki - laki yang memberimu perhatian yang tulus?"

" Apa maksud dari semua kata - kata manismu yang kamu ucapkan kepadaku dulu, Tari?" kata Shaka.

"Apa kamu mempermainkanku selama ini, Tari? " sambung Shaka.

" Aku menikmati perhatian dan kasih sayangmu, Shaka. Tapi aku tidak mencintaimu. Aku sudah punya tunangan, walau jauh di pulau seberang." kata Tari.

Waktu serasa berhenti berdetak. Siang berubah menjadi gelap. Mendung datang menghiasi awan dan membuat suasana sekitar menjadi kelabu. Seharu biru perasaan Shaka yang ia alami sekarang.

Dengan menghela nafas yang kian berat dan sesak di dada, Shaka melanjutkan pertanyaannya kepada Tari.

"Apa kamu membutuhkan aku sebagai penghapus rasa kesepianmu, Tari?"

"Iya " ucap Tari.

Dengan pandangan tidak percaya, Shaka kemudian berkata " Tari, aku mencintaimu dengan segenap hatiku. Aku rela mengorbankan semua waktuku hanya untukmu."

"Aku baru merasakan cinta dalam hatiku, Tari. Cintaku tulus dan suci kepadamu karena kamulah cinta pertamaku, Tari." lanjut Shaka.

" Tapi aku tidak mencintaimu. Kamu hanyalah teman bagiku" kata Tari.

Dengan menghela nafas dan memandangi wajah Tari, Shaka berkata

" Baiklah Tari, aku terima semua itu. Terima kasih sudah membuatku merasakan cinta untuk pertama kalinya. Terima kasih telah mengajariku selama ini. Aku pulang dulu. Terima kasih." kata Shaka.

"Terserah." balas Tari.

Kemudian Shaka keluar meninggalkan rumah Tari. Ia pergi dengan hanya menatap arah kosong yang ada di depannya. Ia tidak berpaling sedikitpun ke arah Tari. Ia meninggalkan rumah Tari dengan perasaan yang hancur lebur, menahan sakit dan perih hati dalam dirinya, bersama dengan hujan yang memayunginya.

Ia tidak menyangka bahwa Tari akan sekejam itu. Melukai cinta tulus yang selama ini ia persembahkan hanya untuk Tari. Mengkhianati semua pengorbanan yang sudah ia lakukan demi hanya untuk Tari seorang.

Shaka sudah merelakan semua waktunya untuk Tari. Ia sengaja menyimpan uang sakunya hanya untuk bisa menelpon dan mengajak Tari untuk makan.

Ia rela mengorbankan waktu ekstra istirahatnya agar ia bisa menemani Tari berjalan - jalan. Di sela - sela waktu kesibukannya berlatih Taekwondo, Ia menyempatkan untuk selalu menemani Tari. Ia tidak memperdulikan kesehatan dirinya sendiri walau ia seorang atlet yang sedang menjalani Training Center di sekolahnya untuk Lomba Kejuaraan antar sekolah tahun depan.

Bahkan ia rela bolos sekolah hanya untuk menemui Tari yang telah menggantung hatinya lebih dari 2 bulan. Namun semua pengorbanannya itu sia - sia. Sekarang yang ada hanya rasa kepedihan, kekecewaan dan penyesalan yang membayangi Shaka.

Dalam perjalanannya, Shaka hanya bisa menangis. Nanar matanya menatap jalan. Sangat perih rasanya. Sangat luluh lantak perasaannya. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya menyusuri jalan tak tentu arah. Pergi bersama arah angin dan air hujan yang menemaninya.

***

Sementara itu, tak terasa sore telah datang menjelang. Ibu Shaka khawatir karena waktu akan beranjak gelap, namun Shaka masih belum menampakkan batang hidungnya juga. Terlebih dengan cuaca hujan dan petir yang datang menghiasi langit waktu itu.

Dengan berjalan mondar mandir di depan ayahnya, Ibu Shaka berkata :

" Ayah bagaimana ini, kok Shaka belum datang juga?"

" Sabar Bu, mungkin Shaka lagi berteduh." kata Ayah.

" Iya, Bu. Mungkin kakak juga sedang berteduh di rumah temannya." sahut Rama, adik Shaka.

" Lagian tidak akan ada orang yang berani menculik kakak, Bu. Kakak kan pemegang sabuk hitam Taekwondo." sambung Rama.

Rama adalah adik Shaka. Ia adalah adik laki - laki Shaka. Ia berumur 15 tahun dan sedang duduk di kelas 3 SMP di salah satu sekolah swasta di kota Malang. Ia tergolong anak yang usil, namun sangat sayang dan percaya kepada kakaknya itu.

Ayah Shaka merupakan karyawan di salah satu BUMN ternama di kota itu. Sedangkan Ibu Shaka adalah seorang ibu rumah tangga yang dulunya merupakan teman satu kantor dari Ayahnya Shaka. Namun, Ibunya Shaka lebih memilih mengundurkan diri dari perusahaan tersebut untuk menjaga dan mendidik kedua putra tercintanya tersebut.

" Ini bukan soal culik - menculik, Rama. Ibu hanya takut terjadi kenapa - kenapa dengan kakakmu. Ibu dan Ayah tahu kalau kakakmu jago bela diri. Apa kamu tidak ingat bagaimana dulu kakakmu menghajar 2 orang temannya ketika di kelas 3 SMP dan harus membuat Ayah dipanggil ke sekolah?" gerutu Ibu.

"Ibu hanya khawatir saja. Tidak biasanya kakakmu tidak memberitahu Ibu." sambung Ibu.

" Ya sudah Bu, coba telepon aja Shaka." kata Ayah.

"Sudah, Yah. Tapi Shaka tidak mengangkatnya. Gimana nih, Yah?" balas lbu.

"Coba saja lagi, siapa tahu, ia akan menjawabnya. Mungkin ia menyimpan handphonenya karena hujan" kata Ayah.

"Haduhhhh, nih anakkkkk, buat orang tua khawatir saja." geram Ibunya.

Namun pada saat ibunya mencoba untuk menelpon Shaka, terdengar suara sms dari Shaka. Shaka mengabarkan ibunya bahwa Shaka sekarang sedang berteduh di rumah Sherly. Ia meminta maaf karena akan terlambat pulang dan telah membuat keluarganya khawatir.

Melihat sms dari putra sulungnya tersebut, ibunya Shaka merasa lega. Ia sudah mengenal Sherly dan keluarganya sejak setahun yang lalu karena Sherly sering mengobrol dengan keluarga Shaka. Sherly juga sering main ke rumah Shaka. Ibu hanya berpesan kepada anaknya tersebut agar tidak pulang larut malam walaupun besok adalah hari minggu.

***

Pada saat pergi dari rumah Tari, Shaka hanya menghabiskan waktunya untuk merenungi kejadian yang baru saja ia alami. Tak terasa, waktu telah beranjak sore dan beberapa jam lagi langit akan gelap.

Ia tidak berpikir untuk menelpon ibunya. Karena ia mengetahui bahwa ibunya akan tahu bahwa ia sedang menangis. Yah begitulah Ibu, instingnya setajam harimau. Untuk itu, ia hanya mengirim sms untuk memberitahukan keadaannya.

Dalam keadaan yang galau itu, Shaka kemudian pergi menuju ke rumah Sherly. Ia tidak tahu kepada siapa lagi ia akan menceritakan kepedihan hatinya kecuali kepada Sherly. Ia merasa malu untuk menceritakan masalah yang dialaminya tersebut kepada Ayah dan Ibunya. Takut akan ditertawakan oleh keluarganya lagi.

Ia masih ingat ketika keluarganya menertawakannya ketika ia mendapat surat cinta dari teman sekolahnya di kelas 3 SMP. Bahkan Ia masih ingat ketika adiknya Rama mengusili dirinya dengan membacakan surat cinta yang disembunyikan di lemari pakaiannya itu di depan ayah dan ibunya pada waktu sarapan pagi. Ia tidak mau kejadian memalukan di masa lalu tersebut terulang kembali. Oleh karena itu, kali ini ia bertekad untuk menyembunyikan perasaannya. Namun apa daya, Shaka tidak kuat menahan perihnya dan memutuskan untuk pergi ke rumah Sherly untuk mencari solusinya.

***

Ketika tiba di depan pagar rumah Sherly, Shaka berteduh dan mengeluarkan handphone miliknya serta mengirimkan pesan singkat kepadanya :

" Aku di depan rumahmu. Kamu dimana?"

Cukup lama Shaka menunggu jawaban dari Sherly. Hingga 1 jam kemudian, seorang perempuan membukakan pintu rumahnya dan berkata :

" Shaka..."

Shaka pun menoleh dan hanya bisa memandangi Sherly dengan pandangan yang sendu.

Sherly pun berlari dan segera membukakan pintu pagar rumahnya yang berwarna putih. Ia melihat raut muka Shaka yang sembab dan bajunya yang basah kuyub tertembus hujan.

Ia tahu dengan pasti bahwa Shaka sedang mengalami hal buruk karena ia sudah mengenal Shaka sejak lama. Dibalik sikapnya yang dingin, Shaka merupakan laki - laki yang lembut dan hangat.

Tanpa basa - basi lagi, Sherly berkata " Apa yang terjadi? Apa kamu baik - baik saja?".

Ingin rasanya Shaka memeluk Sherly dan menumpahkan seluruh air matanya. Namun ia menahan dirinya untuk tidak melakukan itu.

Ia hanya bisa memandangi Sherly sambil berusaha menahan air mata yang jatuh menetes di pipinya.

Tanpa banyak bicara, Sherly memegang tangan Shaka dan menuntun dirinya untuk masuk ke dalam rumahnya.

Shaka hanya terdiam dan memandangi Sherly ketika ia melakukan hal itu. Mengingatkan hal sama yang pernah Tari lakukan kepadanya saat mereka berdua berteduh di kantin sekolah saat hujan mengguyurnya.

Terpopuler

Comments

📚 Inem tak di anggap (HIATUS)

📚 Inem tak di anggap (HIATUS)

Semangat terus 💪💪

2020-11-13

1

Nur Hidayanti

Nur Hidayanti

sherly.....peka banget

2020-11-13

1

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

rayuan shaka

2020-11-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1, Sayap Yang Tumbuh
2 Bab 2, Tulang Yang telah Patah Tidak Akan Pernah Patah Kembali
3 Bab 3, Beauty But The Beast
4 Bab 4, Garis Takdir Pertemuan
5 Bab 5, Rasa itu Nyata
6 Bab 6, Remah - Remah Cinta (Bagian 1)
7 Bab 7, Remah - Remah Cinta (Bagian 2)
8 Bab 8, Beri Sedikit Waktu
9 Bab 9, Biar Waktu yang Menjemputnya
10 Bab 10, Percaya Padaku
11 Bab 11, Janji
12 Bab 12, First Date (Bagian 1)
13 Bab 13, First Date (Bagian 2)
14 Bab 14, First Date (End)
15 Bab 15, Rahasia Hati (Bagian 1)
16 Bab 16, Rahasia Hati (Bagian 2)
17 Bab 17, Perasaan Seorang Teman
18 Bab 18, Luka Lama (Bagian 1)
19 Bab 19, Luka Lama (Bagian 2)
20 Bab 20, Luka lama (Bagian 3)
21 Bab 21, Luka Lama (Bagian 4)
22 Bab 22, Luka Lama (End)
23 Bab 23, Rendezvous (Bagian 1)
24 Bab 24, Rendezvous (Bagian 2)
25 Bab 25, Sepenggal Kisah Lalu
26 Bab 26, Love..Love..Love.. (Bagian 1)
27 Bab 27, Love..Love..Love..(End)
28 Bab 28, A Wish...
29 Bab 29, A Beginning (Part 1)
30 Bab 30, A Beginning (Part 2)
31 Bab 31, Ulang Tahun (Part 1)
32 Bab 32, Ulang Tahun (Part 2)
33 Bab 33, Ulang Tahun (Part 3)
34 Bab 34, Ulang Tahun (Part 4)
35 Bab 35, Ulang Tahun (Part 5)
36 Bab 36, Selimut Hati (Part 1)
37 Bab 37, Selimut Hati (Part 2)
38 Bab 38, Selimut Hati (End)
39 Bab 39, Dear Shaka...(Part 1)
40 Bab 40, Dear Shaka...(Part 2)
41 Bab 41, Aku Selalu Ada (Part 1)
42 Bab 42, Aku Selalu Ada (Part 2)
43 Bab 43, Aku Selalu Ada (End)
44 Bab 44, Sayonara Putih Abu-abu
45 Bab 45, Hikmah Kehidupan
46 Bab 46, Orientasi Baru (Part 1)
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab 1, Sayap Yang Tumbuh
2
Bab 2, Tulang Yang telah Patah Tidak Akan Pernah Patah Kembali
3
Bab 3, Beauty But The Beast
4
Bab 4, Garis Takdir Pertemuan
5
Bab 5, Rasa itu Nyata
6
Bab 6, Remah - Remah Cinta (Bagian 1)
7
Bab 7, Remah - Remah Cinta (Bagian 2)
8
Bab 8, Beri Sedikit Waktu
9
Bab 9, Biar Waktu yang Menjemputnya
10
Bab 10, Percaya Padaku
11
Bab 11, Janji
12
Bab 12, First Date (Bagian 1)
13
Bab 13, First Date (Bagian 2)
14
Bab 14, First Date (End)
15
Bab 15, Rahasia Hati (Bagian 1)
16
Bab 16, Rahasia Hati (Bagian 2)
17
Bab 17, Perasaan Seorang Teman
18
Bab 18, Luka Lama (Bagian 1)
19
Bab 19, Luka Lama (Bagian 2)
20
Bab 20, Luka lama (Bagian 3)
21
Bab 21, Luka Lama (Bagian 4)
22
Bab 22, Luka Lama (End)
23
Bab 23, Rendezvous (Bagian 1)
24
Bab 24, Rendezvous (Bagian 2)
25
Bab 25, Sepenggal Kisah Lalu
26
Bab 26, Love..Love..Love.. (Bagian 1)
27
Bab 27, Love..Love..Love..(End)
28
Bab 28, A Wish...
29
Bab 29, A Beginning (Part 1)
30
Bab 30, A Beginning (Part 2)
31
Bab 31, Ulang Tahun (Part 1)
32
Bab 32, Ulang Tahun (Part 2)
33
Bab 33, Ulang Tahun (Part 3)
34
Bab 34, Ulang Tahun (Part 4)
35
Bab 35, Ulang Tahun (Part 5)
36
Bab 36, Selimut Hati (Part 1)
37
Bab 37, Selimut Hati (Part 2)
38
Bab 38, Selimut Hati (End)
39
Bab 39, Dear Shaka...(Part 1)
40
Bab 40, Dear Shaka...(Part 2)
41
Bab 41, Aku Selalu Ada (Part 1)
42
Bab 42, Aku Selalu Ada (Part 2)
43
Bab 43, Aku Selalu Ada (End)
44
Bab 44, Sayonara Putih Abu-abu
45
Bab 45, Hikmah Kehidupan
46
Bab 46, Orientasi Baru (Part 1)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!