Bab 5 Kritis

Drap Drap Drap

Langkah kaki jenjang yang masih terbalut kaos kaki putih dan sepatu limited edition biru muda itu berlari cepat menyusuri lorong rumah sakit. Suara gesekan sol sepatunya menggema di lantai granit, menyatu dengan hiruk-pikuk khas rumah sakit. Suara monitor berdenting, perawat yang lalu-lalang, dan pengumuman dari pengeras suara.

Rambut panjang kecokelatan yang diikat kuda ikut terayun ke sana kemari mengikuti gerak tubuhnya. Nafasnya tersengal, tapi langkah kakinya tak mau berhenti.

Alvyna gadis itu masih mengenakan seragam sekolah lengkap dengan dasi dan name tag SMA Bintara. Sejak turun dari motornya di area parkir, ia langsung berlari tanpa peduli siapa pun yang ia lewati. Pandangannya tertuju pada satu titik yaitu pintu kaca bertuliskan "UNIT GAWAT DARURAT."

Dan di sanalah dia.

Langkahnya terhenti matanya langsung menangkap sosok wanita paruh baya yang tampak mondar-mandir di depan pintu dengan ekspresi cemas. Manda mama dari El, sekaligus sahabat dekat almarhum ayahnya dan juga sahabat dari mama Alvyna.

"Tante! Gimana Mama? Mama aku kenapa?!" suara Alvyna terdengar panik, napasnya tak teratur, wajahnya penuh kecemasan saat menghampiri Manda.

Manda sontak menoleh. Wajahnya menunjukkan kegelisahan nyata, matanya sembab seolah sudah menahan tangis sejak lama. "Alvyna, tenang dulu sayang. Ayo duduk dulu ya? Dokter masih menanganinya di dalam. Kita tunggu sebentar lagi ya," ucapnya lembut, menggandeng Alvyna menuju bangku panjang yang dingin di tepi lorong.

"Tapi... tapi kenapa bisa sampai masuk rumah sakit lagi, Tante? Mama baru pulang dari rumah sakit kan? Apa jantungnya kambuh lagi? Atau..." kalimatnya menggantung. Suaranya melemah. Air mata yang sejak tadi ditahan akhirnya menetes juga membasahi pipinya.

Manda menarik napas pelan, lalu menjelaskan dengan suara bergetar. "Tante juga gak tau pasti, sayang. Tadi Tante main ke rumah, mau ngobrol-ngobrol. Eh pas masuk, malah lihat mama kamu udah pingsan di dekat tangga..."

Deg

Jantung Alvyna seolah melompat dari tempatnya. Pingsan? Di dekat tangga? Pikiran buruk langsung memenuhi kepalanya. Apa Mama jatuh? Apa kepalanya terbentur? Apa...

"Apa mama jatuh? Terus sekarang gimana? Mama kenapa Tan?!" suaranya meninggi, air matanya mengalir makin deras. Tubuhnya mulai gemetar tak mampu lagi berpikir jernih.

Manda tanpa ragu langsung berdiri dan memeluk Alvyna erat. Ia mengusap kepala gadis itu dengan lembut, mencoba menenangkannya. "Tenang sayang. Mama yakin mama kamu gak kenapa-kenapa. Kita doakan yang terbaik ya."

Dalam hati, Alvyna berdoa dalam diam. Berkali-kali dengan suara yang tak terdengar hanya bisa berharap.'Tuhan, jangan ambil mama dariku.'

Beberapa menit yang terasa seperti seumur hidup pun berlalu. Denting jam dinding semakin terdengar nyaring di telinganya.

Tak lama kemudian, langkah tergesa dari arah tangga mendekat. Raditya papa El, muncul dengan napas memburu. Menyusul beberapa saat setelahnya, El datang dengan wajah panik dan seragam sekolah yang masih berantakan.

"Ma gimana kondisi Bu Sarena?" tanya Raditya langsung sambil menghampiri istrinya.

Manda menggeleng lemah. "Masih ditangani dokter Pa. Kita cuma bisa berdoa sekarang."

El menoleh ke kiri dan melihat Alvyna yang duduk lemas di bangku dengan wajah penuh air mata. Wajahnya menyiratkan kebingungan.

"Loh dia juga di sini? Siapa yang sakit? Mama gue gak apa-apa kan?" batinnya bertanya, penuh kecemasan.

Namun sebelum satu pun dari pertanyaan itu sempat terjawab, pintu UGD terbuka. Seorang dokter paruh baya dengan jas putih dan name tag bertuliskan Dr. Faris melangkah keluar dengan wajah serius.

Alvyna langsung berdiri dan menghampiri.

"Dok gimana kondisi mama saya? Apa mama saya baik-baik aja?!" tanyanya terburu-buru, matanya memohon.

Dr. Faris menarik napas dalam sebelum menjawab, "Nona, berdasarkan hasil pemeriksaan, ibu Anda tidak mengonsumsi obat-obatan yang kami resep kan beberapa hari terakhir. Selain itu beliau mengalami benturan cukup parah di kepala, kemungkinan besar akibat terjatuh sebelum pingsan. Saat ini beliau dalam kondisi kritis dan harus segera dipindahkan ke ICU untuk penanganan lebih intensif."

Jleb

Kata ‘kritis’ menggema di kepala Alvyna. Napasnya tercekat tubuhnya seperti kehilangan tenaga.

"A-apa? K-kritis?" suaranya bergetar. Pandangannya mulai mengabur dunia di sekitarnya terasa berputar. Dan dalam hitungan detik tubuhnya ambruk tak sadarkan diri.

"ALVYNA!!" teriak Manda panik.

Untung saja El yang berdiri tak jauh langsung bergerak cepat dan menangkap tubuh Alvyna sebelum benar-benar menghantam lantai. Ia menahan tubuh gadis itu, menggendongnya dalam posisi bridal style tanpa pikir panjang.

"Dok bantuin! Dia pingsan!" teriak El panik.

Beberapa suster langsung bergerak cepat, membuka pintu menuju ruang perawatan. El mengikuti mereka sambil masih menggendong Alvyna yang tak sadarkan diri.

Sementara itu, Manda menatap Dr. Faris dengan mata berkaca-kaca. "Tolong lakukan yang terbaik, Dok. Saya mohon selamatkan sahabat saya."

Dr. Faris menatap Manda dengan tenang dan penuh empati. "Kami akan berusaha semaksimal mungkin, Bu. Mohon bantu doanya."

Di ruangan lain yang lebih tenang, Alvyna kini terbaring di atas ranjang periksa. Selimut rumah sakit menutupi tubuhnya yang masih berseragam. Selang infus terpasang di tangan kirinya.

El duduk di kursi di sebelah ranjang, menatap wajah pucat gadis itu. Tangannya mengepal di pangkuan, bingung sendiri dengan rasa khawatir yang kini mendominasi hatinya. Gadis yang biasanya jutek, galak, bahkan suka mencuekinya kini terbaring lemah. Dan anehnya, itu bikin napasnya sendiri sesak.

"Engh..." Alvyna mulai bergerak pelan. Tangannya meraih kepala yang terasa berat dan nyeri. El langsung berdiri reflek mendekat.

"Pelan-pelan. Lo baru pingsan tadi," ucapnya lembut sambil menopang tubuh Alvyna agar bisa duduk bersandar.

Alvyna membuka mata perlahan. Pandangannya masih buram. "Mana mama gue?" tanyanya cepat. Suaranya serak tapi nadanya penuh ketegangan.

"Masih ditangani dokter. Kata mereka mau dipindahin ke ICU," jawab El pelan.

Deg

Alvyna terdiam. Jadi semua itu bukan mimpi? Bukan sekadar bayangan buruk? Ini nyata?Tangannya mengepal erat di atas selimut. Rasanya seperti ditampar kenyataan matanya kembali memanas.

El menarik napas panjang lalu berkata pelan, "Gue tahu ini berat banget buat lo. Tapi lo harus kuat. Nyokap lo juga pasti lagi berjuang di dalam sana. Kita doain bareng-bareng ya?"

Alvyna menoleh pelan, menatap El dengan mata yang masih berkaca-kaca. Bingung dan kaget serta tak percaya.

Dia? Tunangan dadakannya? Cowok yang bikin hari-harinya berantakan? Sekarang justru jadi orang pertama yang menenangkan dia?

Dunia benar-benar aneh. Tapi di saat seperti ini, justru genggaman tangan yang tenang itu terasa seperti satu-satunya pelampung di tengah badai yang tak henti menggulung. Dan untuk pertama kalinya. Alvyna merasa bersyukur El ada di sana.

Episodes
1 Bab 1 Bukan Sinetron Zaman Dulu
2 Bab 2 Nikah?
3 Bab 3 Sama-Sama Punya Pacar
4 Bab 4 Sakit?
5 Bab 5 Kritis
6 Bab 6 Dibalik Sikap Dinginnya
7 Bab 7 Suami Istri
8 Bab 8 Minta Jatah
9 Bab 9 Satu Kamar
10 Bab 10 Putus?
11 Bab 11 Merinding
12 Bab 12 Lo!!!
13 Bab 13 Ketos
14 Bab 14 First Kiss
15 Bab 15 Mau Putus
16 Bab 16 Pelajaran
17 Bab 17 Perasaan Gugupnya
18 Bab 18 Perhatian Kecil
19 Bab 19 Tidur Berdua
20 Bab 20 Ciuman
21 Bab 21 Paksu
22 Bab 22 Ban Kempes
23 Bab 23 Siapa Om-Om Ini?
24 Bab 24 Gue Laper Ra
25 Bab 25 Adik?
26 Bab 26 Jadi Pacar Lo Sagara?
27 Bab 27 Namanya Aneh Banget
28 Bab 28 Istri
29 Bab 29 Boneka Teletubbies.
30 Bab 30 Terpaku
31 Bab 31 Hubungan Kita Sampai Sini Aja
32 Bab 32 Gudang
33 Bab 33 Lo Vampir Apa Manusia?
34 Bab 34 Dia Ngasih Nafkah?
35 Bab 35 Sagara?
36 Bab 36 Benar-Benar Apes
37 Bab 37 Lo Makan Nasi Gue Juga
38 Bab 38 Semua Cowok Brengsek?
39 Bab 39 Gak Ada Kata 'Balikan'
40 Bab 40 Gue Pengen Pipis
41 Bab 41 Siapa Suruh Seksi
42 Bab 42 Langsung Dari Pabriknya
43 Bab 43 Tanggung Jawab Gak
44 Bab 44 Udah Puas Peluk-Pelukan
45 Bab 45 Virus
46 Bab 46 Kapan Bisa Unboxing
47 Bab 47 Takut Dilabrak Cewek Lo
48 Bab 48 Lo Ngapain Disini?
49 Bab 49 Bencana Ini Bencana Besar
50 Bab 50 Ipar Tiri Kamu El
51 Bab 51 Besok Gue Cerita
52 Bab 52 Gue Tumbalin Lo Ya
53 Bab 53 Dia Gak Rela!
54 Bab 54 Dia Tetap Orang Tua Lo
55 Bab 55 Skin To Skin Contact
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1 Bukan Sinetron Zaman Dulu
2
Bab 2 Nikah?
3
Bab 3 Sama-Sama Punya Pacar
4
Bab 4 Sakit?
5
Bab 5 Kritis
6
Bab 6 Dibalik Sikap Dinginnya
7
Bab 7 Suami Istri
8
Bab 8 Minta Jatah
9
Bab 9 Satu Kamar
10
Bab 10 Putus?
11
Bab 11 Merinding
12
Bab 12 Lo!!!
13
Bab 13 Ketos
14
Bab 14 First Kiss
15
Bab 15 Mau Putus
16
Bab 16 Pelajaran
17
Bab 17 Perasaan Gugupnya
18
Bab 18 Perhatian Kecil
19
Bab 19 Tidur Berdua
20
Bab 20 Ciuman
21
Bab 21 Paksu
22
Bab 22 Ban Kempes
23
Bab 23 Siapa Om-Om Ini?
24
Bab 24 Gue Laper Ra
25
Bab 25 Adik?
26
Bab 26 Jadi Pacar Lo Sagara?
27
Bab 27 Namanya Aneh Banget
28
Bab 28 Istri
29
Bab 29 Boneka Teletubbies.
30
Bab 30 Terpaku
31
Bab 31 Hubungan Kita Sampai Sini Aja
32
Bab 32 Gudang
33
Bab 33 Lo Vampir Apa Manusia?
34
Bab 34 Dia Ngasih Nafkah?
35
Bab 35 Sagara?
36
Bab 36 Benar-Benar Apes
37
Bab 37 Lo Makan Nasi Gue Juga
38
Bab 38 Semua Cowok Brengsek?
39
Bab 39 Gak Ada Kata 'Balikan'
40
Bab 40 Gue Pengen Pipis
41
Bab 41 Siapa Suruh Seksi
42
Bab 42 Langsung Dari Pabriknya
43
Bab 43 Tanggung Jawab Gak
44
Bab 44 Udah Puas Peluk-Pelukan
45
Bab 45 Virus
46
Bab 46 Kapan Bisa Unboxing
47
Bab 47 Takut Dilabrak Cewek Lo
48
Bab 48 Lo Ngapain Disini?
49
Bab 49 Bencana Ini Bencana Besar
50
Bab 50 Ipar Tiri Kamu El
51
Bab 51 Besok Gue Cerita
52
Bab 52 Gue Tumbalin Lo Ya
53
Bab 53 Dia Gak Rela!
54
Bab 54 Dia Tetap Orang Tua Lo
55
Bab 55 Skin To Skin Contact

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!