“El! Sudah siap belum sih? Dari tadi Mama nungguin loh!” seru Manda sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar putranya yang masih tertutup rapat. Nada suaranya terdengar cukup lantang, khas ibu-ibu yang sudah tak sabar karena jam sudah hampir menunjukkan pukul lima sore.
Ceklek
Beberapa detik kemudian, pintu terbuka pelan, memperlihatkan sosok Elvario Kael Reynard yang kini tampil berbeda dari biasanya. Tak seperti gaya santai dan cueknya sehari-hari, kali ini El tampil benar-benar rapi. Celana panjang hitam slim fit membalut kakinya dengan pas, kemeja putih bersih yang tertata rapi diselipkan ke dalam celana, serta jas hitam elegan yang membuatnya terlihat dewasa jauh dari kesan anak SMA biasa. Rambut grey-nya disisir klimis ke belakang, menyisakan beberapa helai yang jatuh alami di keningnya, menambah kesan dingin dan misterius.
“Astaga, anak Mama kenapa ganteng banget sih!” seru Manda histeris sambil memandang putranya dari ujung kepala sampai ujung kaki, matanya berbinar-binar seperti melihat idol K-pop kesayangannya. “Beneran Mas, kamu tuh kelihatan kayak cowok umur dua puluhan, bukan anak SMA! Duh, Mama jadi gak sabar lihat kamu nikah, hihi.”
Berbanding terbalik dari ekspresi antusias sang Mama, El justru flat abis. Tatapannya kosong, bibir tertutup rapat seperti disegel, dan aura malas terpancar dari ujung rambut sampai ujung kaki. Jelas terlihat kalau ia ingin ada di mana pun selain di situ sekarang.
Hari ini secara teknis harusnya jadi hari penting hari pertunangannya. Tapi tentu saja, tidak bagi El. Pertunangan karena perjodohan jelas berbeda maknanya. Tidak ada unsur suka sama suka. Bahkan, membayangkan dirinya bertunangan saja tidak pernah. Dan parahnya lagi, dia belum pernah sekalipun melihat wajah calon tunangannya itu!
“Udah yuk turun. Papa udah nunggu di mobil. Masa ke rumah calon istri mukanya datar gitu sih, Mas? Senyum dikit napa,” cibir Manda sambil menarik lengan anaknya ke luar kamar.
El menghela napas panjang. Berat. Seberat beban hidupnya saat ini.
Mau tak mau dia mengikuti langkah sang mama, meskipun dalam hati terus mengutuk situasi yang menurutnya tidak masuk akal ini.
“Sial banget sih hari ini. Kalau bukan karena ancaman Papa, gak bakal deh gue nurut begini.” Batinnya berteriak kesal.
Ancaman Raditya ayahnya yang bilang bakal mencoret namanya dari daftar keluarga ternyata cukup efektif. Walaupun El bukan anak manis yang selalu patuh, tapi tetap saja hatinya lembek kalau sudah menyangkut urusan air mata mamanya. Apalagi ditambah ancaman kehilangan akses ke semua fasilitas hidup mewah yang biasa ia nikmati.
“Mas senyum plis. Jangan bikin orang mikir kamu anak mafia!” ledek Manda lagi sambil mencubit pipi anaknya sedikit.
El hanya memutar bola matanya pelan.
Mobil sedan hitam mereka berhenti di depan rumah dua lantai bergaya klasik-modern. Rumah besar dengan pagar putih tinggi dan taman yang tertata indah. Rumah keluarga calon tunangan El.
Manda menggandeng lengan suaminya di satu sisi, dan menggamit lengan El di sisi lainnya. Kompak seperti keluarga harmonis idaman di iklan sirup lebaran. Mereka melangkah menuju pintu utama dengan langkah mantap.
Tok tok tok.
“Assalamualaikum!” salam Manda sambil mengetuk pintu dengan semangat.
Pintu terbuka beberapa detik kemudian. Seorang wanita paruh baya yang cantik dan elegan berdiri menyambut mereka dengan senyum hangat.
“Waalaikumsalam. Eh jeng Manda! Silakan masuk, silakan masuk,” sapa Sarena ramah, lalu memeluk sahabat lamanya itu erat-erat.
“Na! Kangen banget sumpah! Lama gak ketemu, kamu tambah awet muda aja deh!” ujar Manda girang sambil menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu.
Sarena tertawa kecil, lalu menggeser tubuhnya memberi ruang agar mereka masuk. Begitu pandangannya jatuh pada El, ia tampak sedikit terkejut dan kagum.
“Ini El? Astaga, makin ganteng aja! Terakhir lihat masih kecil banget, sekarang udah segede ini! Udah kayak aktor drama Korea!”
El hanya tersenyum tipis dan menunduk sopan. Wajahnya tetap datar, tapi ia mencoba sopan sebisa mungkin.
“Salim dulu, Mas,” bisik Manda sambil melotot sedikit dari samping.
Dengan napas tertahan, El akhirnya mengulurkan tangan dan bersalaman dengan Sarena. Mereka lalu masuk ke ruang tamu yang sudah dipenuhi berbagai hidangan ringan, dari kue-kue kecil sampai minuman manis khas jamuan resmi keluarga.
Manda duduk di sofa bersama Radit, diikuti oleh El yang duduk setengah malas.
“Mana Alvyna? Aduh, penasaran banget pengen lihat!” ujar Manda sambil menoleh ke kanan dan kiri, seperti mencari-cari sosok gadis itu.
Sarena tersenyum simpul. “Sebentar ya aku panggil dulu. Mungkin masih siap-siap di atas. Biasalah anak gadis kalau dandan bisa kayak mau kondangan tiga hari tiga malam, haha.”
Setelah Sarena naik ke lantai atas, El akhirnya angkat suara. Wajahnya makin gak happy.
“Ma, serius gak bisa dibatalin aja? Masa iya sih aku dijodohin sama orang yang bahkan belum pernah aku lihat?” keluhnya pelan, tapi penuh tekanan.
Manda menatap putranya datar. “Liat dulu dong, jangan su’uzan! Sana tuh liat ke tangga.”
El memutar kepala mengikuti arah pandangan mamanya. Dan detik itu juga, jantungnya seperti berhenti berdetak.
Gadis itu turun pelan-pelan dari tangga, mengenakan dress navy selutut yang pas membentuk tubuh idealnya. Rambutnya di kuncir setengah ke belakang, menyisakan poni tipis yang jatuh manis. Kulit putih bersih, senyum tipis di bibir mungilnya, dan sepasang mata coklat hazel yang entah kenapa sukses bikin dada El berdebar gak karuan.
El nyaris lupa cara kedip.
“Mas, kedip!” bisik Manda sambil nyenggol lengan anaknya pelan.
El langsung berdehem, berusaha menormalkan ekspresi wajahnya yang nyaris berubah jadi patung kaget.
Sampai di depan mereka, gadis itu Alvyna mengulurkan tangan kepada Manda dan Radit dengan sopan.
“Sama Mas El juga, Sayang,” ujar Sarena yang ikut turun dari tangga.
Alvyna menoleh pelan, menatap El beberapa detik dengan pandangan tenang namun agak gugup, sebelum buru-buru memalingkan wajah.
“Alvyna,” ucapnya singkat dan cepat.
“Elvario,” balas cowok itu dengan nada sama datarnya.
“Ck, jangan songong gitu, El. Cantik loh itu!” bisik Raditya menggoda, setengah tertawa kecil.
El berdecak, pura-pura tak terpengaruh, padahal tadi nyaris mimisan mental.
Setelah semua duduk dengan rapi dan suasana agak mencair, Raditya akhirnya angkat bicara. Suaranya dalam, berwibawa, seperti hendak menyampaikan pengumuman penting di ruang sidang keluarga kerajaan.
“Elvario, Alvyna. Tujuan kami mempertemukan kalian malam ini adalah untuk menjodohkan kalian. Dan malam ini juga pertunangannya akan dilangsungkan.”
El dan Alvyna spontan menatap satu sama lain. Jelas-jelas kaget.
“Tapi bukan cuma itu,” lanjut Raditya tanpa memberi jeda. “Pernikahannya dijadwalkan satu bulan dari sekarang.”
“APA?!” suara mereka nyaris serempak. Seisi ruangan sempat hening satu detik karena volume mereka.
“Maa! Katanya cuma tunangan dulu!” protes Alvyna, menoleh pada ibunya dengan mata membulat.
“Mama bohong? Satu bulan?!” El gak kalah heboh. Ekspresi wajahnya seperti baru ditampar kenyataan pahit.
Sarena hanya tersenyum tipis sambil membelai tangan anak gadisnya. “Mama makin hari makin lemah Ra. Mungkin ini yang terbaik untuk kalian. Dari pada nunggu-nunggu dan malah makin gak jelas arahnya.”
Alvyna langsung memeluk mamanya erat, masih mencoba menenangkan diri. Sedangkan Manda hanya menatap tajam ke arah El dengan ekspresi ‘jangan macem-macem’.
“Udah, jangan banyak protes. Mama udah capek ngeliat kamu keluyuran terus tiap hari! Sekali-sekali nurut!” ujar Manda.
Raditya menimpali dengan nada final. “Keputusan ini sudah final. Gak ada tawar-menawar lagi.”
Ia menambahkan sambil menatap Alvyna lembut, “Dan Alvyna, mulai besok kamu pindah sekolah ke tempat El. Biar kalian bisa kenal lebih dekat. Bangun kebersamaan sejak sekarang.”
Alvyna dan Elvario cuma bisa saling pandang. Dalam diam, keduanya tahu mereka tidak lagi punya kuasa untuk menolak takdir ‘gila’ yang kini menggantung di kepala mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Suans Kalhira
Ceritanya dalem banget ya... kadang tokoh kayak gini tuh kerasa nyata.
Jadi inget salah satu karakter yang aku suka banget, rasanya mirip. 😢
2025-07-03
1
Hatus
Mamanya suka Kpop juga ternyata😊
2025-06-26
0
Murni Dewita
nyimak
2025-07-03
0