Bab Empat

"Pergi kau! Aku tak mau melihat wajahmu. Bisa-bisanya kau menyalahkan istriku. Aku tak akan pernah memaafkan'mu. Dasar pembu'nuh!" seru Bimo. Dengan sekuat tenaga dia mendorong tubuh Audi hingga gadis itu tersungkur di lantai.

Audi tak bisa lagi membendung air matanya. Dia juga merasa bersalah karena tak bisa melarang dan mencegah Rani menyetir hingga menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Gadis itu merasakan sakit seluruh tubuhnya dan juga hatinya. Dia juga telah melarang Rani, tapi Bimo seakan menyalahkan dirinya atas kematian sang istri.

Audi mencoba berdiri walau perih terasa di semua tubuhnya yang lecet. Dia berjalan menuju ruang NICU, tempat bayi Rani berada. Dari kaca dia melihat bayi mungil itu. Selang kesehatan memenuhi tubuhnya.

Tiba-tiba gadis itu teringat pesan Rani sebelum masuk ruang operasi. Sahabatnya itu menitipkan bayinya. Audi jadi tampak begitu sedih. Dia meminta izin pada perawat untuk melihat sang bayi.

"Maafkan Tante, Nak. Tante tak bisa mencegah bundamu menyetir, hingga akhirnya dia harus pergi. Tapi, Tante janji akan memberikan perhatian dan kasih sayang sepenuhnya hanya untukmu. Seberapa keras ayahmu melarang, Tante akan tetap menemui kamu. Karena Tante sudah berjanji pada ibumu, untuk menjaga dan merawat'mu. Yang kuat, Nak. Kamu harus bertahan," ucap Audi.

Sementara itu, Bimo yang masih syok dengan kepergian sang istri harus siap menerima. Dia lalu mengurus kepulangan jenazah istrinya Rani. Setelah semua selesai, dia langsung membawa jenazah Rani dengan ambulan menuju rumahnya.

**

Matahari mulai terbenam di ujung horizon, meninggalkan langit dengan nuansa oranye keemasan yang perlahan-lahan memudar. Suasana hening menyelimuti kuburan yang baru digali, ditandai dengan bunga-bunga warna-warni yang layu, berderet rapi di sampingnya. Di tengah jalan setapak yang diapit pepohonan rindang, Bimo berdiri tegak dengan wajah yang pucat, matanya sembab oleh tangisan. Dia memandangi keranda yang sederhana namun elegan, tempat di mana Rani, istrinya tercinta, akan beristirahat selamanya.

"Bimo, maafkan aku," bisiknya pelan, suaranya serak, seolah setiap kata dipenuhi rasa sakit yang tak tertahankan. Dalam hati, dia berusaha meyakinkan diri untuk tidak menangis lagi, namun air matanya tidak bisa dicegah.

Audi, sahabat Rani, berdiri jauh di belakang. Dia tidak dapat mendekati, tak ingin Bimo marah dan merasa diganggu. Setiap detak jantungnya terasa berat. Dia ingin berlari dan menghibur Bimo, tetapi tangisannya yang hancur membuatnya ragu.

“Rani, kenapa kamu pergi secepat ini?” gumamnya pelan sambil menghapus air mata yang luruh di pipinya.

Bimo masih terlihat sulit menerima kenyataan. Dalam pikirannya, kenangan-kenangan manis berseliweran semasa mereka bersama. Senyuman Rani yang menawan, tawa cerianya saat mereka berbincang di teras rumah, dan kenangan pertama mereka bertemu.

“Rani! Kenapa kau pergi meninggalkanku, Sayang?” ucap Bimo. Dia terjatuh, berlutut di samping liang kubur yang siap menunggu jenazah Rani. Seakan ingin memeluk tanah yang akan menutupi tubuh istrinya, ia menggenggam tanah lembab dengan erat.

Audi berusaha menahan diri, tetapi hatinya berpacu antara ingin mendekat dan rasa bersalah yang menimpanya. Dia seakan mendengar suara Bimo, dan angin seolah membawa kata-kata itu lebih kencang. "Kenapa kau membiarkan Rani yang menyetir? Dan kau, Audi, apa kau tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghentikannya?” Perasaan bersalah itu menari-nari dalam benaknya.

"Bimo ...!" Audi bergumam dalam hatinya. Percuma. Kematian Rani bukan hanya melukai suaminya, tetapi juga hatinya. Dia merasa terasing oleh tuduhan yang dialamatkan kepadanya.

Saat ini jenazah Rani telah terkubur. Tadi Bimo juga ikut berada di dalam liang kubur. Pelayat satu persatu sudah mulai pulang. Hanya tersisa Bimo. Mamanya Rani telah masuk ke mobil. Tubuhnya terasa lemah dan kepala sakit. Sehingga dia membiarkan saja Bimo yang masih tinggal seorang diri. Kedua orang tua Bimo tak bisa datang karena sedang berada di luar negeri.

Audi yang tak bisa menahan diri, akhirnya berjalan mendekat. Dia juga mau berdoa untuk Rani. Melihat kehadirannya, Bimo tampak tak suka.

“Kenapa kau di sini, Audi?” Bimo memandang tajam ke arah Audi, sembari memperhatikan langkahnya yang enggan maju. “Kau penyebab kepergiannya Rani!” suara Bimo bergetar penuh amarah.

“Tidak, Bimo! Bukan begitu! Aku bukan penyebabnya!” Audi berusaha membela diri, tetapi suaranya tidak lebih dari bisikan angin. Rani memang bersamanya, tapi dia tidak menyetir. Rani yang menyetir sendiri dan tak bisa di larang. Namun semuanya sudah terlanjur terjadi. Kesalahan itu teramat besar.

“Diam! Pergi dari sini!” Bimo menghardik, bunyi suara yang tajam dan menggigit. Wajahnya memerah, napasnya tercekat menahan kepedihan dan amarah. Tak ada ruang bagi Audi di momen duka ini. Hanya ada Bimo dan Rani. Tidak ada yang lainnya.

Audi menatap Bimo yang terpukul, sudah tidak mengenali suaminya Rani yang penuh semangat, tetapi kini terpuruk dalam keputusasaan. Dia merasa terjebak di dalam perasaan bersalah yang menyesakkan.

Audi akhirnya memutuskan pergi. Tak mau terjadi keributan di depan kuburan Rani. Selain itu, dia sadar, meskipun dia bertahan, kemungkinan untuk menjelaskan kebenaran sepertinya tidak akan pernah ada.

Langit semakin gelap, dan kedua sahabat kini terpisah oleh kesedihan yang dalam. Audi tidak bisa mendekat dan Bimo semakin tersudut dalam dunia yang seolah menutup semua pintu untuknya. Dia berusaha menahan air mata, tetapi dalam hati, dia membenci diri sendiri lebih dari apapun. Dia merasa bersalah karena mengizinkan istrinya pergi hari itu.

Deru angin malam membawa kesunyian yang pekat. Hanya ada suara angin. Audi berdiri, satu langkah pun terasa berat. Pikirannya melayang, bertanya-tanya kapan semua ini bisa berakhir. Kenangan indah bersama Rani seakan terus mengganggu, seolah menuntut untuk dikenang meskipun dalam suasana kelam.

Ketika Bimo meletakkan bebatuan di atas tanah kubur, seperti menguatkan rasa hanya untuk Rani, Audi hanya bisa berdiri beku di tempatnya. Dia melihat Bimo berjuang menahan air mata, hatinya berharap Bimo bisa memaafkan dan memahami. Tetapi, sadar bahwa semua ini tak akan mudah diterima pria itu. Dia tampak begitu mencintai istrinya.

Bimo berbalik, mengamati Audi dengan tatapan kosong. Dalam detik itu, Audi bisa melihat betapa hancurnya hati pria itu. “Aku tidak ingin melihatmu lagi,” akhirnya Bimo berkata, suaranya serak menahan isak tangis. Dia melangkah pergi, tidak peduli dengan Audi yang berdiri di belakangnya. Di telinga Audi, kata-kata itu seolah membekas.

Audi masih berdiri di tempatnya. Pipinya basah oleh air mata, dan dalam hati dia berdoa agar Rani beristirahat dengan tenang, di tempat yang lebih baik. Ketika akhirnya Bimo menghilang dari pandangannya, Audi menutup wajahnya dengan telapak tangan, berusaha menahan kesedihan yang meluap.

Di luar sepi malam, dalam bayang-bayang suram, Audi merasakan hatinya hancur berkeping-keping. Dia melangkah pulang dengan penuh rasa bersalah, tidak tahu apakah semua ini akan berakhir dengan memaafkan atau menyesal selamanya.

"Tetes air mata yang tertumpah di hari ini, akan menjadi saksi atas jalinan erat persahabatan yang selama ini kita simpul seerat-eratnya. Aku merasa sangat beruntung bisa mengenal seseorang yang begitu sulit bagiku untuk mengucapkan selamat tinggal. Setiap kenangan indah bersamamu mengajarkan aku untuk ikhlas dan bersyukur. Aku ikhlas melepasmu, berharap kau tenang di sisi-Nya, Raniku."

Terpopuler

Comments

mams dimas

mams dimas

terima aja dengan ikhlas tuduhan Bimo,toh kamu menjelaskan juga ga ada guna karena hati Bimo lagi di selimuti kemarahan pada mu...sabar dulu untuk sementara audi.

2025-04-13

4

ken darsihk

ken darsihk

Ikhlas kan tanpa menyalah kan orang lain , karena semua ini adalah takdir yng di buat author
Tetap 💪💪 update author 😍😍

2025-04-14

1

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

semoga aja Audi ga berlarut dalam kesedihannya, ada anak Rani yang harus dia perhatikan sebagai amanah terakhir

2025-04-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab Satu
2 Bab Dua
3 Bab Tiga
4 Bab Empat
5 Bab Lima
6 Bab Enam
7 Bab Tujuh
8 Bab Delapan
9 Bab Sembilan
10 Bab Sepuluh
11 Bab Sebelas
12 Bab Dua Belas
13 Bab Tiga Belas
14 Bab Empat Belas
15 Bab Lima Belas
16 Bab Enam belas
17 Novel Terbaru
18 Bab Tujuh Belas
19 Bab Delapan Belas
20 Bab Sembilan Belas
21 Bab Dua Puluh
22 Bab Dua Puluh Satu
23 Bab Dua Puluh Dua
24 Bab Dua Puluh Tiga
25 Bab Dua Puluh Empat
26 Bab Dua Puluh Lima
27 Bab Dua Puluh Enam
28 Bab Dua Puluh Tujuh
29 Bab Dua Puluh Delapan
30 Bab Dua Puluh Sembilan
31 Bab Tiga Puluh
32 Bab Tiga Puluh Satu
33 Bab Tiga Puluh Dua
34 Bab Tiga Puluh Tiga
35 Bab Tiga Puluh Empat
36 Bab Tiga Puluh Lima
37 Bab Tiga Puluh Enam
38 Bab Tiga Puluh Tujuh
39 Bab Tiga Puluh Delapan
40 Bab Tiga Puluh Sembilan
41 Bab Empat Puluh
42 Bab Empat Puluh Satu
43 Bab Empat Puluh Dua
44 Bab Empat Puluh Tiga
45 Bab Empat Puluh Empat
46 Bab Empat Puluh Lima
47 Bab Empat Puluh Enam
48 Bab Empat Puluh Tujuh
49 Bab Empat Puluh Delapan
50 Bab Empat Puluh Sembilan
51 Bab Lima Puluh
52 Bab Lima Puluh Satu
53 Bab Lima Puluh Dua
54 Bab Lima Puluh Tiga
55 Bab Lima Puluh Empat
56 Bab Lima Puluh Lima
57 Bab Lima Puluh Enam
58 Bab Lima Puluh Tujuh
59 Bab Lima Puluh Delapan
60 Bab Lima Puluh Sembilan
61 Bab Enam Puluh
62 Bab Enam Puluh Satu
63 Bab Enam Puluh Dua
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab Satu
2
Bab Dua
3
Bab Tiga
4
Bab Empat
5
Bab Lima
6
Bab Enam
7
Bab Tujuh
8
Bab Delapan
9
Bab Sembilan
10
Bab Sepuluh
11
Bab Sebelas
12
Bab Dua Belas
13
Bab Tiga Belas
14
Bab Empat Belas
15
Bab Lima Belas
16
Bab Enam belas
17
Novel Terbaru
18
Bab Tujuh Belas
19
Bab Delapan Belas
20
Bab Sembilan Belas
21
Bab Dua Puluh
22
Bab Dua Puluh Satu
23
Bab Dua Puluh Dua
24
Bab Dua Puluh Tiga
25
Bab Dua Puluh Empat
26
Bab Dua Puluh Lima
27
Bab Dua Puluh Enam
28
Bab Dua Puluh Tujuh
29
Bab Dua Puluh Delapan
30
Bab Dua Puluh Sembilan
31
Bab Tiga Puluh
32
Bab Tiga Puluh Satu
33
Bab Tiga Puluh Dua
34
Bab Tiga Puluh Tiga
35
Bab Tiga Puluh Empat
36
Bab Tiga Puluh Lima
37
Bab Tiga Puluh Enam
38
Bab Tiga Puluh Tujuh
39
Bab Tiga Puluh Delapan
40
Bab Tiga Puluh Sembilan
41
Bab Empat Puluh
42
Bab Empat Puluh Satu
43
Bab Empat Puluh Dua
44
Bab Empat Puluh Tiga
45
Bab Empat Puluh Empat
46
Bab Empat Puluh Lima
47
Bab Empat Puluh Enam
48
Bab Empat Puluh Tujuh
49
Bab Empat Puluh Delapan
50
Bab Empat Puluh Sembilan
51
Bab Lima Puluh
52
Bab Lima Puluh Satu
53
Bab Lima Puluh Dua
54
Bab Lima Puluh Tiga
55
Bab Lima Puluh Empat
56
Bab Lima Puluh Lima
57
Bab Lima Puluh Enam
58
Bab Lima Puluh Tujuh
59
Bab Lima Puluh Delapan
60
Bab Lima Puluh Sembilan
61
Bab Enam Puluh
62
Bab Enam Puluh Satu
63
Bab Enam Puluh Dua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!