Bab Tiga

Bertepatan dengan itu, dari kejauhan terlihat Bimo, suaminya Rani berlari menghampiri mereka. Pria itu mendekati ibu mertuanya.

"Ma, dimana Rani? Bagaimana keadaannya?" tanya Bimo. Ibu Susi tak bisa menjawab pertanyaan menantunya. Hanya air mata yang terus jatuh membasahi pipinya.

Bimo merasakan sesuatu yang buruk sedang terjadi, melihat mertuanya yang menangis terisak. Dia lalu berlutut dihadapan ibu Susi. Menggenggam tangan wanita paruh baya itu. Berharap ibunya Rani itu bicara.

"Ma, jangan diam aja. Katakan apa yang terjadi? Di mana Rani?" tanya Bimo dengan suara yang agak sedikit mendesak.

"Rani masih ada di ruang operasi. Sebentar lagi akan di bawa keluar!" seru Audi. Dia terpaksa menjawab, mendengar Bimo yang menanyakan keberadaan Rani hingga berulang kali.

Bimo lalu berdiri dan berjalan mendekati Audi. Dia memandangi wanita itu dengan tatapan tajam.

"Kenapa istriku bisa kecelakaan? Apa kamu tak bisa menyetir dengan baik?" tanya Bimo dengan suara yang penuh penekanan.

"Maaf, Bimo. Bukan aku yang menyetir, tapi Rani ...," jawab Audi dengan suara pelan karena takut dengan tatapan Bimo yang menusuk. Pria itu seperti ingin memakannya hidup-hidup.

Bimo menarik rambutnya kasar. Dia tahu persis jika Rani selalu ceroboh dan ngebut jika menyetir. Bukan kali ini saja dia kecelakaan. Itulah salah satu alasan kenapa Bimo melarang istrinya yang menyetir, bukan hanya karena dia sedang hamil saja.

"Kenapa kamu membiarkan Rani menyetir? Apa kamu sengaja agar dia celaka?" tanya Bimo lagi.

Ibu Susi yang mendengar menantunya mengintimidasi Audi lalu berdiri. Dia mendekati Bimo dan menyentuh bahunya. Sehingga pria itu membalikan tubuh menghadap mertuanya itu.

"Bimo, jangan kamu menyalahkan Audi. Kamu pasti tau bagaimana sikap istrimu itu. Semua sudah takdir. Dengan kamu menyalahkan Audi, tak akan juga bisa membuat Rani kembali. Lebih baik kita ikhlaskan saja kepergiannya. Ini yang terbaik. Semoga Rani tenang di atas sana!" seru Ibu Susi dengan suara pelan.

Ibu Susi berusaha tegar. Walau sebenarnya dia juga belum bisa sepenuhnya ikhlas. Tapi, dia dapat berpikir jernih, jika semua adalah takdir Tuhan. Tak bisa mereka mengelaknya.

"Apa maksud, Mama?" tanya Bimo dengan suara gemetar.

"Bimo, kamu harus sabar, Nak. Rani sudah pergi meninggalkan kita untuk selamanya," ucap Bu Siti dengan suara pelan.

"Apa ... ini tak mungkin. Rani tak mungkin meninggalkan aku," ucap Bimo.

Tubuh Bimo terasa lemah, dan akhirnya luluh ke lantai. Tangisan tak bisa pria itu bendung lagi. Dia tampak sangat syok mendengar keadaan istrinya. Mama Susi lalu mendekati menantunya itu.

"Rani tak mungkin pergi! Dia janji akan menghabiskan waktu bersama denganku hingga kami menua dan memiliki anak banyak. Ma, katakan semua ini bohong. Mama hanya becanda'kan?" tanya Bimo dengan suara pelan.

"Bimo ... semua telah terjadi. Kamu harus ikhlas. Biar arwahnya Rani tenang. Kamu tak boleh lemah, masih ada anakmu yang membutuhkan kasih sayang darimu," ucap Mama Susi mencoba menghibur sang menantu.

"Apa ...? Jadi bayi kami bisa diselamatkan?" tanya Bimo lagi.

Mama Susi menjawab dengan anggukan kepala. Melihat jawaban dari sang mertua, membuat Bimo berdiri. Dia lalu bertanya di mana anaknya berada.

"Bayi kamu masih ditangani bidan. Sebaiknya kita melihat jenazah Rani dulu. Saat ini dia telah di bawa ke kamar mayat," ucap Mama Susi.

Bimo lalu berjalan menuju kamar mayat diikuti Mama Susi dan Audi. Gadis itu terlihat ketakutan. Mungkin karena ucapan Bimo yang tadi menyalahkan dirinya.

Setelah bertanya dengan salah seorang perawat, mereka lalu masuk. Bimo berdiri di samping jenazah istrinya. Dia membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh hingga wajah Rani.

Dengan gerakan pelan, Bimo membuka selimut yang menutupi wajah istrinya. Dia masih berharap jika dokter salah, istrinya belum meninggal.

Saat selimut terbuka, tampak wajah pucat Rani, sepertinya dia memang menahan sakit sejak kecelakaan tadi. Bimo tak bisa lagi menahan tangisnya.

"Rani, bangun, Sayang! Kamu hanya tidur'kan? Kamu pasti hanya memberi kejutan dengan pura-pura meninggal. Kamu pasti melakukan ini karena marah aku tak membalas pesanmu tadi!" seru Bimo sambil menangis.

Bimo mencoba mengguncang pelan tubuh istrinya. Berharap Rani membuka mata dan semua hanya kejutan baginya.

"Bimo, kamu yang sabar, Nak. Jangan membuat kepergian Rani menjadi berat. Kamu harus ikhlas. Semua sudah menjadi takdir," ucap Mama Susi berusaha tetap tegar.

Bimo menegakan kepalanya. Matanya bertemu dengan Audi. Dia lalu memandangi pria itu dengan mata tajam.

"Semua ini salahmu! Jika saja kau melarang Rani menyetir, pasti tak akan terjadi kecelakaan. Kenapa bukan kau saja yang mati?! tanya Bimo dengan suara gemetar.

Mama Susi langsung istighfar mendengar ucapan menantunya. Dia kasihan melihat Audi yang ketakutan. Mamanya Rani itu tahu persis bagaimana cara anaknya menyetir.

"Bimo ... kamu tak boleh begitu, Nak. Audi tidak bersalah. Semua sudah menjadi takdir dari yang Kuasa. Kamu harus ikhlas menerimanya," ucap Mama Susi.

Bukannya mama Susi tidak merasa sedih dan kehilangan jika dia tampak begitu tegar. Namun, dia sadar, dengan meratapi dan menyalahkan orang lain atas musibah yang terjadi bukanlah satu hal yang baik. Semua tak akan bisa kembali, dan tak akan bisa diulang lagi.

Bimo sepertinya tak mendengar nasehat mama Susi. Dia tetap memandangi Audi dengan tatapan tajam, seolah ingin menelan wanita itu hidup-hidup. Hal itu tak luput dari perhatian Audi, sehingga dia menunduk.

"Keluar kau dari sini! Aku tak mau kau menyentuh mayat istriku!" seru Bimo dengan penuh penekanan.

"Bimo, aku menyesal dan minta maaf atas kejadian ini," balas Audi dengan pelan.

"Maafmu tak bisa membuat Rani ku kembali?" ujar Bimo dengan suara sedikit lantang.

"Bimo, aku juga tak menginginkan hal ini terjadi. Tapi semua sudah menjadi takdir dari Tuhan," jawab Audi.

Mendengar ucapan dari Audi membuat Bimo makin meradang. Dia sepertinya belum bisa ikhlas atas kepergian istrinya.

"Kau bisa berkata begitu karena bukan korban."

"Aku juga korban Bimo. Apa kamu tak melihat tubuhku. Semua juga terluka," ujar Audi berusaha membela diri.

"Korban ... Jika kau merasa menjadi korban, kenapa tak mati saja!" seru Bimo.

"Bimo, Mama tau kamu sedih dan terluka, tapi bukan berarti kamu bebas bicara begitu. Audi pasti tak ingin semua terjadi," balas mama Susi.

"Aku tak ingin dia di dekat Rani, Ma. Coba mengerti perasaanku. Aku ingin dia keluar!" ujar Bimo.

"Baiklah, Bimo. Aku keluar. Tapi perlu kamu tau, aku sudah berusaha mengingatkan Rani, tapi dia tak mengindah ucapanku," jawab Audi.

Mendengar ucapan Audi membuat Bimo semakin emosi. Dia lalu mendekati gadis itu dan mendorongnya keluar dari ruangan.

"Pergi kau! Aku tak mau melihat wajahmu. Bisa-bisanya kau menyalahkan istriku. Aku tak akan pernah memaafkan'mu. Dasar pembu'nuh!" seru Bimo. Dengan sekuat tenaga dia mendorong tubuh Audi hingga gadis itu tersungkur di lantai.

Terpopuler

Comments

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

geddek banget deh ama si Bimo udah tau lw istrinya itu keras kepala dan juga tau lw cara nyetir istrinya tuh ugal"an masih aja nyari kambing hitam buat disalahkan

2025-04-14

4

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

kalo boleh jujur, si Rani ni dah melakukan dua kesalahan, pertama dia belum mendapat ijin suaminya pergi, dua dia ga memikirkan kalo terjadi sesuatu sama dirinya, pasti orang akan menyalahkan Audi

2025-04-15

1

Teh Euis Tea

Teh Euis Tea

kasian audy di salahin trs sm si bimo padahal istrinya yg ngeyel, nyetir ngebut sok bisa bawa mobil klu udah beginikan kasian ningalin bayinya karna kecerobohan emaknya yg bawa mobil ngebut

2025-04-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab Satu
2 Bab Dua
3 Bab Tiga
4 Bab Empat
5 Bab Lima
6 Bab Enam
7 Bab Tujuh
8 Bab Delapan
9 Bab Sembilan
10 Bab Sepuluh
11 Bab Sebelas
12 Bab Dua Belas
13 Bab Tiga Belas
14 Bab Empat Belas
15 Bab Lima Belas
16 Bab Enam belas
17 Novel Terbaru
18 Bab Tujuh Belas
19 Bab Delapan Belas
20 Bab Sembilan Belas
21 Bab Dua Puluh
22 Bab Dua Puluh Satu
23 Bab Dua Puluh Dua
24 Bab Dua Puluh Tiga
25 Bab Dua Puluh Empat
26 Bab Dua Puluh Lima
27 Bab Dua Puluh Enam
28 Bab Dua Puluh Tujuh
29 Bab Dua Puluh Delapan
30 Bab Dua Puluh Sembilan
31 Bab Tiga Puluh
32 Bab Tiga Puluh Satu
33 Bab Tiga Puluh Dua
34 Bab Tiga Puluh Tiga
35 Bab Tiga Puluh Empat
36 Bab Tiga Puluh Lima
37 Bab Tiga Puluh Enam
38 Bab Tiga Puluh Tujuh
39 Bab Tiga Puluh Delapan
40 Bab Tiga Puluh Sembilan
41 Bab Empat Puluh
42 Bab Empat Puluh Satu
43 Bab Empat Puluh Dua
44 Bab Empat Puluh Tiga
45 Bab Empat Puluh Empat
46 Bab Empat Puluh Lima
47 Bab Empat Puluh Enam
48 Bab Empat Puluh Tujuh
49 Bab Empat Puluh Delapan
50 Bab Empat Puluh Sembilan
51 Bab Lima Puluh
52 Bab Lima Puluh Satu
53 Bab Lima Puluh Dua
54 Bab Lima Puluh Tiga
55 Bab Lima Puluh Empat
56 Bab Lima Puluh Lima
57 Bab Lima Puluh Enam
58 Bab Lima Puluh Tujuh
59 Bab Lima Puluh Delapan
60 Bab Lima Puluh Sembilan
61 Bab Enam Puluh
62 Bab Enam Puluh Satu
63 Bab Enam Puluh Dua
64 Bab Enam Puluh Tiga
65 Bab Enam Puluh Empat
66 Promo Novel
67 Bab Enam Puluh Lima
68 Bab Enam Puluh Enam
69 Bab Enam Puluh Tujuh
70 Bab Enam Puluh Delapan
71 Bab Enam Puluh Sembilan
72 Bab Tujuh Puluh
73 Bab Tujuh Puluh Satu
74 Bab Tujuh Puluh Dua
75 Bab Tujuh Puluh Tiga
76 Bab Tujuh Puluh Empat
77 Bab Tujuh Puluh Lima
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab Satu
2
Bab Dua
3
Bab Tiga
4
Bab Empat
5
Bab Lima
6
Bab Enam
7
Bab Tujuh
8
Bab Delapan
9
Bab Sembilan
10
Bab Sepuluh
11
Bab Sebelas
12
Bab Dua Belas
13
Bab Tiga Belas
14
Bab Empat Belas
15
Bab Lima Belas
16
Bab Enam belas
17
Novel Terbaru
18
Bab Tujuh Belas
19
Bab Delapan Belas
20
Bab Sembilan Belas
21
Bab Dua Puluh
22
Bab Dua Puluh Satu
23
Bab Dua Puluh Dua
24
Bab Dua Puluh Tiga
25
Bab Dua Puluh Empat
26
Bab Dua Puluh Lima
27
Bab Dua Puluh Enam
28
Bab Dua Puluh Tujuh
29
Bab Dua Puluh Delapan
30
Bab Dua Puluh Sembilan
31
Bab Tiga Puluh
32
Bab Tiga Puluh Satu
33
Bab Tiga Puluh Dua
34
Bab Tiga Puluh Tiga
35
Bab Tiga Puluh Empat
36
Bab Tiga Puluh Lima
37
Bab Tiga Puluh Enam
38
Bab Tiga Puluh Tujuh
39
Bab Tiga Puluh Delapan
40
Bab Tiga Puluh Sembilan
41
Bab Empat Puluh
42
Bab Empat Puluh Satu
43
Bab Empat Puluh Dua
44
Bab Empat Puluh Tiga
45
Bab Empat Puluh Empat
46
Bab Empat Puluh Lima
47
Bab Empat Puluh Enam
48
Bab Empat Puluh Tujuh
49
Bab Empat Puluh Delapan
50
Bab Empat Puluh Sembilan
51
Bab Lima Puluh
52
Bab Lima Puluh Satu
53
Bab Lima Puluh Dua
54
Bab Lima Puluh Tiga
55
Bab Lima Puluh Empat
56
Bab Lima Puluh Lima
57
Bab Lima Puluh Enam
58
Bab Lima Puluh Tujuh
59
Bab Lima Puluh Delapan
60
Bab Lima Puluh Sembilan
61
Bab Enam Puluh
62
Bab Enam Puluh Satu
63
Bab Enam Puluh Dua
64
Bab Enam Puluh Tiga
65
Bab Enam Puluh Empat
66
Promo Novel
67
Bab Enam Puluh Lima
68
Bab Enam Puluh Enam
69
Bab Enam Puluh Tujuh
70
Bab Enam Puluh Delapan
71
Bab Enam Puluh Sembilan
72
Bab Tujuh Puluh
73
Bab Tujuh Puluh Satu
74
Bab Tujuh Puluh Dua
75
Bab Tujuh Puluh Tiga
76
Bab Tujuh Puluh Empat
77
Bab Tujuh Puluh Lima

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!