Game Berbahaya

Mr. Gabriel masih melayangkan tatapan amarahnya, namun dalam diam.

Mendadak, Mr. Gabriel dengan cepat merampas jaket Albert dari tangan Ivy. Tanpa banyak bicara, ia memasukkan jaket itu dengan kasar ke dalam tote bag.

Ivy yang melihat tindakan itu hanya tersenyum jahil, seperti sengaja ingin memprovokasi.

"Kenapa senyum-senyum?" Tanya Mr. Gabriel datar, meski tatapannya sedikit terusik.

"Ya.. lucu saja, Mr. Gabriel seperti sedang cemburu.." Jawab Ivy ringan.

'Cemburu?'  Mr. Gabriel mengernyitkan alisnya.

Mr. Gabriel mendadak membayangkan jaket Albert itu membungkus tubuh Ivy sebelumnya.

Dirinya memang terasa terganggu, seolah jaket itu terlalu dekat dengan kulit gadis itu. Mr. Gabriel berdecak keras, mencoba mengusir pikirannya sendiri.

"Aku tidak cemburu," ucapnya pelan, namun suaranya nyaris tak terdengar.

Ivy meliriknya dengan ekspresi penuh rasa tahu. "Oh, ya?" Jawabnya, nadanya menggoda.

"Sudah terserah kamu saja." Mr. Gabriel segera membalikkan badannya seolah tidak ingin membahas hal itu lagi.

Keheningan kembali menyelimuti mereka. Ivy memilih untuk kembali fokus pada soal-soalnya, sementara Mr. Gabriel duduk di tempatnya dengan hati yang tidak tenang.

Meski tampak seperti sibuk dengan buku di tangannya, pandangan Mr. Gabriel sesekali mencuri-curi ke arah Ivy.

Gadis itu tampak serius, tetapi ada sesuatu pada gerak-geriknya yang membuat Mr.

Gabriel salah fokus.

Ketika Ivy mendadak menoleh, matanya menangkap basah tatapan pria itu. Mr. Gabriel buru-buru membuang pandangan ke arah lain, berpura-pura tidak peduli.

“Cih, emangnya aku nggak tau ya kalau dia ngeliatin terus..” Gumam Ivy pelan, senyum kecil tersungging di sudut bibirnya.

Merasa ingin menggoda lebih jauh, Ivy mengambil pena dan menggigit ujungnya perlahan, berpura-pura sedang berpikir keras.

Gerakan itu membuat Mr. Gabriel semakin salah tingkah. Matanya tidak bisa berpaling dari bibîr gadis itu yang bergerak pelan, entah mengapa terlihat begitu menarik.

'Apa sih yang aku pikirin..'  Batin resah Mr. Gabriel. Wajahnya mulai memerah, dan tangannya gemetar halus di atas buku yang terbuka.

“Mr. Gabriel~” Panggil Ivy dengan nada menggoda, berjalan mendekat dengan senyum jahil di wajahnya.

Mr. Gabriel menatapnya dengan waspada, mencoba menahan pikiran tidak pantasnya.

“Aku bosan. Ayo kita main sesuatu!” Ajak Ivy dengan semangat.

“Aku tidak ingin bermain, Nona Ivy,” balas Mr. Gabriel tegas.

“Ah, ayolah, Mr. Gabriel~ Anda terlalu kaku dan tua, masa bermain saja tidak bisa.” Ivy berkata dengan santai, menggoda lebih jauh.

“Aku memang sudah tua. Usiaku 32 tahun, kamu tau itu,” jawab Mr. Gabriel, mencoba menghentikan pembicaraan.

“Sudahlah, Mr. Gabriel! Mari bermain gunting, batu, kertas. Mudah, kan? Mr. Gabriel pasti tau permainan ini!”

Mr. Gabriel mendengus, merasa tidak punya energi untuk menghadapi tingkah Ivy yang seperti anak kecil.

“Jangan bermain-main, Ivy,” ucapnya dingin, tetapi langkahnya terhenti saat Ivy tiba-tiba memegang tangannya.

“Ayolah, Mister! Dengarkan aku dulu. Kalau Mr. Gabriel menang, Mister bisa melakukan apapun yang Mister mau padaku. Misalnya... nyuruh aku fokus ngerjain soal, atau yang lainnya. Seru, kan?”

Ivy berkata dengan semangat, matanya bersinar penuh harap.

Mr. Gabriel menatapnya lama, mencoba menimbang. Tawaran itu terdengar menarik.

Setidaknya, jika Mr. Gabriel menang, Ivy akan berhenti mengganggunya dan fokus belajar. Dan permainan ini tidak sulit—ia yakin bisa menang dengan mudah.

“Baiklah,” jawabnya akhirnya, mencoba terdengar santai.

“Asik!” Seru Ivy, tepuk tangannya menggema di ruangan itu.

Permainan dimulai. “Batu... gunting... kertas!”

“Yeay! Aku menang!” Ivy melompat kecil penuh kemenangan, sementara Mr. Gabriel menatap tangannya sendiri dengan bingung.

“Permainan apa ini?” Gumamnya. Bagaimana mungkin ia kalah dari bocah ingusan ini?

Namun, sebelum ia sempat menyusun protes, Ivy mendekat. Langkahnya perlahan, dan tiba-tiba, tanpa peringatan, ia duduk di pangkuan Mr. Gabriel.

“Hei!” Seru Mr. Gabriel, alisnya naik tinggi, dan nadanya berubah dingin.

Ivy hanya tertawa. “Kan aku sudah menang, Mister. Kalau mau aku pergi, cobalah menang dariku,” tantangnya, tersenyum nakal.

Mr. Gabriel mengatupkan rahangnya rapat, merasa harga dirinya tersentuh.

“Baiklah. Kita main lagi,” ucapnya sambil menatap Ivy dengan tajam.

Mereka pun memulai duel kedua, dengan Mr. Gabriel bertekad untuk menang—bukan hanya untuk permainan ini, tapi untuk menjaga kendali dirinya.

Namun, entah mengapa, kehadiran Ivy yang begitu dekat membuat pikirannya sedikit kacau.

Permainan dilanjutkan, dan Ivy terlihat semakin bersemangat. Dia melambaikan tangannya dengan penuh percaya diri dan..

"Yeaaay menang lagi!" Ivy menang lagi yang kedua kalinya.

Sementara itu, Mr. Gabriel menghela nafas panjang, merasa frustasi.

"Apakah tanganku ini dikutuk?" Gumamnya pelan, nyaris putus asa.

Dengan gerakan cepat, Ivy mengeluarkan lipstik merah dari sakunya, mengoleskannya dengan santai di bibirnya.

"MWAH!"

Cup!

Ivy sengaja mengecup pipi Mr. Gabriel, meninggalkan bekas lipstik yang mencolok di sana.

“Kamu!” Seru Mr. Gabriel, wajahnya memerah antara marah dan malu. Ia berusaha mengusap bekas lipstik itu, tetapi Ivy dengan cekatan menahan tangannya.

“Jangan dihapus, dong, Mister! Kan ini kemauan aku. Mr. Gabriel harus nurut.” Godanya dengan senyum penuh kemenangan.

Mr. Gabriel menggertakkan giginya, berusaha mengendalikan amarah yang mulai memuncak.

“Ivy…” Ia memperingatkan, tetapi gadis itu hanya tertawa lebih keras.

Permainan berikutnya berjalan penuh keisengan.

Ivy mulai menjadikan setiap kekalahannya sebagai alasan untuk mengecup Mr. Gabriel di tempat-tempat berbeda—dahinya, pipinya, bahkan kerah kemeja putihnya.

Bekas lipstik merah yang menempel di sana menjadi saksi kekacauan itu.

“Ivy! Cukup!” Bentak Mr. Gabriel, mencoba menahan tangan gadis itu yang kembali mendekatinya.

Namun Ivy tak peduli, malah tertawa lebih keras.

“Kenapa? Takut kalah lagi, ya, Mister?” godanya. “Atau jangan-jangan, Mr. Gabriel memang tidak bisa menang lawan aku?”

Perkataan Ivy menyentuh harga diri Mr. Gabriel. Matanya menyipit tajam, penuh tekad untuk membalas.

“Baiklah! Kita main lagi,” katanya dingin, suaranya penuh determinasi.

Keduanya kembali melakukan suit. Kali ini, Mr. Gabriel bermain dengan serius, tidak ingin memberi Ivy kesempatan sedikit pun.

Dan akhirnya, setelah berkali-kali mencoba, Mr. Gabriel berhasil menang.

“Akhirnya!” Serunya sambil mendongak, merasa lega.

Ivy memutar bola matanya, pura-pura kesal. “Yah.. akhirnya aku kalah..”

Mr. Gabriel merasa lega akhirnya bisa menang, tetapi seiring dengan rasa lega itu, sebuah kebingungan tiba-tiba muncul dalam pikirannya.

Apa yang seharusnya ia lakukan selanjutnya? Mengusir Ivy? Namun, jika ia mengusirnya, hal seperti ini bisa terulang lagi.

Mr. Gabriel harus mencari cara agar hal ini berhenti agar Ivy berhenti menggodanya.

Jantung Mr. Gabriel berdegup kencang, matanya terus menatap wajah Ivy yang kini berada sangat dekat dengannya.

Tanpa sadar, ia mengangkat pinggang Ivy, memindahkannya ke atas meja dengan perlahan dan menahan tubuh gadis itu agar tetap diam.

“Nona Ivy...” ucapnya pelan, suaranya dingin, “Sudah main-mainnya? Puas sekali kamu mengerjai aku, ya?”

Ivy sedikit terkejut dengan tindakan Mr. Gabriel, lalu tertawa canggung.

"Kenapa, Mr. Gabriel?" Tanyanya, merasa ada yang tidak beres dengan suasana ini.

Mr. Gabriel menatapnya tajam, otot-otot wajahnya menegang.

“Dengan cara seperti ini, kamu selalu berusaha membuatku menyerah padamu, kan? Kamu sengaja melakukan hal-hal yang aku tidak suka.”

Ivy merasakan ketegangan itu, dan suasana menjadi semakin tidak nyaman. Ia merasa cemas, tidak tau apa yang sebenarnya diinginkan oleh Mr. Gabriel.

“Aku tau kamu membenciku bukan menyukaiku. Bahkan kamu yang bilang sendiri kemarin.." Mr. Gabriel lalu menangkup dagu gadis itu agar mereka bertatapan.

"Bisa berhenti akting jadi wanita murah yang merayuku seperti ini? Berhenti menggodaku hanya untuk membuatku menyerah padamu,” ujar Mr. Gabriel dengan nada yang lebih tajam, matanya menyipit.

Ivy menatapnya dengan tatapan tajam, rahangnya mengeras. "Akting jadi wanita murah?" Bisiknya pelan, mencoba menahan amarah yang mulai muncul di dirinya.

'Ya, aku memang membencimu dan semua akting itu untuk mengambil kembali kebebasanku darimu..' Ivy membatin seraya melayangkan tatapan tajamnya pada Mr. Gabriel.

Mr. Gabiel merasa kata-kata itu sudah cukup.

Saat Mr. Gabriel berbalik untuk pergi, Ivy tiba-tiba meraih dasinya, menariknya dengan cepat hingga tubuh Mr. Gabriel terdorong kembali ke arahnya.

"Kenapa kamu selalu begini, Ivy?" gumamnya pelan, dengan ekspresi bingung dan terkejut.

Ivy, dengan tatapan penuh tekad, menyunggingkan senyum sinis.

"Karna aku tidak akan menyerah sampai Mr. Gabriel pergi dariku. Aku akan terus melakukan hal yang Mr. Gabriel tidak suka!"

Tindakan Ivy yang mendekat lagi, membuat Mr. Gabriel merasa semakin terperangkap.

Gadis ini... benar-benar gila, pikirnya. Namun, dalam hatinya yang terdalam, ada keraguan yang tiba-tiba muncul.

"Kamu benar-benar peliharaan yang nakal," kata Mr. Gabriel dengan nada dingin, tatapannya tajam.

Namun, yang mengejutkan adalah, kali ini bukan Ivy yang mendekat, melainkan Mr. Gabriel yang dengan cepat memindahkan dirinya ke posisi lebih dekat dengan gadis itu.

Ivy terdiam sejenak, sedikit terkejut dengan tindakan mendadak Mr. Gabriel.

Ivy tidak bisa menghindar lagi.

“Ini hukumanmu karna kamu sulit sekali diomongi,” ujar Mr. Gabriel dengan suara berat, penuh emosi yang terkendali.

“Aku akan membuat aktingmu runtuh dan menurut padaku.” Tegas Mr. Gabriel.

Ivy hanya bisa menatapnya, tidak tau harus berkata apa. Ada perasaan aneh yang bergulir dalam dirinya, tapi ia tidak bisa mengungkapkannya.

Sebelum ia sempat merespon, Mr. Gabriel dengan cepat menarik wajahnya lebih dekat, dan cîùman itu terjadi lagi—cepat, intens, seolah-olah tak memberi ruang untuk penolakan.

Ivy sempat terhenyak, perasaan hangat menyebar di tubuhnya.

Kini bukan hanya Mr. Gabriel lagi yang harus bertahan tapi Ivy.. apakah gadis itu bisa mempertahankan aktingnya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!