"Dari tadi belum mandi?" tanya Rival.
"Belum bang. Abrian main, terus Shila lanjut masak" jawab Shila.
"Ya sudah sana"
Shila menyambar handuk dan segera mandi. Rival menidurkan Arben di dalam kamar.
Aaahhh
Pekik Shila kaget.
"Ada apa?" tanya Rival ke arah suara.
"Lampunya putus bang" jawab Shila pelan.
"Sudah mandi saja. Abang disini" perintah Rival.
Aaawwww
Pekik Shila lagi.
"Apalagi dek???" tanya Rival tak sadar.
"Airnya mati bang, mata Shila perih"
"Cckk.. ada-ada saja. Pakai air di bak!" Rival melihat jam sudah pukul delapan malam, pompa air pasti sudah di matikan.
"Bak nya Shila kuras bang, lupa Shila isi lagi"
"Aduh.. kamu ini. Tunggu sebentar, tahan!!" Rival melihat ada dua galon air minum yang masih penuh, Rival menuangnya dalam ember.
tok..tok..tok..
"Buka dek!!" Shila membuka pintu kamar mandinya perlahan. Rival memalingkan wajah dan mendorong ember itu dengan kaki.
"Sudah khan? Abang keluar dulu, ponsel Abang ketinggalan di pos" pamit Rival.
Shila mengira Rival sudah pergi segera memakai handuknya yang pendek lalu mengeringkan rambut panjangnya, baru membetulkan letak handuk, menutup sebagian tubuhnya Rival kembali lagi.
"Abaaanngg" pekik Shila berjongkok menutup tubuhnya.
"Ya Allah dek.." Rival berbalik badan mengusap wajah dan rambutnya, sebelah tangan memegang dadanya yang tidak karuan.
Yara sayang... maaf mas mengkhianati mu.
"Abang!! Ini ponsel Abang" panggil Oka nyelonong masuk ke dalam rumah Rival lewat pintu samping.
"Astagfirullah... cepat masuk dek.. ada Oka. Jangan sampai Oka melihatmu seperti ini" perintah Rival.
"Bang!!!!!" sapa Oka lagi.
"Tahan disana" perintah Rival, ia membuka kaosnya dan menyerahkannya pada Shila dengan cepat. Shila memakainya padahal kaos Rival itu penuh keringat tapi wangi tubuh Rival benar-benar membuatnya nyaman.
"Cepat masuk!!!! " perintah Rival untuk Shila.
Rival menemui Oka dengan bertelanjang dada. Sekilas Oka melihat Shila melintas.
"Tumben menahanku disini. Ada apa?"
"Shila di dalam" jawab Rival.
"Tau lah bang"
"Eehh.. jangan-jangan Abang dan Shila?????"
"Tidak ada!! Buang pikiran kotormu itu!!" kata Rival.
***
"Besok ikut Abang ke kolam renang yang baru di buat itu" ajak Rival.
"Shila ikut bang?" tanya Shila
"Iya, Abang minta tolong jaga anak-anak. Semua bawa keluarga, Abang ingin menyenangkan anak-anak" Shila nampak enggan menyanggupi permintaan Rival.
"Mau atau tidak?" tanya Rival lagi.
"Ya sudah bang! Kasihan anak-anak"
----------
"Aku makan sama mamaku, Sana.. kamu nggak punya mama" ejek seorang anak pada Arben. Bu Dwi langsung membungkam mulut putranya.
"Mamaku ada.. ada di surga. Mamamu masih di bumi" jawab Arben.
"Arben.. tidak boleh" tegur Danki.
"Mohon maaf pak Danki" ucap Bu Dwi.
"Sudahlah Bu, namanya anak-anak"
Kamu benar Noval, mama Arben memang sudah di surga.
"Itu mama Arben khan pa?" tunjuk Arben pada Shila dengan penuh harap. Hati Rival ingin berkata tidak, tapi mulut berucap lain.
"Mama Shila, mama Aben khan pa?" Shila menoleh saat sedang menyiapkan bekal makan siang untuk Arben, Abrian dan papanya. Seketika mata Rival dan Shila beradu pandang.
"Iya.. itu mama Arben" suara Rival bagai tertelan perasaan nya sendiri.
"Mamaa..." Arben berlari memeluk Shila kuat. Rival mengerjapkan mata agar bulir bening tidak jatuh membasahi pipinya.
"Sabar Danki.. Jodoh..maut..rejeki sudah Allah atur ketetapannya. Jalani saja!" Pak Willy menyemangati.
"Terima kasih ya pak Willy"
--------
"Abang harap kamu tidak salah paham dengan ucapan Abang tadi"
"Nggak bang! Shila tau kok" jawab Shila, namun ada sedikit rasa nyeri dalam hatinya.
"Terima kasih atas pengertian mu"
"Abang mau makan?" tanya Shila menetralkan suasana.
"Iya..kamu masak apa?"
"Udang goreng tepung, capcay, sama kroket bang. Abang mau?" tanya Shila.
"Iya dek, Abang mau" jawab dingin Rival, tapi suara itu kian melunak, tidak segarang hari biasanya.
Para anggota dan istrinya bisa melihat Danki mereka makan dengan lahap, Shila juga sangat lembut dan perhatian sama seperti Ibu Danki yang lalu. Sejak kehilangan ibu Danki, sama sekali tidak terlihat tawa dari wajah sang Danki.
Rival sudah selesai makan dan mulai berkumpul bersama para anggotanya, Shila juga santai bergabung dengan ibu yang lain walau statusnya bukanlah istri Danki. Shila menidurkan Abrian pada kereta dorong setelah memberinya susu.
Mata Shila melihat Arben berancang-ancang mau meliompat ke arah kolam renang. Shila kaget dan berlari bermaksud menangkap Arben.
"Kakak.." pekik Shila ingin menghadang Arben.
"Dek.." Rival tak kalah kaget melihat situasi tidak pas itu.
byuuurrr....
Arben masuk ke dalam kolam.
byuuurrr....
Shila ikut masuk ke dalam kolam. Tangan Shila tak sanggup menggapai manapun.
"Ya Allah..dek!!!!!!!!"
byuuurrr...
Rival menyusul masuk ke dalam kolam menangkap pinggang Shila lalu membawanya ke pinggir kolam. Sedangkan Arben asyik berenang hilir mudik kesana kemari dengan santainya tanpa tau apa yang baru saja ia perbuat.
Rival sudah bingung dan panik melihat Shila setengah sadar. Rival menepuk punggung Shila dan memiringkannya.
"Muntahkan dek!!"
Tak lama Shila bisa mengeluarkan air dari dalam perutnya.
"Arben bang!!" ucap Shila pertama kali.
"Cemaskan dirimu sendiri. Arben tidak apa-apa. Dia bisa berenang" jawab Rival yang tidak menyadari tangannya menggenggam tangan Shila. Shila bernapas lega. Rival menatap lekat wajah Shila, tatapan mata itu tak lepas dari mata Oka. Ia merasa Danki memiliki rasa terhadap Shila, tapi enggan merasakan nya.
Rival memberikan bajunya yang basah menutup pakaian Shila.
"Papa.. Aben mau maem" kata Arben dengan santai.
"Mama mandi?" tanya Arben polos. Rival membuang napas kasar.
"Mama mau tenggelam karena mengejar mu Ben" jawab Rival
"Sudah ahh bang! Ayo Arben makan!" ajak Shila.
"Sepertinya sebentar lagi ada yang mau menaikan status ibu Danki nih" ejek Oka.
"Apa kamu ini??" kesal Rival berdiri menghampiri Shila.
"Nanti cepat masuk ruangan Abang di sana" tunjuk Rival.
"Iya bang"
---------
"Kamu pakai pakaian ini!" Rival menyerahkan baju olahraga ke tangan Shila. Rival sudah berganti dengan pakaian olahraga dalam lemari nya.
"Shila pulang saja bang! Lagipula tidak jauh" Shila membuka baju Rival yang tersampir di tubuhnya.
"Bukan masalah jauh atau dekatnya. Ehm.. Abang jadi bisa melihat isi pakaianmu. Apa kamu mau om-om yang jelalatan itu melihatmu juga?" ucap santai Rival.
"Aahh.. Abang!!! Shila sangat malu hingga ia menutup bajunya lebih rapat.
"Sudah.. cepat ganti di balik lemari itu! Abang tunggu disini!!" Rival menutup gorden di ruangannya. Shila berjalan di balik lemari, membuka kerudung nya, lalu satu persatu membuka kancing bajunya.
Degub jantung Rival tak terkendali tak sengaja melihat tubuh Shila dari pantulan cermin. Ia melupakan ada cermin besar di ruangannya. Bagian tubuh nya menegang, keringat bercucuran, apalagi ketika melihat pakaian Shila jatuh ke lantai. Hampir delapan bulan Rival merasakan kesepian hatinya. Rival berbalik badan tangannya bertumpu pada meja kerjanya.
Sayang.. berat sekali hidup tanpamu. Bagaimana mas ungkapan rasa rindu ini? Mas tidak mau hasrat sesaat ini membuat mu terluka sayang.
"Bang!!!"
"Iya dek" Rival tersentak kaget.
"Ada kantong nggak??" tanya Shila. Rival mengobrak abrik lacinya hingga menemukan kantong.
"Baju Abang Shila bawa sekalian"
"Nggak usah dek, Abang cuci setelah ini"
"Nggak apa-apa bang. Sekalian kok"
"Oya bang.. Shila bawa anak-anak pulang ya?"
"Iya dek. Nanti Abang menyusul"
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Erna Wati
iya ben
2022-11-16
0
🍀 chichi illa 🍒
Ben arben 🤭🤭🤭
2022-08-23
0
Nonengsupartika
kisah rival sedih bgt ternyata, mewek trs
2022-06-13
0