Shila masuk ke dalam rumah. Randy dan Naya bahkan sudah tidur. Rival menyempatkan melihat Arben yang sedang tidur sendiri sebab Abrian tidur bersama Naya di kamarnya.
Arben menggeliat minta susu. Rival menuju dapur bermaksud membuatkan Arben susu.
"Seberapa takarannya?" gumam Rival.
"Sini Shila yang buat bang!" Rival terus memperhatikan Shila.
"Kamu nggak tidur?" tanya Rival.
"Anak rewel mana bisa tidur bang" jawab Shila. Shila terhenyak kaget dengan ucapannya sendiri.
"Maaf bang. maksud Shila, ada anak menangis mana bisa Shila membiarkannya"
Rival terus menatap Shila membuat Shila merasa tidak nyaman. Rival akhirnya tersadar dari kelakuannya.
Astagfirullah.. Yara pasti marah aku memandang wanita lain.
"Kalian belum tidur?" tanya Naya tiba-tiba.
"Mama cari apa? biar Shila bantu" ucap Shila menepis salah tingkah nya.
"Mau buat susu Abrian" jawab Naya.
"Sini biar Abrian sama Shila, Abang kasih susu ini ke Arben" entah kenapa senyum Shila membuat Rival menurut tanpa perlawanan.
-------
Dari dalam kamar Rival bisa melihat Abrian tidur nyenyak dalam gendongan Shila. Arben sudah nyenyak kembali, Rival menemui Shila yang sedang duduk di ruang tamu.
"Maaf, anak-anak Abang menyusahkanmu"
"Shila ikhlas bang"
***
Hari ini waktunya Abrian imunisasi. Naya sedang tidak enak badan sedangkan Randy belum pulang dari luar kota.
"Biar Shila saja yang bawa Abrian imunisasi ma" kata Shila.
"Apa kamu bisa?"
"Bisa donk ma" senyum Shila.
"Biar di antar papanya ya?" tawar Naya.
"Nggak usah ma, Abang pasti sibuk sekali"
---------
"Abrian mana ma?" tanya Rival pada Naya.
"Imunisasi sama Shila" jawab Naya.
"Dimana ma?"
"Posyandu merak"
-------
Rival melihat Shila dari jauh sedang mengobrol bersama ibu-ibu yang lain. Dari jendela posyandu yang terbuka, Rival bisqa melihat Shila menciumi pipi Abrian yang menangis karena baru di imunisasi. Shila keluar sambil mengusap punggung Abrian.
"Kenapa nggak bilang Abang"
"Abang!! maaf bang.. Shila nggak mau ganggu kerja Abang" jawabnya menunduk.
"Lain kali bilang sama Abang"
--------
Rival mengubek dapur Naya hingga terlihat berantakan. Ia mencari dimana letak kopi
"Abang mau bikin kopi?" tegur Shila.
"Iya" jawab Rival singkat.
"Biar Shila bikin buat Abang"
Shila mengambil cangkir di hadapan Rival.
"Jangan bertingkah seolah kamu ini istri Abang" ucap keras Rival lalu pergi dari hadapan Shila. Shila hanya menghela nafas panjang sambil tetap membuatkan kopi untuk Rival.
"Shila tidak ingin bertingkah seolah Shila ini istri Abang. Shila numpang disini bang. Bukankah sudah seharusnya Shila melayani Abang sebagai majikan Shila" ucapan menohok Shila membuat Rival merasa tidak nyaman.
"Abang tidak pernah menganggapmu pembantu Abang. Abang akan pulangkan kamu ke asalmu" tegas Rival.
Shila berlutut di hadapan Rival.
"Jangan pulangkan Shila bang. Shila takut pulang kesana" ucap Shila memohon.
" Lalu untuk apa kamu menyusahkan diri untuk merawat anak Abang???" nada keras Rival mengagetkan Shila.
"Maaf Shila memanfaatkan papa dan mama juga Abang. Shila hanya ingin berlindung dari paman Shila. Tak masalah jika Shila merawat anak Abang"
"Abang akan selesaikan masalahmu. Tapi secepatnya kamu harus kembali ke asalmu" tegas Rival.
"Kenapa Val? Kamu takut jatuh cinta sama Shila??" tanya Randy yang tiba-tiba saja pulang.
"Tidak akan semudah itu jatuh cinta pa, Aku tidak akan mencintai wanita lain selain istriku" Rival pergi menuju taman belakang rumah Randy.
"Keras kepala. Kerasnya batu karang akan terkikis juga oleh air laut" gumam Randy.
"Kamu tidak akan pergi kemana-mana. Maafkan Rival, sebenarnya Rival itu baik, hanya belum bisa mengendalikan perasaan saja" Randy menenangkan Shila yang takut dengan sikap Rival.
"Shila ngerti pa" senyum getir Shila
***
"Val.. tidak perlu sekeras itu dengan Shila. Sebagai seorang pria papa tau rasanya sendirian. Yara sudah tidak ada lagi. Tidak ada salahnya kamu membuka hati untuk wanita lain"
"Shila maksud papa????" tanya Rival langsung pada pokoknya.
"Papa dan mama tidak masalah mengasuh anakmu dan Yara. Mereka tetap darah papa juga. Tapi anak sekecil itu butuh perhatian juga Val, butuh pelukan hangat seorang ibu. Apalagi Arben anakmu yang nakal itu. Kamu coba beradaptasi dengan Shila. Sekarang apa keputusan mu"
"Rival bawa dia ke asrama pa"
"Apa kamu sudah gila????? Komandan membawa wanita dalam rumah?????" tanya Randy.
"Papa yang memintaku adaptasi dengan Shila, Bagaimana aku bisa pendekatan kalau aku tidak melakukannya?"
"Terserah kamu saja. Hati-hati dengan keputusan mu"
"Aku akan tanggung jawab dengan semua yang aku lakukan pa" tegas Rival
***
"Sayang.. hari ini mas akan membawa wanita lain ke rumah kita? Apa kamu ikhlas sayang?" tanya Rival di makam Yara.
"Mas harap kamu tidak mencemburui Shila, karena mas tidak akan tahan menerima amarahmu" senyum Rival.
"Mas Rindu kamu, Mudah-mudahan mas kuat menjalani hidup ini ya sayang. Mas pamit dulu. I love you"
***
"Saya bawa Shila ke asrama" lapor Rival ke pos depan.
"Siap.." tidak ada yang menegur Rival dan para anggota hanya berpositif thinking dengan Dankinya karena mereka tau, Danki mereka bisa di andalkan.
-------
"Kamu tinggal disini. Abang tinggal di rumah transit di depan sana!" tunjuk Rival pada sebuah rumah yang terlihat jelas dari rumah Rival lalu bergegas bermain dengan Arben.
Shila melihat rumah Rival yang begitu berantakan. Hanya foto pernikahan Rival dan Yara tertancap di dinding. Shila mengamati wajah cantik Yara.
"Pantas Abang begitu mencintai mbak Yara. Mungkin kalau aku seorang pria aku juga akan jatuh cinta pada wajah cantiknya" gumam Shila.
"Paras wajah bisa terhapus waktu, tapi Yara adalah pilihan Abang, hanya Yara yang Abang inginkan" Rival segera berlalu mencari mainan Arben di dalam gudang.
Shila tidak menghiraukan ucapan Rival karena ia memang sudah tau Rival sangat mencintai Yara.
***
Shila menidurkan Abrian dalam boxnya. Selama satu bulan ini anak-anak Rival dalam asuhan Shila semakin gemuk saja, apalagi si kecil Arben yang begitu dekat dengan Shila.
Malam ini Shila memasak ayam goreng dan sayur bayam. Memang sederhana tapi Arben sangat suka. Belum lagi Abrian begitu lahap makan MPASI buatan Shila sendiri.
Rival pulang kerja memang malam untuk hari ini. Perutnya sudah sangat kelaparan, badannya lelah tak terkira. Rival melepas sepatunya dan bersandar pada dinding di ruang dapurnya. Tak tau apa yang membawanya pulang ke tempat Shila daripada pulang ke rumah transit.
Shila mengambil sepatu Rival dan menyimpannya di rak sepatu juga membereskan tas kecil Rival dan menggantungnya di dinding.
Shila menyodorkan segelas teh hangat, ia tau Rival sangat dingin dan jarang bicara padanya. Hari ini Rival tidak menolak perhatian yang Shila berikan untuknya.
"Terima kasih" ucap tulis Rival.
"Sama-sama bang. Abang mau makan?" tanya Shila.
"Iya boleh.. Abang lapar" jujur Rival.
Rival memakan masakan Shila dengan lahap, entah ia yang begitu kelaparan atau masakan Shila memang sangat enak, yang jelas ia merasakan perhatian yang sudah lama tidak ia rasakan.
"Abang.. bisa Shila titip Abrian sebentar"
"Mau kemana kamu?" tanya Rival.
"Mandi bang.. Shila belum mandi" jawabnya tertunduk malu.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Windarti08
Kapten depresi... mana ada orang yg udah dalam tanah dan beda dunia bisa marah...
dasar bucin akut😏
2023-05-24
0
Devi Handayani
otw dihalalin dong shila nya thorr☺☺☺
2023-01-04
1
reres
sabar Shila..rival emang dingin tp kalo dah bucin akut😁
2021-08-21
2