"Sebaiknya kita kembali saja ke kamar bang! Shila pasti juga bingung dengan situasi ini"
"Ayo!!"
***
"Eehhmm.. maaf.. saya tidak sengaja" Rival menutup kembali pintu kamar rawat Shila dengan cepat membuat Oka ikut mundur bersama Rival.
"Ada apa bang?" Tanya Oka.
"Nanti saja. Perawat sedang mengompres memar di dada Shila" jawab Rival.
"Abang menang donk sudah ngintip" ledek Oka.
"Nggak kelihatan" bisik Rival.
"Hmm.. Ternyata Abang pengen yang terekspos secara langsung?"
"Cckk.. Abang nggak minat lihat barang lain selain istri Abang" jawabnya sambil duduk termenung.
"Jangan benci bang.. nanti bisa jadi cinta" kata Oka.
"Persetan dengan cinta. Abang cinta setengah mati dengan istri Abang tapi Allah lebih cinta sama istri Abang"
"Saya juga pernah kehilangan seperti Abang. Saya tau rasanya bang. Hanya saja kisah saya tidak seberat Abang. Masih tahap tunangan setelah Lima tahun pacaran bang" sendu Oka.
Kedua anak buah Rival melihat kesedihan terpampang nyata dari raut wajah Danki mereka.
"Dalam hati kadang Abang yakin mampu membesarkan kedua anak Abang sendiri tapi nyatanya kedua anak Abang masih sama mertua Abang. Kalau pulang Abang sudah lelah, sekarang nggak ada lagi yang mengurus Abang. Memasak makanan, siapkan pakaian Abang.. yang paling sakit ini kalau malam. Tidur sendirian, otak nggak ingin mikir ke arah sana, tapi naluri dan perasaan butuh perhatian"
"Siapa didalam Val?" tanya Randy.
"Namanya Shila pa" jawab Rival. Randy menghela napas panjang, menepuk pundak Rival.
---------
Randy masuk ke dalam rawat Shila. Gadis itu menunduk melihat Randy.
"Sama siapa kamu disini?" tanya Randy.
"Ikut saya ya besok! Tidak akan ada yang mengganggumu lagi. Mama almarhumah Yara.. istri Rival, memintamu ikut bersama kami"
***
Randy berada satu mobil dengan Shila karena Rival masih ada pekerjaan dan akan melihat keadaan anak-anaknya setelah ini.
Sampai di rumah, Shila langsung menunduk mencium tangan Naya. Naya pun memeluk haru mengusap punggung Shila.
"Semoga kamu betah bersama kami nak" Yara menggandeng Shila masuk. Shila melihat seorang bayi kecil menangis kencang. Mungkin ia lapar. Tanpa di sadari, Shila mengangkat bayi lucu itu dan memberinya dot. Bayi mungil itu diam dalam gendongan Shila. Shila mencium sayang bayi itu.
"Namanya siapa Bu?" tanya Shila.
"Kalau kamu mau, kamu bisa memanggilku mama. Si kecil itu namanya Abrian" jawab Naya.
Abrian menyusu dengan kuat. Tangan mungilnya memegangi bibir Shila dan terus menatap ke arahnya. Shila begitu terharu.
Rival ternyata sejak tadi sudah melihat pemandangan itu, ia bersandar pada dinding, mengusap rambut dan wajahnya. Sakit sekali harus menerima kenyataan bahwa anaknya tidak memiliki seorang ibu lagi. Perasaanya meronta meminta pertolongan. Matanya merah membendung air mata yang menyesakan dada.
"Abrian tenang bersama Shila, papa dan mama akan membiarkan nya disini"
"Kita belum mengenal Shila pa" protes Rival.
"Bayi itu bersih dan suci Val, kalau ia mampu menerima kehadiran 'ibu', pasti ia akan merasa nyaman seperti Abrian sekarang" Randy membuka perasaan Rival perlahan.
"Arben dan Abrian tidak butuh ibu baru. Aku sanggup membesarkannya sendiri pa" jawab Rival yang tau arah pembicaraan Randy.
"Kasih sayang ayah beda, Belaian seorang ibu tetap di butuhkan anak-anakmu Val. Lagipula harus ada yang mengurusmu" Randy melihat Rival sudah semakin kurus dan berantakan. Kumisnya saja bahkan tidak ia pedulikan. Rambut hanya sesuka hati ia cukur.
"Aku mau main dengan Ben pa" Rival meninggalkan Randy begitu saja. Randy memaklumi perasaan anak mantunya itu.
--------
Lihatlah dek.. papamu bahkan menyuruh mas menikah lagi. Sampai kapanpun mas akan selalu sayang kamu. Tidak ingin yang lain lagi.
"Papa nangis?" tanya Arben.
"Nggak sayang"
"Nggak boleh nangis. Harus kuat. Mama Ben bobok lama dalam tanah, Ben nggak nangis" Arben masuk ke dalam rumah mengambil mainannya lagi. Rival menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya.
"Mas nggak tahan merasakan semua ini dek" gumam Rival lalu menumpahkan tangisnya disana. Ingin hatinya menjerit, tapi tidak mampu ia lakukan.
Di dalam sana Naya melihat kerapuhan Rival yang berusaha menguatkan perasaannya sendiri.
"Pa.. Kapan Rival bisa kembali seperti dulu?"
"Papa akan buat Rival hidup kembali. Demi cucu kita" jawab Randy.
"Papa ikhlas??" tanya Yara sambil melirik Shila yang sedang menidurkan Abrian di ruang keluarga.
"Cucu kita segalanya ma" Naya mengusap dada Randy, ia pun mengembangkan senyum keikhlasan.
***
"Bu.. saya pamit mau ke minimarket"
Naya membenahi letak lipatan kerudung Shila.
"Kamu anak mama ( senyum Naya pada Shila ). Biar Rival mengantarmu!"
"Jangan ma, biar Shila sendiri saja. Abang sedang asyik bermain dengan Arben" tolak Shila.
"Ini sudah malam. Tidak baik gadis keluar malam sendirian. Memangnya kamu mau cari apa?" tanya Naya.
"Pembalut ma, perut Shila sakit sekali!" bisik Shila.
"Tunggu disini!!" Naya berjalan mendekati Rival yang sedang bermain dengan Arben dan Randy.
"Val, bisa antar Shila ke minimarket?"
Rival hanya menunjukkan wajah malas di hadapan Naya.
"Shila sedang haid. Apa kamu tega membiarkan nya kesakitan?" tanya Naya. Rival masih saja diam di tempat.
"Yaaa..biar papa yang antar ma, sekali-kali jalan dengan gadis Khan nggak apa-apa" keluh Randy.
"Biar Rival yang antar pa" Rival mengambil kunci motornya.
"Ayo!!" ajak Rival tanpa menatap Shila sama sekali.
Naya dan Randy berpandangan saling melempar senyum.
***
"Abang tunggu di luar"
"Iya bang" lirih Shila sambil masuk ke dalam minimarket.
______
Eeegghhh
"Ada apa?" tanya Rival dingin.
"Perutku sakit sekali bang"
Rival memberikan jaketnya pada Shila.
"Naik!!!!" Rival tidak berkata apa-apa tapi langsung mengajak Shila ke pedagang wedang ronde di pusat kota.
"Kamu minum ini" Rival memberikan minuman itu tanpa melihat ke arah Shila.
"Terima kasih bang"
Rival duduk di sebelah Shila sambil memainkan ponsel memantau group kompi.
Tak lama setelah Shila menghabiskan minuman nya.. Shila berhenti sebentar merasakan derasnya hari pertama haid, perutnya juga sangat sakit.
"Ada apa lagi????" kesal Shila.
"Sakit sekali bang!!!" Shila duduk kembali di kursinya.
"Istrinya sakit pak?" tegur ibu penjual wedang ronde.
Rival tersenyum memaksa.
"Haid Bu"
"Biasa tamu bulanan kadang menyiksa. Semoga cepat di beri momongan"
deg..de..deg..
"Aamiin" jawab Rival lirih tapi masih terdengar oleh Shila.
Maaf sayang.. dulu aku mengaminkan doa untuk kita. Sekarang aku tak tau mengaminkan doa untuk siapa.
"Masih sakit tidak?" tanya Rival.
"Masih bang" Shila merasa tidak enak.
"Abang tunggu sampai sakitmu reda" jawab Rival.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Diah Darmawati
nyeseg mbk Naraaaaa😭😭😭
2023-07-13
0
ima fadilah
q gak suka jika Rival nikah lagi
2023-01-08
0
Yuyun Nova Lia
sdh baca smpai part ini tp blm bsa move on dr yara,terlalu mendalami crta jdi sedihnya susah hilang
2021-10-28
0