Rival pulang ke rumahnya menyusul Shila. Ada langkah ragu meyakinkan ia untuk pulang atau tidak.
"Anak-anak langsung tidur bang" ucap Yara begitu melihat Rival celingukan mencari
putranya.
"Oohh.."
"hmmm.. Dek, ini ada uang untuk belanja kebutuhan sehari-hari. Nanti tengah bulan Abang tambah lagi" Rival memberi uang cash pada Shila.
Shila tersenyum memundurkan uang yang ada di hadapannya.
"Shila masih ada pegangan bang. Shila bisa berlindung disini saja sudah Alhamdulillah bang"
"Tapi anak Abang bukan tanggung jawab mu dek"
"Shila tau bang, anggap saja Shila mengontrak disini" ucap Shila.
"Begini saja. Uang ini Abang taruh disini. Kalau ada apa-apa, bisa kamu pakai" Shila hanya menyunggingkan senyum.
***
Keesokan harinya Rival mendapat kabar bahwa ia akan kembali lagi ke Batalyon di Kalimantan kurang lebih dua bulan lagi. Rival memijat keningnya, bukan karena ia tidak mampu, tapi semua kenangannya bersama Yara ada di Batalyon lamanya di Kalimantan.
Rival termenung memainkan rokok di tangannya, anaknya sudah sedemikian dekat dengan Shila, lalu bagaimana nasib anak-anaknya tanpa Shila.
***
"Bang, besok Shila mau ke supermarket belanja kebutuhan anak-anak ya?" ijin Shila.
"Abang antar besok!" ucapnya datar.
"Abang nggak kerja?" tanya Shila.
"Sore saja keluar, pagi sampai selepas Ashar Abang sibuk"
"Iya bang" jawab Shila tanpa perlawanan.
***
Sore ini Rival, Shila dan kedua anak Rival berbelanja ke sebuah supermarket. Arben merengek minta makan Fried chicken dan akhirnya mereka berhenti dulu disana.
"Kamu mau apa dek?" tanya Rival tanpa melihat Shila.
"Abang sama anak-anak saja. Shila nggak suka bang" ucap Shila pelan.
"Ya sudah.. Abang temani kamu saja. Nanti di luar beli yang kamu mau"
Rival dan Shila menemani Arben makan, sedangkan Rival dan Shila menikmati kentang goreng. Tangan Shila sibuk menyuapi Abrian, bayi itu tiap hari kian montok.
Dek, kalau kamu tau kelakuanku.. mungkin saat ini kamu sudah membunuhku. Arben memanggil mama pada wanita yang sama sekali tidak ia kenal dan Abrian bahkan tidak bisa tidur dalam dekapan Shila. Apa di surga nanti kamu akan menolak kehadiranku karena sudah bermain api di belakangmu?
"Shila kenyang bang. Setelah ini pulang saja ya, kasihan anak-anak"
"Iya, Abang mau beli nasi goreng dulu" jawabnya.
"Abang belum kenyang??" Shila keheranan.
"Makan kentang segini saja tidak bisa jadi tenaga di kelingking Abang"
--------
Shila menyerahkan nasi goreng kambing pesanan Rival. Rival meletakkan nasi goreng itu di sampingnya. Saat akan masuk ke dalam mobil ada seorang pria setengah baya menarik tangan Shila.
"Abang.. tolong Shila!!" pekiknya. Rival segera turun dan melepaskan genggaman tangan itu.
"Jangan kasar!!! Saya tidak ingin ada cekcok dengan keluarga Shila" tatapan tajam Rival membuat paman Shila menatap Shila.
"Saya harus mengambil sertifikat tanah yang Shila bawa"
"Apa ada padamu?" tanya Rival pada Shila.
"Nggak bang!! sungguh!!" Shila sampai menangis karena ketakutan.
"Paman naik dulu ke mobil dan ikut saya. Kita selesaikan di rumah"
"Siapa kamu, kenapa ikut campur keluarga kami??" tanya paman.
"Saya Rival, calon suami Shila" jawab Rival tegas. Shila menatap Rival. Rival menatap mata Shila, membuat Shila tidak bisa berkata apapun.
***
"Katakan yang jelas di mana sertifikat tanah itu sampai pamanmu ini mau menjualmu?" tegas Rival pada Shila. Oka menjadi saksi mereka bersama pak Willy.
"Paman sendiri yang menjualnya" ucap Shila. Tubuh paman bergetar, sesaat yang lalu, ketakutannya menjadi-jadi saat tau ternyata Rival adalah seorang tentara. Apalagi Rival 'pemilik' kompi itu sekarang.
"Untuk apa paman jual?" suara Rival membuat bulu kuduk berdiri.
"Untuk main judi"
"Berapa paman akan menjual Shila pada mucikari"
"Lima juta"
"Lima juta?????? Untuk keponakan paman ini mau paman jual lima juta hanya untuk berjudi????? Bukan main..." kesal sekali hati Rival melihat masih ada pria tak bermoral seperti ini.
"Pak Willy, saya pinjam kas kompi dulu sejumlah uang yang bapak ini sebut tadi, besok pagi saya akan ganti uang kas kompi itu"
"Siap Danki" Pak Willy segera mengambil uang itu.
Rival mengangkat ponselnya lalu menghubungi Randy dan Naya.
"Pa.. Saya mau bicara serius. Tolong papa kesini bawa Pak Puguh" pinta Rival dalam sambungan telepon.
"Penghulu??????" tanya Randy kaget.
"Iya pa.. maaf"
***
Rival mengajak Randy dan Naya masuk ke dalam kamar. Ia menceritakan semuanya.
"Apa kamu mencintai Shila???" tanya Naya.
"Jujur saat ini nggak ma. Nggak sama sekali. Yara selalu ada di hatiku ma. Maaf ma.. dua bulan lagi Rival kembali ke kesatuan di Kalimantan. Rival hanya memikirkan anak-anak yang sudah terlanjur dekat dengan Shila. Dan Rival tidak bisa membawa Shila jika tanpa status"
"Kamu benar Val, mudah-mudahan pernikahanmu dengan Shila bahagia. Papa dan mama mengikhlaskan nya dan turut bahagia. Ingat Val, perlakukan Shila dengan baik. Itu saja pesan papa"
-----------
"Tanda tangani semua berkas ini!!! dan tinggalkan jejak digital disini" ucap Rival mengarahkan.
Rival menyerahkan semua berkas pada Oka, lalu ia menyerahkan sejumlah uang pada paman Shila.
"Pak penghulu.. nikahkan kami sekarang juga" pinta Rival.
Penghulu menjabat tangan Rival.
Saya terima nikah dan kawinnya Zalfa Arshila binti Danuwarta dengan mas kawin uang sebesar tiga juta rupiah di bayar tunai
"sah"
Shila mengusap air matanya dan berlari masuk ke dalam kamar.
"Maaf pak, saya lihat istri saya dulu" ucap Rival tidak mengurangi kesadaran bahwa beberapa menit yang lalu, Shila sudah sah menjadi istrinya.
"Kenapa Abang lakukan itu?" tanya Shila berurai air mata. Rival mengunci pintu kamarnya rapat.
"Maaf Abang tidak memikirkan perasaan mu. Abang akan pindah tugas ke Kalimantan" ucap Rival.
"Shila tau, Abang memikirkan anak-anak karena sudah terlanjur dekat dengan Shila Khan?"
"Iya dek..maaf.."
"Dan.. Shila takut mencintai Abang.. karena hati Abang sedikit pun tidak ada nama Shila"
Ucapan Shila menusuk tepat di jantung Rival. Bagaimana dengan gegabahnya ia tidak memikirkan perasaan seorang gadis yang bisa saja jatuh cinta padanya dalam sebuah payung pernikahan yang sah. Kini harus dengan jantan ia bertanggung jawab atas semua perbuatannya.
"Ijinkan Abang belajar mencintai kamu dek. Biarkan waktu mengajarkan kita untuk saling melengkapi dan memahami perasaan kita masing-masing" Rival memeluk Shila dari belakang, walaupun raganya masih berat melakukannya, ia menyandarkan dagunya di bahu Shila berusaha bicara dari hati ke hati.
"Bagi Abang.. pernikahan bukan untuk main-main. Kamu tanggung jawab Abang lahir batin".
***
"Paman tidak bisa mencampuri urusan rumah tangga kami lagi. Tidak ada saya ijinkan keluarga kalian berurusan dengan Shila tanpa sepengetahuan saya!"
"Oka, saya beri waktu satu minggu untuk mengurus berkas saya. Minggu depan saya akan memperkenalkan Nyonya Rivaldi di hadapan seluruh anggota beserta istri"
"****** gue bang! mengurus berkas minimal tiga minggu. satu minuman terlalu cepat"
"Enam hari" tegas Rival.
"Ya ampun Abang!!!"
"Lima hari"
"Siap sesuai arahan Danki" Oka menegakan badan tidak melawan titah Danki.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
cicik
wkwkwk...babang Oka jadi tumbal😄😄😄
2021-09-28
0
Yayuk Bunda Idza
Hai thor.... karyamu "UNTUK KAMU" mengharu biru.... udah baca dr jilid 1 dan 2, sekarang lanjut ke 3, cm kadang kecewa masih ada kesalahan penulis an nama tokoh, jd gak enak bacanya, ( cm masukan, semoga kedepannya lebih teliti lagi) semangat terus thor..
2020-10-22
2
Kartika Anggraini
lanjut
2020-09-13
1