Luka Sebria
“Gimana makanannya enak, nggak?” Sebria Adreena Mahreen. Mendaratkan tubuh di atas kursi setelah kembali dari toilet. Gadis berusia dua puluh tujuh tahun itu tengah makan siang bersama teman sekantornya. Perawakan tidak tinggi, rambut sebahu lurus dan halus membuatnya terlihat mungil dan menggemaskan. Tidak hanya itu dia sering disebut bayi oleh teman-temannya sebab memiliki baby face.
“Enak, rekomendasi dari siapa ?” Vaila Shahira teman pertama dari Sebria saat bergabung dalam perusahaan induk bergerak di bidang fashion itu. Mereka menemukan kecocokan dan perlahan akrab dengan sendiri nya.
“Dari Oji.”
“Oji, anak kebersihan ?” Vaila memastikan lagi. Maklum seorang Sebria ramah pada siapapun. Sayangnya sulit untuk didekati secara pribadi.
Sebria memiliki kepribadian ramah dan murah senyum tapi tidak mudah mengakrabkan diri pada orang lain. Fokus bekerja dan pulang tepat waktu. Sekilas kehidupannya membuat orang iri. Sebria tergolong berjiwa bebas dan sesuka hati melakukan apa saja. Sehingga beberapa orang mulai iri dengan kehidupannya.
“Kemarin kami pulang bareng, terus mampir kesini katanya baru buka banyak menu baru juga.”
Vaila mengangguk sambil menikmati makan siangnya. “Nanti sore ada rencana nggak?”
“Nggak ada kayanya, kenapa?” Sebria menggosok bibirnya dengan tisu lalu meraih ponsel membuka aplikasi kamera. Seperti pada umumnya perempuan. Dia melihat tampilan wajahnya. “Cepat makannya, aku mau ke belakang lipstik aku kehapus.”
“Nggak dandan juga udah cantik kok !”
“Jadi mau ngajak aku kemana?” Sebria penuh kesabaran menunggu serta mengabaikan pujian.
“Besok malam ulang tahun pernikahan orang tua aku. Temenin beli kado ya…”
Sebria mengangguk. “Oke.”
Setelah selesai ritual mempercantik wajah. Sebria dan Vaila bergegas kembali ke kantor sebelum habis jam istirahat. Setiba disana, ponsel Sebria berdering. Ternyata atasan yang cukup gila menurutnya itu memintanya membawakan americano dingin. Gadis itu langsung memutar tumit ke kafe kantor mengantri sabar untuk satu cup americano dingin. Sepanjang waktu itu juga, spam pesan masuk ke nomornya dari atasan gilanya.
“Kenapa ibu nya lupa meminta kesabaran saat hamil cowok ini !” Geram Sebria tanpa berniat membalas pesan. Gadis itu menghembuskan nafas berkali-kali sampai gilirannya tiba. Setelah menerima langkah kecilnya langsung menuju lantai dimana sang atasan menunggu dengan tidak sabarnya. “Permisi pak, ini kopi nya.”
“Apa kafe kantor saya berpuluh kilometer jauhnya ?!” Deep voice langsung mengisi ruang dingin bernuansa abu-abu itu.
“Maaf Pak, saya baru kembali dari makan siang.”
“Sekretaris macam apa kamu ini ?! Kamu enak-enakan makan siang sementara saya kelaparan disini.” Rasa dongkol belum juga reda dalam dada pria berusia tiga puluh tahun itu. Bagaimana tidak, setumpuk dokumen berada di atas meja nya setelah dia tinggalkan pergi ke luar kota. “Bikin sesuatu yang bisa aku makan.” Titahnya sambil menyedot americano dingin.
“Kalau begitu jangan minum kopinya dulu, taruh di kulkas aja lambung bapak kosong saat ini.” Sebria langsung menuju dapur kecil yang terletak di ujung ruang presiden direktur itu. Entah bagaimana ceritanya ada dapur disana lengkap dengan perlengkapan masaknya.
“Kalau saya sakit itu kesalahan kamu karena membuat saya kelaparan.” Tanpa membantah si atasan langsung menaruh cup americano nya ke dalam kulkas. Sambil melirik merepet tanpa henti duduk di sofa menunggu makanan di sajikan.
Sebria menarik nafas panjang memupuk kesabaran bagaimanapun juga pria bak raja duduk sambil merentangkan tangan pada sofa itu adalah pimpinan tempatnya mengumpulkan pundi uang.
“Permisi Pak.” Lazion Marshilo masuk setelah mengetuk pintu. Manik matanya menangkap sosok mungil di sudut ruang. “Bapak belum makan siang?” Tanya nya ikut duduk di sofa.
“Belum sekretaris saya belum memesan makanan. Dia sudah kenyang jadi melupakan saya.” Pria bernama lengkap Alderic Zefiro itu bicara dengan nada sedikit nyaring.
Sikapnya nggak sesuai sama arti namanya.
Sebria menggerutu dalam hati. Beberapa menit kemudian makanan siap. Ada beberapa makanan yang siap dimasak dan perbumbuan tersedia disana yang sengaja di siapkan oleh Nyonya besar. Sebab putra tunggalnya memiliki riwayat asam lambung yang parah.
“Makanannya siap.” Sebria meletakan nampan makanan di atas meja. “Lain kali kalau saya lupa memesan makanan bapak pesan sendiri. Atau suruh Lazion. Jangan memesan americano sudah tahu lambungnya manja masih aja ngeyel.”
Rahang Deric hampir saja jatuh saat menyuap makanannya. Gadis di depannya bisa mengomel sepanjang itu. “Kamu sudah seperti mama saya saja.”
Sebria langsung sadar. “Maaf Pak saya kelepasan, kalau begitu saya kembali bekerja.” Tanpa menunggu jawaban gadis itu langsung keluar dari ruangan.
“Kamu lihat ?! Dimana mama menemukan gadis itu.” Adu Deric kepada Lazion.
“Tapi, Bria benar Pak. Harusnya bapak pesan sendiri. Kalau saya sibuk atau dia lupa.”
Fokus Deric bukan kalimat terpanjang yang Lazion ucapka tapi pada panggilan yang tersemat untuk si gadis mungil. “Bria ? Kamu panggil gadis itu Bria ?”
“Iya, memang dari dulu saya panggil dia seperti itu pak.”
Tanpa bicara Deric menyantap makan siang yang nyaris tertunda. Satu tahun lalu pria itu pernah dilarikan ke rumah sakit karena lambung yang bermasalah. Kecintaan pada pekerjaan membuat Deric sering mengabaikan asupan gizi nya. Karena itu sang Mama meminta Lazion menyiapkan dapur mini di dalam ruangnya. Dilengkapi beberapa makanan siap saji yang memenuhi standar gizi keluarganya.
Dua tahun lalu…
Seorang wanita berpenampilan glamor menyeleksi pegawai wanita di beberapa anak cabang kantor perusahaannya. Ia memilih dengan teliti sampai ke latar belakangnya.
“Aku mau dia.” Tunjuk wanita itu pada lembar profil di atas meja. “Pertemukan kami.”
“Baik Bu, saya akan memintanya datang kesini besok.” Sang asisten langsung sigap mengiyakan.
“Deric akan kembali memimpin kantor induk. Dia butuh sekretaris kompeten.” Wanita bernama Laura itu berkata tegas.
“Tapi kenapa anda memilih gadis ini?”
“Karena dia cukup kompeten.”
Sebria adalah sekretaris pilihan Nyonya Laura. Meski sudah lama bekerja dalam naungan perusahaan fashion ini. Tapi Sebria tetap baru jadi sekretaris. Andai tahu sikap Deric seperti itu maka Sebria akan memilih tetap di kantor cabang.
Angin sore sudah memeluk segala lelah, sehingga seluruh pekerja bersiap kembali pulang. Termasuk Sebria dan Vaila, wajah lelah yang sempat membingkai luruh begitu saja ketika langit sore sudah terpampang di depan mata. Belum lagi suara kendaraan berlalu lalang semakin memacu semangat pulang.
“Sebria.”
Langkah pemilik nama terhenti begitu pun Vaila. Mereka sama-sama menoleh ke belakang dimana sumber suara berada. Mereka menampilkan senyum terbaik ketika bertemu tatap dengan sang atasan.
“Iya Pak.”
“Ikut saya malam ini menghadiri acara perjamuan.”
Manik mata Sebria membesar karena Deric memberitahu secara tiba-tiba. “Saya nggak bisa Pak. Sudah janjian sama Vaila.”
“Saya atau dia atasan kamu.” Nada bicara Deric sudah berubah. Itu artinya tidak ada penolakan. “Undangannya baru saya terima dalam perjalanan kesini.” Lanjut pria itu lagi.
“Bapak atasan saya tapi Vaila lebih dulu mengajak saya.”
“Kamu keberatan kalau janji kalian dibatalkan?!” Deric berkata tanpa melirik manik matanya hanya tertuju pada gadis setinggi dada nya itu.
“Nggak Pak, besok siang juga bisa karena acara nya malam jadi masih sempat.” Vaila menjawab kaku.
“Kamu dengarkan?”
Sebria memaksakan senyum sambil mengangguk. “Iya, jam berapa?”
“Dua jam lagi saya jemput.” Deric lebih dulu meninggalkan tempat setelah Lazion datang membawa mobil nya.
“Aku kesal, Vai. Aku kesal !” Sebria hampir saja berteriak. “Maaf ya…”
“Resiko jadi sekretaris.” Vaila tertawa. “Besok makan siang kita masih bisa cari hadiah nya. Kita ajak Oji besok.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Ayuwidia
bermula dari rasa kesal, lalu tumbuh menjadi cinta 😄
semangat, Kak Ririn
2025-08-11
1
partini
baca sinopsisnya maju kena mundur juga kena
2025-09-01
0