Restu yang sulit

Tidak ada senyum manis nan ramah semuanya terasa kaku dan tegang. Di satu meja bertemu empat orang manusia. Belum ada yang bisa mencairkan suasana sejak awal pertemuan. Situasi cukup menyiksa dan mengunci rahang lumayan lama sampai suara gelas terdengar sedikit keras di hentak ke atas meja. 

“Saya akan memikirkan lagi.” Ujar Ibu Diana tegas tanpa senyuman. Keangkuhan sangat mendominasi berbeda dari pria di sampingnya. 

“Saya nggak mempermasalahkan siapa kamu dari mana asal dan keluarga kamu. Yang terpenting. Kamu bisa menemani Jehan di masa-masa sulitnya jangan sampai meninggalkan dia dalam kondisi terendahnya.” 

“Saya mengerti keresahan Om dan Tante. Siapapun ingin anaknya punya identitas pasangan yang jelas. Saya menyadari semua yang tante inginkan nggak ada sama saya. Itu kekurangan yang nggak bisa saya tutupi. Saya minta maaf untuk semuanya tapi kalau masalah hubungan saya sama Jehan Om cukup percaya saja selagi dia nggak meninggalkan saya maka selama itu juga saya bersama dia.” Jawaban jelas dari Sebria membuat Jehan terharu. Bibirnya terkatup sejak tadi tertarik sedikit mendengar kalimat kekasihnya itu. 

“Kalau mama dan Papa merestui aku mau menikahi Sebria dalam beberapa bulan kedepan.” 

“Kalau kalian menikah itu artinya Sebria akan pindah ke kantor kita.” Ibu Diana membutuhkan kepastian. 

“Aku nggak bisa memutuskan itu Ma, ini karirnya, dia yang memilikinya.” 

Tanpa berpamitan lagi Ibu Diana beranjak dari kursi langsung pergi sementara suaminya tersenyum tipis sebagai tanda perpisahan pada Sebria. 

“Papa akan coba memberi pengertian buat mama.” 

“Iya pa.” Jehan merasa lega sedikit. 

...----------------...

Hari-hari terus berlalu tanpa perkembangan meski begitu hubungan Sebria dan Jehan semakin harmonis. Pria itu lebih banyak menghabiskan waktu pulang bekerja ke apartemen milik kekasihnya. Disana Jehan mendapatkan ketenangan sementara sebelum pulang mendengarkan ocehan pedas dari ibu Diana. Restu belum juga Jehan kantongi sang papa masih berusaha membujuk. Bisa saja Jehan menikahi Sebria tanpa restu ibunya tapi apakah itu baik untuk kedepannya, Jehan ingin Sebria diterima dengan baik dalam keluarganya. Ia tahu Sebria gadis kuat dan realistis tapi terhubung pada perasaan bisa saja kekasihnya itu menemukan titik jenuh dan lelahnya hal itu tidak berdampak baik pada rumah tangga mereka kelak. 

“Dari tadi bengong aja, kenapa?” Sebria baru selesai mandi mendaratkan tubuh di sisi Jehan. Dua manik mata pria itu menatap dalam pada kekasihnya. Senyum tipis terukir sedikit terpaksa seolah meyakinkan semuanya baik-baik saja. Sebria begitu peka lalu berkata lagi. “Tante Diana?”

Jehan menggenggam erat jemari Sebria. “Mama belum merestui kita, bisa saja kita menikah tanpa restu mama tapi aku nggak mau kamu merasa menantu yang nggak dianggap. Sekuat apapun kamu. Jauh dalam hati kamu pasti ingin diterima dengan baik oleh keluarga ku.” 

Sebria mengerti kegelisahan itu. “Jangan buru-buru, biarkan tante Diana memikirkannya lagi. Usia kita juga masih muda siapa tahu nanti beliau pikiran.” 

Jehan menarik nafas panjang sembari mengangguk diiringi genggaman yang terlepas. “Kita tunggu lagi sebentar semoga hati mama melemah dan terbuka, aku pamit pulang dulu hati-hati di rumah kalau ada apa-apa cepat kabari aku.” 

...----------------...

Sebria fokus pada pekerjaan, semua proposal dari tim nya sudah disetujui oleh atasan. Kini mereka tinggal melaksanakan. Gadis itu nyaris tidak punya waktu bertemu dengan kekasihnya walau begitu tidak memutuskan komunikasi di antara mereka. 

“Sebria, ikut ke ruangan saya.” Ucap Kanaga sambil berlalu. 

Aroma parfum masih tertinggal sementara orangnya sudah di ambang pintu ruangan. Tanpa sepatah kata Sebria langsung bangkit dan membawa langkahnya pergi. Perlahan tangannya terangkat mengetuk daun pintu. 

“Permisi.” 

“Masuk, silahkan duduk.” Kanaga langsung berdiri membawa ipad di tangan. “Akhir-akhir ini kamu sangat sibuk, sehat, ‘kan?” 

“Sehat pak.” Sebria tersenyum tulus. “Ada yang ingin bapak sampaikan?” 

“Benar, karena sudah disetujui semua dan artisnya sudah bersedia menandatangani kontrak kerja sama sebagai brand ambassador kita. Dua hari lagi kita mulai foto shoot di lokasi yang sudah dipilih. Saya sudah mengirim staf cek lokasi dan memastikan keamanan untuk artisnya. Pastikan nggak ada kekurangan apapun. Disini saya minta kamu ikut serta.” 

“Baik pak, terimakasih.” 

“Dalam dua hari ini kamu nggak selesaikan persiapannya nanti ada staf yang membantu.”

“Iya Pak.” Sebria berpamitan.

Tidak dipungkiri dada Sebria seolah mendapat tekanan. Pertama kalinya memikul tanggung jawab besar atas idenya sendiri. Jauh dalam lubuk hatinya menggenggam ketakutan yang amat luar biasa di balik ketenangan yang selalu ditampilkan. Sebria takut jika ide pemasarannya tim nya gagal, buruknya lagi produk mereka gagal terjual atau berjalan lambat. Jika pemasarannya bagus dan sukses maka Sebria hanya bisa menitip kesuksesan pada bagian produksi.

Kaki langit berwarna jingga, matahari keorenan sudah menggantung sepenggal. Sepoi belaian senja memeluk mengirim kenyamanan sesaat sebelum di renggut malam. Sebria merapikan meja kerjanya sebelum pulang. Beberapa saat lalu Ayusa memberi tahu akan menginap di apartemennya. 

Wajah lelah begitu kentara bersamaan langkah pelan dan lesu seorang Sebria yang menyeberangi jalan. Sejenak ia singgah di toko membeli beberapa kekurangan dan cemilan. Malam ini tidak hanya Ayusa yang datang tapi ada Jehan juga bertamu karena sudah beberapa hari tidak bertemu. 

Sebria menekan sandi apartemennya lalu melepas sepatu menggantinya dengan sandal rumahan. Ia meletak barang bawaan di atas meja dan meraih gelas untuk minum meluruhkan segala dahaga. Merasa sangat lengket, Sebria memutuskan mandi sebelum memasak. 

“Kamu sudah datang?” Sebria tersentak melihat Ayusa duduk di sofa memainkan ponsel. 

“Aku udah nekan bel tapi nggak ada sahutan ya udah aku masuk sendiri.” 

Sebria terkekeh. “Ayo masak.” 

Ayusa bergegas bangkit membantu tak lama kemudian, pintu kembali terbuka nampak sosok Jehan yang masuk. 

“Kucel amat tuh muka?” Ledek Ayusa melirik sekilas.

“Kaya kamu nggak aja !” Balas Jehan tidak terima. 

“Dih aku nggak kucel ya.” 

Sebria mengambil air dari dalam kulkas lalu menuangkan ke gelas. “Nih, minum dulu. Banyakin minum air putih, Je…” 

“Kadang aku lupa minum kalau sudah sibuk.” Jehan meletak gelas kosongnya ke atas meja. 

Usai makan malam Ayusa tidak mau mengganggu kebersamaan Sebria dan Jehan langsung masuk ke kamar. Sementara Sebria dan Jehan memilih mencari udara di luar. Mereka duduk di taman depan gedung apartemen, membiarkan angin menyapa tubuh. 

“Kenapa?” Sebria melontar tanya karena kekasihnya itu hanya diam sejak beberapa menit lalu mereka duduk disana. 

“Mama masih belum mau mengalah.” Nada bicara Jehan terdengar frustasi. 

“Jangan terlalu dipikirkan dan dijadikan beban, kita jalani semuanya perlahan. Nggak mudah juga jadi tante Diana, beliau pasti ingin yang terbaik buat kamu.” 

“Yang tahu baik dan enggak nya aku. Menjalani kehidupan ini kita mereka hanya sebagai pendukung.” 

Sebria menoleh. “Mereka memang pendukung tapi bagaimana kalau orang yang mereka dukung itu tersakiti ? Apakah mereka nggak merasakannya juga. Mereka orang tua kamu pasti ikut merasakan kebahagiaan dan kesakitan kamu juga. Sekarang cukup jalani aja dan pelan-pelan meyakini tante Diana.”

“Kamu pasti bisa nunggu, ‘kan?” Jehan meminta kepastian. 

Sebria mengangguk. “Aku nggak terburu-terburu, Je…” 

Keduanya terdiam saling menggenggam tangan menyalurkan kehangatan dan perasaan cinta. Sebria yang dewasa dan Jehan dengan cinta besarnya belum bisa bersama dalam ikatan pernikahan sebab terhalang restu. 

“Je, dua hari lagi aku ke luar kota. Tim ku melakukan foto shoot untuk launching produk baru.”

Jehan mengangguk. “Iya, kabari aku kalau sudah berangkat semoga kali ini tim kamu sukses dalam pemasarannya.”  

Terpopuler

Comments

Ayuwidia

Ayuwidia

Semoga saja, mamanya Jehan segera luluh. Kasihan Sebria & Jehan jika harus berpisah, hanya karena terhalang restu

2025-08-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!