Kamu tahu itu ?

Malam itu dilewati Jehan dengan perasaan kesal. Atas sikap ibu nya yang belum juga memberikan restu. Sebria tipe pekerja keras selama Jehan mengenalnya. Kekasihnya itu cukup tahu dan sadar untuk memanfaatkan posisinya. Jehan merasa sangat kalut, bagaimana jika suatu hari nanti Sebria tiba-tiba lelah dalam hubungan mereka yang seperti ini. Apakah Jehan sanggup ? Memiliki Sebria adalah hal terbaik dalam hidupnya saat ini. 

“Ada masalah?” Seorang laki-laki duduk di samping Jehan. Aroma maskulinnya menguar begitu duduk. “Masalah Tante Diana lagi?” 

Jehan mengangguk sambil menggenggam sloki berisi alkohol. “Mama masih belum setuju.” Suara pria itu terdengar serak dan pelan. 

Laki-laki yang bernama Arhan itu juga menuang alkohol ke dalam sloki yang tersedia. Ia menelannya dalam satu tegukan. Dentuman musik dan pencahayaan lampu mengisi ruang pandang dan pendengaran. Meski begitu Jehan sudah reservasi sebelumnya ingin menyendiri bicara dengan sahabatnya itu. Mereka menjauh dalam sebuah ruang sehingga suasana disana tidak terlalu mengganggu pembicaraan. Mereka masih bisa melihat dari ruangan itu aktivitas di luar. Dimana orang-orang menari liar menghabiskan seluruh tenaga di lantai dansa club. Berkeringat seksi bercampur aroma parfum dan alkohol. Sebagai penikmat itu semua Arhan terpaku sejenak setelah merasakan sensasi dari minuman yang ia teguk. 

“Sebria nyaris sempurna. Kalau bukan kamu pasti aku jadi kekasihnya.” Arhan berucap sambil menggoda. “Sebria cantik, imut dan menggemaskan. Latar belakang jadi permasalahan dalam hidupnya tapi kita bisa apa? Sebria pun pasti nggak mau seperti itu, “kan? Pembawaannya baik dan juga humble.” 

Jehan setuju ucapan atas sebria oleh Arhan. “Kamu benar, mama menganggap Sebria memanfaatkan aku. Karena sering aku belikan barang branded.” 

“Sebria nggak minta, ‘kan?” Arhan menoleh sekilas. “Memanfaatkan dari mana ? Kalau kaya mantan pacar aku, mungkin benar memanfaatkan. Waktu aku bangkrut dia langsung minta putus.” 

“Kok jadi kamu yang curhat?” Jehan mendelik sinis. 

Arhan tertawa. “Sekarang rencana kamu kaya gimana?” 

“Aku mau coba mempertemukan mereka siapa tahu mama sama Sebria bisa ngomong face to face. Sejauh ini Sebria belum tahu kalau mama nggak setuju sama hubungan kami. Aku nggak sanggup ngasih tahu dia.” 

Arhan terdiam sejenak sambil berpikir ia menaikan kaki kanannya ke atas kaki kiri lalu berkata. “Seandainya mereka bertemu terus tante Diana tiba-tiba ngomong yang aneh-aneh sementara Sebria nggak tahu kalau mama kamu nggak setuju. Apa dia nggak kaget?”

Jehan mengusak rambutnya sampai berantakan. Ia semakin frustasi saja. Apa yang baru di katakan Arhan benar adanya. Jehan cukup egois karena tidak mengatakan yang sebenarnya. “Terus gimana?” 

“Menurut aku lebih baik kamu kasih tahu Sebria dulu kenapa kamu nggak pernah ngajak dia ketemu sama keluarga kamu. Kalau dia sudah tahu biarkan Sebria memutuskan mau ketemu apa enggak.” 

...----------------...

Sebria berdiri di depan kaca mematut tampilannya. Mengenakan kemeja biru muda dan celana bahan serta rambut di ikat satu sangat terlihat manis. Setelah merasa sempurna Sebria meraih tas selempangnya bersiap untuk pergi. Namun, ia terkejut melihat Jehan bersandar di dinding sambil menatap kosong padahal kalau mau Jehan bisa saja masuk karena Sebria sudah membagi sandi pintunya. 

“Je…” 

“Sebria.” Jehan tersenyum bercampur terkejut. “Sudah siap berangkat?” 

Sebria mengangguk memberikan tatapan bingung. Kekasihnya terlihat kuyu tidak bersemangat. “Ada masalah, kenapa nggak masuk malah berdiri disini?”

“Sengaja nunggu kamu.” Jehan menipiskan senyum.

Sebria dapat merasakan keresahan Jehan, dari genggaman tangannya terasa erat dan dingin. “Sudah sarapan?” Tidak terlalu memikirkannya gadis itu memulai percakapan. 

“Nggak selera?” 

Sebria sudah yakin Jehan sedang tidak baik. Pria itu akan kehilangan nafsu makannya jika tengah memikirkan sesuatu. “Kita mampir ke outlet roti.” 

Jehan mengangguk lalu melajukan roda empat miliknya. Padahal Sebria tinggal menyeberang saja sudah tiba di kantor. Tapi melihat effort Jehan menjemputnya Sebria tidak masalah untuk memutar trotoar. Setelah memesan roti Sebria menatap dari dalam outlet roti sambil menunggu. Gadis itu menerka apa yang dipikirkan Jehan. Pesanan selesai, Sebria kembali ke mobil. Mereka melaju tanpa pembicaraan. Setiba di pelataran kantor, Sebria melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Masih ada waktu untuk menemani Jehan sarapan. 

“Makan rotinya sekarang.” 

Jehan menoleh. “Nanti kamu terlambat, masuk saja nanti aku makan di kantor.” 

“Masih ada waktu, sarapan dulu.” 

Mau tidak mau Jehan menurut. Ia mengambil roti dari tangan kekasihnya itu. Menggigit dalam ukuran besar agar cepat selesai. 

“Pelan-pelan, Je…” Sebria memperhatikan itu. “Apapun yang kamu pikirkan saat ini dan belum siap membaginya sama aku. Nggak masalah kamu bisa memberitahuku nanti atau besok. Apapun itu aku siap mendengarnya dan kita cari solusi sama-sama.” 

Jehan menoleh menghentikan kunyahnya. Ia menelan pelan sisa roti di dalam mulut. Matanya menatap teduh wajah imut di sampingnya ini. Sebria sangat tahu cara menenangkannya, apalagi yang ia cari. Sebria adalah paket komplit untuknya. “Aku sayang kamu Sebria.” Ucapnya meraih tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. “Terimakasih sejauh ini sudah bersamaku.” 

Sebria membalas pelukan itu tak kalah hangatnya. “Semuanya pasti baik-baik saja.” 

Jehan tersenyum. “Masuk gih, sampai ketemu nanti malam.” 

“Iya hati-hati di jalan. Nanti aku kabari kalau lembur.” Sebria merasa lega karena mood Jehan sudah kembali. 

“Iya sayang.” Jehan merasa beban di dadanya terangkat. Ia yakin bersama Sebria semuanya baik-baik saja. 

...----------------...

Sebria fokus pada pekerjaannya sampai tidak menyadari kalau Kanaga sudah berdiri di belakang kursi. Sebria sudah melakukan berbagai riset termasuk artis papan atas yang akan diusulkan nanti. 

“Kamu serius sekali.” 

“Pak Naga.” Sebria tersentak. “Maaf saya nggak tahu bapak di sini.” 

“Santai aja. Jadi apa yang kalian rencanakan ?”

“Seperti yang kita bahas kemarin karena sudah dapat persetujuan jadi saya melakukan riset periklanan, seperti lokasi pengambilan gambar, shooting dan modelnya. Kalau anggarannya mencukupi bagaimana kalau kita pakai artis papan atas.” 

Kanaga melihat hasil riset Sebria dalam hati cukup setuju tapi apakah bisa pecah di pasaran? Ia sedikit ragu dan takut pengeluaran untuk biaya iklan dan promosi tidak sebanding omzet nanti. “Saya diskusikan lagi ke atasan. Nanti saya kabari kalau disetujui silahkan kamu bersama tim survey lapangan dan pastikan keamanan serta kenyamanan artisnya. Terus untuk event yang akan datang pastikan artisnya ini bisa hadir.” 

“Siap pak.” Sebria begitu semangat menyahut. 

Saking sibuknya tanpa terasa sore sudah datang menyapa para pekerja. Sebria bersyukur karena hari ini tidak lembur tim nya menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Rasanya Sebria ingin cepat pulang merasakan empuknya kasur. Mengingat Jehan akan ke apartemennya. Sebria gegas memacu langkah untuk memasak makan malam. Setiba di apartemen gadis itu gegas ke dapur.

“Kangen.” Jehan tiba-tiba datang disaat Sebria tengah memasak. Ia memeluk kekasihnya itu dari belakang. “Mungil banget sih kamu.” Ucapnya melabuhkan kecupan di pucuk kepala Sebria. 

“Cuci tangan kita makan semuanya sudah matang.” 

Jehan menurut lalu mencuci tangan. “Aku bantuin apa nih?” 

“Ambil air dingin aja di kulkas.” 

Makan malam itu adalah salah satu impian Jehan ketika nanti mereka tinggal satu rumah. Dia akan selalu memberikan Sebria pilihan dalam hidupnya ketika mereka menikah nanti. Berperang dalam pikirannya lagi. Jehan menyelesaikan makan malamnya. Beberapa menit kemudian semua telah beres kembali seperti semula. Kini sepasang anak manusia itu duduk di ruang tengah apartemen berhadapan dengan layar LCD televisi. 

“Ada yang mau aku omongin sama kamu.” 

Jantung Sebria berdebar. “Ngomongin apa?” 

Jehan menarik nafas panjang sebelum melanjutkan. Ia menarik tubuh Sebria agar bersandar padanya. Sesekali mengecup lembut rambut gadis itu. “Selama ini kamu belum pernah aku pertemukan sama keluarga aku, ‘kan? Alasannya Kare—”

“Keluarga kamu nggak setuju sama hubungan kita.” Potong Sebria cepat. 

“Kamu tahu itu?” Jehan terkejut. “Apa karena ini kamu nggak pernah mempertanyakannya?” 

Sebria tersenyum. “Iya, siapapun pasti ingin anaknya mendapatkan pasangan dari keluarga yang jelas. Apalagi dari kalangan seperti kamu, latar belakang itu penting.” 

Perasaan Jehan terasa dicekik. Sebria tersenyum tapi ada kepahitan dalam kalimatnya. Ia juga membenci orang yang tidak bertanggung jawab atas lahirnya gadis ini. Sebria bukan kesalahan tapi kehadiran yang tidak disyukuri sehingga membuat nya sebagai sebuah kesalahan. 

“Mama nggak setuju.” 

“Aku mengerti, nggak semua hubungan berjalan mulus. Aku siap ketemu mereka biar bisa ngobrol juga.” Sebria memahami ketidaknyamanan kekasihnya. 

“Akan aku jadwalkan.” Jehan tersenyum lega atas reaksi Sebria. “Semoga kalau kita sudah ketemu dan ngobrol banyak. Bisa dapat restu dan menikah.”  

Terpopuler

Comments

Ayuwidia

Ayuwidia

Aku kok jadi ikut nyesek bacanya 🥺

2025-08-16

0

Ayuwidia

Ayuwidia

Malah kebalik ya, Je 😄

2025-08-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!