" Rus, mending kamu cerain aja itu istrimu. Masa udah nikah 3 tahun tapi belum juga punya anak. Ibu malu tau nggak setiap hari ditanyain sama para tetangga. Kapan nih punya cucu? Istrinya Rusman udah hamil belum?"
" Iya Mas, sama loh aku juga sering ditanyain sama para tetangga kalau aku lagi mau berangkat ke kuliah. Eh Ida, mbak iparmu udah hamil belum? Padahal udah lama lho nikahnya tapi belum hamil-hamil juga? Gitu Mas, terus mereka pada banding-bandingin sama Bang Ali yang baru nikah malah udah punya anak duluan."
Rusman hanya diam ketika ibu dan adiknya bicara demikian. Sebenarnya pun dia sering ditanya juga ketika berada di tempat kerja.
Rusman bekerja di sebuah pabrik di kawasan industri. Pernikahan Rusman tentu diketahui oleh rekan-rekannya, sehingga tak jarang mereka bertanya tentang anak.
Awalnya Rusman tidak peduli, namun lama-lama ia merasa terganggu juga. Terlebih jika ada rekannya yang menikah belakangan namun langsung dikasih anak. Itu semakin membuat Rusman merasa tidak senang.
" Nggak semudah itu Bu, lagian aku juga masih butuh Raina. Kalau aku cerai sama dia, nanti siapa yang bantu keuangan rumah? Cicilan motor, biaya kuliah Ida, dan lain-lain. Gaji aku sendiri nggak bisa buat nge-cover semuanya."
Ningsih seketika langsung terdiam, dia mengetahui fakta tentang hal tersebut. Dengan jaman yang serba mahal, tentu saja gaji Rusman yang hanya karyawan pabrik tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka bertiga.
Meskipun rumah yang mereka tempati adalah rumah sendiri yakni peninggalan ayah Rusman, namun kebutuhan lain tentu juga besar.
Apalagi kuliah Ida, biaya yang tidak sedikit itu sulit untuk dicukupi oleh Rusman seorang diri.
" Haah, ya sudah. Sabar-sabar aja kalau gitu alesannya. Padahal Ibu kan pengen banget punya cucu, Rus. Suka ngiri lihat tetangga yang seusia Ibu udah gendong cucu."
Rusman tidak ingin membahasnya, dia memilih untuk pergi berangkat bekerja.
" Lho Mas, bukannya shift siang? Kok masih pagi udah mau berangkat aja."
" Mau ke tempat temen dulu."
Ida hanya ber-oh ria. Dia pun juga harus segera berangkat karena jam pertama mata kuliahnya dimulai pukul 09.00 ini.
" Bu, minta uang dong."
" Haah, uang melulu sih kamu."
Ida hanya tersenyum, ya untuk saat ini dia memang hanya bisa meminta uang kepada ibunya itu. Sebenarnya tadi Ida ingin meminta pada Raina, tapi karena ada keributan pagi tadi, membuatnya urung melakukannya.
Memang apa yang dikatakan oleh kakaknya itu benar, jika Rusman bercerai dengan Raina maka semua akan kesulitan. Ida pun tahu tentang akan hal itu, hanya saja dia memang tidak merasa cocok dengan kakak iparnya tersebut. Ida merasa bahwa Raina seperti orang yang tidak menyenangkan.
" Haah, nggak tahu lah. Sebenernya dari pertama lihat dia aku udah nggak suka. Kayak gimana gitu orangnya, aku nggak bisa deskripsiin. Tapi ya karena dia bisa dimintain duit, jadi aman lah ya."
*
*
*
Tok tok tok
Cekleek
" Mas, lho tumben ini pagi-pagi ke sini."
" Iya aku shift siang."
" Ooh masuk."
Rusman tersenyum lebar saat si tuan rumah memintanya masuk ke dalam rumah. Ia lalu menghempaskan tubuhnya di sebuah sofa panjang. Rasanya begitu nyaman saat dia berada di rumah ini. Seolah rasa kesal dan sumpeknya di rumahnya tadi sirna sudah.
" Minum dulu nih, kayaknya mah capek bener."
" Haaah, capek badan sih nggak ya. Tapi capek hati sama pikiran. Tapi thanks ya, entah kenapa kamu selalu buat rasa capek ku hilang."
Wajah si tuan rumah bersemu merah ketika Rusman bicara demikian.
" Suci, ditambah susu enak kali nih kopi."
" Yaah susu nya habis, Mas. Aku belum beli. Adanya, yang lain. Mau?"
Rusman tersenyum lebar, perkataan mereka itu tentu sudah tahu ujungnya kemana.
Suci yang awalnya duduk di depan Rusman kini langsung berpindah di sisi pria tersebut. Tanpa aba-aba, Rusma langsung mengusap paha Suci. Dan seketika meraup bibir wanita tersebut.
Baju yang digunakan oleh Suci saat ini sungguh memudahkan akses bagi Rusman. Tanpa harus membuka semuanya, dia sudah bisa menjelajahi tubuh wanita itu.
" M-mas jangan di sini."
Rusman mengangguk paham, Suci bangun dan berjalan menuju ke kamar diikuti oleh Rusman. Mereka lalu melanjutkan apa yang tadi sudah dimulai. Tanpa harus pemanasan lagi, mereka seolah sudah tidak sabar ke menu utama.
" Eughh Mas!"
" Haah enak sayang, Suci kamu sungguh mantap. Kamu beda banget sama Raina."
" Eughh Mas, jangan bawa nama istrimu saat kamu bersamaku."
Keduanya terengah bersama. Tidak peduli hari masih terang, mereka melakukan perbuatan tercela itu di sana dan menikmati seolah tidak lagi ada rasa khawatir ataupun was-was.
Suci Hapsari, wanita berusia 24 tahun adalah rekan kerja Rusman beda divisi. Jika Rusman bekerja sebagai operator produksi makan Suci bekerja di bagian administrasi. Dan hari ini adalah jatah off dari wanita itu. Makanya Rusman bisa menemui Suci di rumahnya.
Mereka menjalin hubungan selama 6 bulan ini. Dimana hubungan mereka menjadi intens kurang lebih 3 bulan ini.
" Mas, apa kamu nggak mau nikahin aku aja? Katanya kamu pengen banget punya anak dan istrimu belum juga bisa kasih anak."
" Ya, aku lagi mikirin ini Ci. Aku lagi mikir begitu, kasih aku waktu ya Ci. Sebulan ini lah."
Mereka segera kembali berpakaian dan kembali ke ruang tamu. Suci juga langsung membuka pintunya.
Ternyata dia masih memiliki rasa takut. Takut kalau sewaktu-waktu ada yang memergoki mereka.
Padahal tadi ketika melakukannya mereka berdua sama sekali tidak punya rasa takut. Nafsuu yang membelenggu mengalahkan kewarasan keduanya.
" Ya udah kalau gitu, Mas. Aku tunggu ya. Aku tunggu keputusan dari kamu. Aku nggak mau cuma kayak gini terus. Aku pengen kita punya hubungan resmi, bukannya main kucing-kucingan."
" Iya sayang, aku ngerti. Sabar dulu ya. Aku juga maunya kita sama-sama. Aku juga udah capek ngadepin Raina yang lama kelamaan kayak batu."
Suci menganggukkan kepalanya cepat. Dia yang sudah lama menyukai Rusman itu tentu tidak ingin melepaskan pria tersebut.
" Jangan lama-lama ya, Mas. Aku kan juga pengen kayak yang lain. Bisa jalan-jalan berdua, nikmati waktu berdua tanpa takut ketahuan. Selama ini kan kita nggak bisa tuh nunjukkin hubungan kita. Di pabrik kita juga cuma diem-dieman. Ketemu di luar juga nggak bisa."
" Iya iya Suci ku sayang. Aku bakalan ngusahain kok. Aku juga mau kita bisa sama-sama secepatnya."
Lain di mulut lain pula di hati. Meskipun Rusman bicara demikian kepada Suci, namun dia tetap belum bisa melepas Raina sepenuhnya. Entah apa yang ada dikepala pria itu. Dia ingin bersama Suci, namun hatinya belum siap melepaskan Raina.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
laki model si Rusman hrsnya di kebiri biar ngurangin penjahat kelamin sumpah enek liatnya 😠😠 kasihan Raina dpt suami kayak Dajjal dah selingkuh kdrt pula trus keluarganya jg gak th malu lg msh butuh Raina tp memperlakukan Raina kayak pembantu 😠😠
2025-04-07
5
marie_shitie💤💤
lu nya ajh yg g bisa berterima kasih coba km bisa g akan ad rasa malu harusnya km bangga masih bisa di kuliahin
2025-04-07
0
GiZaNy
dahlah Reina... mending jadi single terus izin sama Pak Bos buat stay di rumah biar bisa mengawasi Chan 24 jam...
2025-04-07
0