Part 1

"Siapa namamu?" tanya Jason memecah keheningan.

"Itu tidak penting!" gadis itu menoleh sebentar kearah Jason, dan mengalihkan pandangannya lagi keluar jendela mobil milik Jason.

"Kau yang memintaku untuk membawamu. Jadi aku harus mengetahui nama orang yang akan tinggal dirumah ku." Jason menepikan mobil miliknya dan mengarahkan pandangannya pada gadis yang masih menatap keluar jendela dengan tatapan kosongnya.

"Jesika, kau bisa memanggilku Jesika."

"Apa kau orang Indonesia?"

"Ya, Ibu ku wanita Indonesia, Ayah ku Korea."

"Marga?"

Jesika menatap jengah ke arah Jason yang terus mengorek masalah pribadinya.

"Itu tidak penting. Aku sudah meninggalkan itu."

"Cih, gadis sembrono. Kau hanya membenci keluarga mu, jadi jangan salahkan nenek moyang mu dengan meninggalkan Marga yang kau miliki."

Jesika hanya diam. Tak ada niat meladeni lagi perkataan Jason, sampai mobil yang dikendarai oleh Jason memasuki sebuah Villa mewah dengan pemandangan hijau dan asri.

"Turunlah!" perintah Jason sembari berjalan keluar mobil meninggalkan Jesika yang masih diam mematung.

***

Jason menyodorkan secangkir coklat hangat kepada Jesika. " Minumlah, ini akan menghangatkan tubuh mu."

Jesika yang sebelumnya hanya duduk bersandar disebuah sofa, beranjak berdiri mendekat kearah Jason.

"Ini racun?" tanya Jesika datar.

Jason mengertutkan dahinya tajam mendengar ucapan gadis aneh itu.

"Apa yang kau pikirkan? Aku ini laki-laki tampan, kaya dan baik hati, jadi kau tidak perlu khawatir."

"Oke, lantas apa yang harus aku lakukan sekarang?"

"Gantilah pakaian mu! Aku akan memasak makan malam untukmu." Jason beranjak meninggalkan Jesika. Namun, baru beberapa langkah gadis itu menarik lengan Jason.

"Apa kau mau jadi kekasih ku?" Jesika menatap mata perak Jason. Namun, masih dengan kalimat datarnya.

Itu bukan pertama kalinya seorang gadis menginginkan Jason sebagai kekasihnya. Tapi kali ini sungguh berbeda, gadis dihadapannya itu berkata demikian dengan wajah penuh dengan keputusasaan.

"Jesika, apa kau gila? Aku ini laki-laki tampan, baik dan juga kaya. Apa kau sadar dengan yang kau ucapkan? Aku tidak tertarik dengan gadis kecil sepertimu."

"Ya! Ya! Aku juga tidak tertarik denganmu, aku hanya bosan dan ingin tau saja bagaimana rasanya memiliki kekasih. Papaku tidak pernah mengizinkan ku dekat dengan laki-laki manapun."

Jason menepuk pucuk kepala Jesika.

"Itu deritamu gadis kecil, jadi jangan jadikan aku kelinci percobaan mu. Mengerti!"

Jason beranjak pergi meninggalkan Jesika. Ada getaran aneh dalam dirinya saat menatap mata hitam nan bulat gadis itu. Getaran yang tidak pernah ia rasakan pada gadis manapun.

"What's happen with me? Bagaimana aku bisa merasakan ini dengan gadis yang tidak jelas itu?"

Jason mengusap wajahnya kasar, mencoba menjernihkan akalnya.

"Ingat Jason, kau itu laki-laki tampan, baik dan juga kaya. Jadi gadis kecil itu bukanlah tipe mu." Jason mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

***

Seoul, Korea 3 bulan yang lalu.

Jesika nampak duduk disebuah taman kampus sembari menikmati sekotak tteokbokki kesukaannya.

"Hai, Jesika. Bolos kuliah lagi?"

Jesika menoleh sekilas, mengalihkan pandangannya dari tteokbokki miliknya.

"Ya." Jawabnya singkat.

"Apa kau tidak bosan? Bodyguard keluarga mu selalu bisa menemukan mu di manapun kau bersembunyi." Steven mendaratkan tubuhnya tepat disamping Jesika.

"Kau yang memberitahu mereka?"

"Tenang saja, aku tidak akan bertindak sejauh itu. Bagaimana kalau hari ini aku menemanimu kabur?" Steven mengedipkan sebelah mata, hingga Jesika terkekeh dibuatnya.

"Dasar sahabat tidak baik! Baiklah ayo kita ke taman hiburan." Jesika menarik lengan sahabatnya dan beranjak pergi meninggalkan taman kampus untuk pergi ke taman hiburan.

Jesika dan Steven adalah sahabat baik sejak sekolah menengah. Steven adalah satu-satunya sahabat dekat Jesika yang tau betul seluk beluk kehidupan Jesika.

Selain Steven, tidak ada yang tahu bahwa gadis cantik itu merupakan anak dari Kim Nam Joon. Seorang pengusaha kaya dari keluarga terpandang di Korea. Sejak kecil Jesika tidak pernah terendus oleh media. Berbeda dengan Brian Kim kakak laki-laki nya.

Ya, Brian memang berbeda. Sejak masih di bangku sekolah menengah, Brian sudah sering menjadi sampul majalah berkat kesuksesan nya dalam dunia bisnis sejak usia muda.

"Kapan kau sadar dari kegiatan bolos ini?" Steven menatap sekilas Jesika yang duduk disamping nya.

"Huh, entahlah."

"Kau tidak akan bisa sukses seperti kakak mu, kalau terus main-main seperti ini."

"Bagaimana denganmu? Bukankah kita sama saja?"

"Jes..." Steven merendahkan suaranya, seolah lelah menasehati sahabatnya itu.

"Aku tidak peduli Steve. Keluargaku kaya, pasti harta mereka tidak akan habis walau aku tidak sukses sekalipun. Lagipula mereka tidak akan pernah setuju bila aku mengambil jalan sesuai keinginan ku."

"Kau akan terus bergantung dengan mereka?"

"Tidak. Aku juga ingin mewujudkan impian ku sendiri. Tapi sayang, itu mungkin tidak akan pernah terwujud. Terkadang aku iri padamu Steve, Papa mu selalu memberi kebebasan untukmu menentukan hidupmu sendiri."

"Keluarga mu hanya ingin kau menjadi salah satu penerus perusahaan nya, Jes. Tidak ada yang salah dengan itu."

"Aku hanya tidak ingin."

"Jes, kau lihat Kak Brian dan juga saudara sepupu mu yang lain. Meraka hidup dengan sukses dan mengurus perusahaan keluarga kalian. Apa kau tidak ingin sukses seperti mereka? Semua orang ingin sukses seperti keluarga mu itu, Jes."

Jesika menatap tajam kearah Steven yang masih fokus dengan kemudinya. Gadis itu sedikit kecewa dengan perkataan sahabatnya itu.

"Cukup, Steve! Aku tidak suka kau ikut membandingkan ku dengan mereka. Jika kau terus seperti ini berteman saja sana dengan Kak Brian dan sepupuku, karena aku tidak akan pernah menjadi seperti mereka!"

"Jes, bukan begitu maksudku. Aku hanya.."

Steven berhenti. Tidak melanjutkan lagi perkataan nya. Laki-laki itu seolah mengerti, jika Jesika sudah tidak ingin mendengarkan perkataannya lagi.

Mobil yang dikendarai Steven dan Jesika akhirnya memasuki area parkir taman hiburan. Sekilas Steven menatap kearah Jesika yang nampak masih kesal dengan dirinya.

Steven tau, apa yang sudah ia katakan itu sedikit keterlaluan. Hubungan Jesika dan keluarganya dari dulu tidaklah baik. Jesika yang dari dulu memiliki nilai dibawah rata-rata selalu bisa naik kelas hanya karena orang tuanya adalah penyumbang dana terbesar disekolah nya. Hal itu membuat Jesika selalu mendapat omelan yang tak henti-hentinya dari Ayahnya.

"Maafkan aku, Jes. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu."

"Lupakan! Ayo kita naik roller coaster. Aku ingin berteriak sepuasnya."

Dengan penuh semangat Jesika keluar dari mobil Steven.

"Tunggulah disitu, aku akan membeli minum untukmu."

Steven melangkah kan kakinya menuju kedai penjual minuman, namun baru beberapa langkah ia meninggal kan Jesika, tatapan mata Steven bertemu dengan laki-laki tinggi tegap, berjas hitam yang merupakan bodyguard keluarga Jesika. Dengan segera Steven menggambil handphone miliknya dan menghubungi Jesika.

"Jes, cepat sembunyi. Bodyguard Ayahmu ada disini."

Jesika terkejut bukan main mendengar ucapan Steven. Tanpa menjawab perkataan sahabatnya itu, Jesika segera berlari mencari tempat untuk bersembunyi.

"Sial, bagaimana bisa mereka tahu aku disini!"

umpat Jesika.

*

*

*

Terpopuler

Comments

Ilma Kikyo

Ilma Kikyo

ceritanya menarik

2020-11-23

1

Is

Is

sahabat takda akhlak

2020-11-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!