Selamat membaca cerita MDB, jangan lupa untuk meninggalkan jejak, 👣. Like dan komentar setelah membaca cerita MDB ini.
Luffi hanya melirik kearah satpam tersebut, dan menatap tajam padanya. Kemudian pergi bersama Sekertaris pak Candra tanpa bicara sepatah kata pun, Satpam itu di abaikannya.
Di dalam perjalanan Sekertaris pak Candra bertanya pada Luffi mengenai tindakan apa yang harus di berikan kepada Satpam itu, "Apa Tuan ingin memecat dia!" tanya bu Ayu.
"Tidak perlu! Biarkan dia tetap bekerja, beri saja mereka arahan untuk tidak berlaku buruk lagi terhadap tamu kita. Namun mereka harus memastikan terlebih dahulu kebenarannya sebelum bertindak, jangan sampai ter-ulang lagi," ucap Luffi memberikan perintah pada bu Ayu.
Pak Candra membawa sebuah berkas, untuk Luffi tanda tangani dan menaruh di atas meja sambil menunggu kedatangan Luffi.
Tok Tok Tok!
Ceklek!
"Selamat datang Tuan Luffi, silahkan duduk, Tuan," sapa pak Candra saat melihat Luffi dan Sekertaris pribadi dia masuk.
Luffi hanya mengangguk, lalu duduk di sofa yang berada di ruangan itu. Namun dia merasa bingung, kenapa ada dokumen di atas meja.
Pak Candra melihat Luffi bingung dia pun paham, lalu menjelaskannya.
"Tuan Luffi harus mentanda tangani dokumen itu!" ucap pak Candra sambil menyodorkan dokumen itu.
Luffi mengambil dokumen yang berada diatas meja tersebut, lalu membaca dengan teliti setiap lembarnya. Raut wajah Luffi berubah seketika, ternyata isi dokumen bukanlah surat perjanjian hutang pihutang. Melainkan surat penyerahan ahli waris, warisan kekayaan ayah nya.
"Apa maksud paman? Aku datang kesini hanya ingin meminjam uang, untuk membayar biaya pengobatan anakku, bukan untuk ini-!" Ucap Luffi dengan nada tinggi.
Pak Candra terkekeh mendengar ucapan Luffi, terlihat jelas bahwa tuan mudanya masih memiliki dendam yang sangat besar, kepada ayahnya.
"Maaf... Tuan Luffi. Itulah persyaratan yang diberikan oleh Tuan Ricky, jika Tuan Luffi ingin menggunakan harta keluarga, syaratnya Tuan Luffi harus tanda tangani surat itu!" ucap pak Candra sambil tersenyum.
Luffi mengerutkan keningnya, dia berusaha bernegoisasi dengan pak Candra.
"Apa tidak ada cara lain, Paman?" tanya luffi pada pak Candra.
"Hanya itulah cara satu-satunya," tegas pak Candra sambil menatap Luffi.
Luffi berpikir sejenak. Dia sebenarnya tidak mau berhubungan kembali dengan ayahnya, tapi dia juga sudah tidak tahu harus mencari pinjaman kemana lagi, untuk biaya rumah sakit.
"Baiklah...! Tapi tidak sekarang aku bertemu dengan dia!" Luffi akhirnya memutuskan untuk mennandatangi surat ahli waris itu, tapi belum bisa memaafkan ayahnya saat ini.
Pak Candra mengerti, lalu memberikan uang yang dibutuhkan Luffi. Setelah mendapat uang itu, Luffi langsung pergi kembali menuju rumah sakit.
°°°°°
Setelah sampai di rumah sakit, Luffi langsung menuju ruang inap Clara. Begitu sampai di depan pintu betapa terkejutnya dia, melihat pak Asep sedang duduk disamping istrinya.
Luffi melangkah cepat memasuki ruangan itu, kedatangan Luffi disambut sinis oleh Alice, mertua dan adik iparnya.
"Darimana saja Kamu, kenapa baru datang sekarang? Tadi penyakit Clara kambuh lagi dan suster tidak memberikan pertolongan, jika kita tidak membayar biaya administrasi terlebih dahulu. Untung saja Anisa cepat menelpon pak Asep, jadi nyawa Clara bisa tertolong," ucap Alice kecewa menatap Luffi.
Luffi yang awalnya ingin bilang dia sudah mendapatkan uangnya. Lain kali tidak akan membiarkan Alice dan Clara hidup kesulitan lagi, karena sekarang dia sudah memjadi orang kaya di Kota ini. Namun mengurungkan niatnya, karena mendapat sambutan tidak baik dari istrinya.
"Ibu jangan marahi ayah lagi, aku yang meminta ayah membelikan kue itu. Lalu ayah pergi membelikannya untuk ku, ayah juga terlihat sangat kelelahan," ucap Clara minta pada ibunya untuk tidak bertengkar.
Luffi yang awalnya kesal dengan ucapan istrinya, tapi tatapan dia yang tadi penuh ke-kesalan kini hilang sudah, mendengar ucapan Clara.
Luffi mendekati Clara, sambil mengelus-elus kepala anaknya. Lalu berkata, "Clara sayang, Ayah tidak lelah. Sebentar lagi, ayah akan mendapatkan ginjal yang sama dengan Clara. Saat itu tiba, putri ayah yang cantik ini akan sembuh dan keluar dari rumah sakit," ucap Luffi sambil tersenyum pada anaknya.
"Apa yang di katakan ayah benar?!" tanya Clara terlihat senang.
"Iya sayang, Ayah tidak akan pernah membohongi, mu!" tegas Luffi sambil menganggukan kepalanya.
"Alhamdulilah, akhirnya Clara bisa keluar dari rumah sakit!" Clara merasa sangat senang mendengar ucapan ayahnya.
"Ibu lihat, Aku bilang Ayah adalah orang yang hebat, benarkan?" tanya Clara tertawa kegirangan, sambil menatap Alice.
Wajah Alice menunjukan senyumanya, setelah melihat tatapan anaknya. Tapi menatap Luffi dengan tatapan tidak senang, sekarang kondisi anaknya semakin parah, biaya perawatan semakin tinggi, darimana mendapatkan dana sebesar itu. Dengan kemampuan Luffi, mana mungkin anaknya sembuh dan keluar dari rumah sakit dengan cepat.
Bagi Alice, Luffi hanya memberikan janji palsu pada anaknya. Lihat saja beberapa waktu kemudian, jika dia tak bisa menepati janjinya, apa yang akan dia jelaskan pada Clara.
"Alice jangan perdulikan dia lagi, mungkin dia tidak ingin membuat Clara kecewa," ucap Laras sinis melihat luffi.
"Luffi, walaupun Kamu tidak dapat pinjaman uang, tapi aku telah membantu kalian membayar pengobatan Clara. Lagi pula Clara telah memanggil ku paman," ucap pak Asep tersenyum sinis memandang rendah Luffi.
Luffi menatap dingin kearah pak Asep, seperti ingin menguliti seluruh tubuhnya. Alice yang melihat tatapan penuh benci Luffi pada pak Asep langsung membentak Luffi.
"Apa maksud mu menatap pak Asep seperti itu, seharusnya Kamu berterima kasih sama Pak Asep. Karena dia telah membatu kita membayar biaya pengobatan Clara, kalau bukan karena Pak Asep, mungkin anak kita telah tiada," ucap Alice marah pada Luffi.
"Aku tidak ingin mempunyai hutang budi padanya, aku sudah mendapatkan uang 200 juta itu," ucap Luffi sambil menahan emosi.
"Kamu dapat uang 200 juta? hahaha...!" Pak Asep tertawa, maksud menyindir Luffi.
"Luffi hanya seorang Satpam, mana mungkin ada yang mau meminjamkan uang sebanyak itu, padanya" gumam pak Asep dalam hati.
Alice, Laras dan Anissa semakin geram mendengar ucapan Luffi pada pak Asep, bukannya minta maaf atau berterima kasih. Dia malah menyombongkan diri pada pak Asep.
Luffi hanya tertawa dingin membalas ucapan pak Asep, dia pun membuka kotak yang sejak tadi dipegangnya. Seketika terlihat tumpukan uang berwarna merah di dalam kotak itu.
"Ini jumlahnya 200 juta, cepat ambil uang ini, lalu pergi-!" ucap Luffi dingin pada pak Asep.
Pak Asep terkejut melihat tumpukan uang memenuhi kotak tersebut, membuat dirinya diam sesaat seperti patung.
Dia tidak menyangka jika Luffi yang hanya bekerja sebagai seorang Satpam, mampu mendapatkan pinjaman uang sebanyak itu dalam waktu cepat.
"Siapakah orang baik yang mau meminjamkan uang sebanyak itu pada seorang Satpam, gajinya saja hanya beberapa juta," gumam pak Asep dalam hati seperti tak percaya.
Alice dan yang lainnya juga terkejut, gaji Luffi sangat kecil, bagaimana mungkin Luffi bisa mendapat pinjaman uang 200 juta itu.
"Kamu pinjam uang darimana? Apakah kamu pinjam uang itu dari seorang Rentenir?!" tanya Alice emosi menuduh Luffi.
Alice menatap kesal pada Luffi, sekarang kehidupan mereka sudah sulit. Jika Luffi meminjam uang pada Rentenir, maka keluarga mereka akan hancur ditangan Luffi.
Luffi tidak perduli dengan perkataan dan tanggapan Alice dan keluarganya, terhadap dia. Luffi menyuruh pak Asep untuk pergi dari ruang inap anaknya.
"Cepat ambil uang itu, dan pergi darisini." ucap Luffi tegas.
Awalnya Pak Asep sengaja menunggu Luffi datang, agar bisa meremehkan Luffi karena tidak mendapatkan uang di depan Alice dan keluarganya. Ternyata kenyataan nya berbeda, Luffi mampu mendapatkan uang 200 juta itu.
Tapi Setelah mendengar ucapan Alice, mata pak Asep kembali bersinar.
"Ini adalah kesempatan ku, untuk menghasut Alice. Supaya dia bercerai dengan Luffi," gumam pak Asep dalam hati.
"Luffi, kamu meminjam uang pada Rentenir! Apakah kamu tidak tahu akibatnya, jika kamu tidak bisa bayar! Kamu akan menghancurkan keluargamu!" seru pak asep, sambil melirik kearah Alice dan keluarganya.
"Banyak bicara kamu! cepat pergi darisini-!" Luffi sudah emosi lalu menarik tangan pak Asep.
Pak Asep terkejut, dia merasa sakit karena ditarik paksa oleh Luffi, "Lepaskan...! Aku bisa jalan sendiri," hardik pak Asep sambil meringis menahan sakit.
Tenaga Luffi lebih kuat daripada pak Asep, lalu melempar pak Asep ke lantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
puput
lha istri kok ha percaya sama suami
2023-05-12
0
CR⃟7Naikenz *🎯Hs
like like
2021-02-03
3
Beci Luna
alice....kok tdk selamati...suamimu....malahbikut hina...suami...apa tdk menyesal...
nanti
2021-01-24
0