Setelah mendengar kabar anak perempuannya, Alice meminta izin kepada atasan-nya untuk pergi ke rumah sakit.
Tok Tok Tok!!
"Masuk...!" terdengar suara pria dari dalam ruangan.
Ceklek!
Alice membuka pintu ruangan, dan melihat manajer Sandi sedang duduk sambil menatap laptop di meja kerjanya.
"Maaf Pak Sandi bila saya mengganggu waktu Bapak," ucap Alice sopan pada manajer Sandi.
"Ada perlu apa?" balas pak Sandi datar, sambil terus menatap laptopnya.
"Saya mau minta izin pulang, Pak! Karena Anak Ku yang berada di Rumah Sakit, kini dalam keadaan kritis!" ucap Alice dengan suara yang cemas.
Manajer Sandi melirik kearah Alice, dia dapat melihat kecemasan di wajah cantik karyawan nya itu, "Baiklah, Aku beri izin kamu pulang hari ini. Apa tugas, Mu sudah selesai?" tanya manajer Sandi pada Alice.
"Sudah, Pak," balas Alice sambil mengangguk.
" Yasudah pulanglah, titip salam Ku kepada Anak Mu dan keluarga, Mu," ucap manajer Sandi lalu menatap laptopnya kembali.
Alice keluar ruangan langsung pergi menuju rumah sakit kurnia. Kemudian manajer Sandi membuka handphonenya, lalu menghubungi wakil direktur perusahaan.
📱"Asalam mualaikum," ucap manajer Sandi sopan via telepon.
📱"Waalaikum salam. Ada apa? Pak sandi menelpon Ku?" jawab seorang pria via telepon.
📱"Ada berita penting mengenai Alice, Pak!" ucap manajer Sandi pada pria yang di telepon nya.
📱"Ada berita penting apa? Cepat katakan padaku atau kau bisa kehilangan jabatan Mu!" balas pria sana mengancam.
📱"Anaknya mulai kritis, sekarang sedang berada di ruangan operasi. Begitu yang saya tahu dari Alice, Pak," ucap manajer Sandi ketakutan, sambil melebih-lebih kan keadaan.
Pria yang di telepon manajer Sandi adalah wakil direktur perusahaan, bernama pak Asep.
Pak Asep memang sudah lama menyukai Alice, bahkan dia kadang terang-terangan kepada mertuanya Luffi. Bahkan Luffi sendiri mengetahuinya, dan itulah alasan mengapa Laras sering mengolok Alice untuk bercerai dengan Luffi.
Alice merupakan wanita cantik yang tidak terhitung banyak di kantor. Lelaki yang normal pasti akan tertarik dengan kecantikan-nya, tapi sayangnya Alice telah memiliki suami.
Menurut pak Asep, Luffi tidak pantas menjadi suami Alice. Dia hanya seorang petugas ke-amanan, lebih pantasan dirinya yang seorang wakil direktur.
Pak Asep menutup telepon-nya, terlihat senyuman licik di wajahnya, seakan ingin mengambil keuntungan dalam keadaan ini.
°°°°
Di ruangan dokter Ferdi, Luffi masih sedang berdiskusi dengan dokter Ferdi.
"Lakukan operasinya sekarang, Dok!" pinta Luffi kepada dokter Ferdi.
"Pak Luffi harus melunasi biaya perawatan Rumah Sakit terlebih dahulu, dan membayar biaya operasi-!" ucap Dokter Ferdi pada Luffi.
Luffi pun terperanjat, langsung menarik kerah baju dokter Ferdi karena emosi bercampur cemas.
"Lakukan saja Dokter, berapapun biayanya saya akan bayar!" ucap Luffi dengan amarah yang membara.
"Baik Pak! Silahkan Pak Luffi selesaikan administrasinya, Kami akan mempersiapkan operasinya," dokter Ferdi sedikit ketakutan.
Luffi pun keluar ruangan dokter Ferdi, dia pun berjalan menuju ruang inap anaknya. Setelah di ruangan inap Clara, dia melihat istri dan mertuanya sedang duduk di samping putri kecilnya.
"Apa kamu sudah tidak sayang lagi sama anakmu? Sehingga memberikan kue bolu coklat ini pada anak kita!" ucap Alice emosi.
Luffi hanya terdiam, mendengar ucapan istrinya. Dia melirik kearah Clara, melihat keadaan anaknya yang sudah membaik karena efek obat dari dokter, dia merasa lega.
Bagi diri Luffi anak perempuannya merupakan segalanya, bahkan jika harus menukar dengan nyawa sendiri, dia pasti akan rela memberikan nyawanya.
Tak lama suara pintu ruang inap itu terbuka.
"Ceklek!"
Terlihat seorang wanita cantik dan seorang pria memakai jas hitam berdasi, memasuki ruangan. Luffi mengerutkan keningnya, karena dia mengenal jelas pria yang bersama adik iparnya itu.
Setelah mendapat informasi dari manajer Sandi, pak Asep langsung menghubungi Anisa, adiknya Alice. Pak Asep sengaja ingin mengajak Anisa sebagai alasan dia datang ke rumah sakit, Anisa pun menyetujuinya. Karena pak Asep selalu memanjakan dia, supaya bisa lebih dekat dengan keluarga Alice.
"Mau apa Kamu datang kesini?!" ucap Luffi sinis saat melihat kedatangan pak Asep.
Anisa yang melihat tatapan benci Luffi pada pak Asep, dia pun membalas ucapan Luffi.
"Aku yang mengajak Pak Asep, datang kesini. Karena aku takut, terjadi apa-apa kepada keponakan, Ku," ucap Anissa pada Luffi.
Pak Asep hanya tersenyum kecil, melihat Luffi se-akan tidak di anggap oleh keluarga Alice.
"Aku hanya sekedar menjenguk Clara, bagaimana pun Alice dan kamu adalah pegawai di perusahaan kami," ucap pak asep sambil tersenyum, namun senyuman itu mengandung ejek-kan.
"Sudahlah jangan bertengkar, lagi pula apa yang bisa Kamu lakukan. Kalau bukan karena kebaikan hati atasanmu itu mungkin Anak Mu sudah di keluarkan dari Rumah Sakit ini," ucap Laras membela pak Asep.
Alice hanya terdiam, dia lebih fokus kepada anak perempuan-nya yang terbaring lemah. Luffi mengepal erat tangannya, hingga kuku dia menusuk pun, tidak terasa. Karena sudah sangat emosi, bahkan di depan orang lain pun, mertua dan adik iparnya mengucilkan dia dan membela orang lain itu.
Suster cantik datang kedalam ruangan, untuk menanyakan masalah administrasi dan biaya untuk melakukan operasi.
" Permisi Pak Luffi, anda harus melunasi biaya administrasi terlebih dahulu!" ucap suster cantik pada Luffi.
"Berapa jumlah biaya tersebut, Sus?!" tanya Luffi pada suster.
"Jumlahnya 100 juta rupiah, Pak! Di tambah dengan biaya operasi, menjadi 200 juta rupiah," ucap suster cantik menjelaskan.
"Jika pihak keluarga tidak dapat melunasi biaya administrasi, maka kami pihak Rumah Sakit akan menghentikan pemberian obat, kepada pasien," ucap suster itu kepada Luffi.
Luffi dan Alice terkejut, biaya administrasi sebesar 100 juta rupiah. Bahkan tabungan mereka saja sudah habis untuk biaya rumah sakit dan cicilan rumah.
"Biar saya yang akan menanggung semua biayanya Suster," ucap pak Asep pada suster cantik itu.
"Baiklah Pak. Mari ikut dengan Ku, kebagian administrasi-!" balas suster pada pak Asep sambil melangkah keluar ruangan.
"Tunggu...! Aku yang akan membayarnya!" ucap Luffi dingin, menghentikan suster dan pak Asep.
Laras dan Alice menatap tajam kearah Luffi, karena merasa jika Luffi lebih mementingkan egonya, daripada nyawa anaknya.
"Apa maksud Mu? Berkata jika kamu yang akan membayarnya! Bukankah kamu juga tahu, bahwa kita sudah tidak mempunyai tabungan?!" ucap Alice emosi menatap Luffi dengan kecewa.
"Dasar menantu tak tahu di untung! Sudah baik ada yang mau membayarnya, malah berlaga sok punya. Apa kamu ingin Anakku yang mencari pinjaman?" ucap Laras emosi menatap tajam kearah Luffi.
Luffi pun hanya terdiam, dan melirik kearah anak perempuannya. Lalu berkata, "Aku yang akan mencarikan pinjaman 200 juta rupiah itu, tidak perlu pakai uang dia," ucap Luffi sambil melirik kearah pak Asep.
"Baiklah, jika kamu tidak membutuhkan uang, Ku. Maka Aku akan pergi darisini," ucap pak Asep meremehkan Luffi.
"Apa yang bisa kamu lakukan! Kamu hanya seorang penjaga keamanan saja. Mana mungkin ada yang mau meminjamkan uang sebanyak itu, hehe.." gumam pak Asep dalam hati, sambil tersenyum kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
ruben mira
kan ada BPJS
2023-01-29
0
herriyago
cuma beda karakrer...
2022-05-03
0
Langsa Kota
menarik juga ... cuma tadi sepertinya nama rumah sakit ada yg keliru
2022-03-29
0