Bab 10

Gabriel menatap penuh dengan amarah, dia di buat emosi dengan laporan anak buahnya, kekacauan terjadi kembali dan berulang-ulang di organisasinya.

Akhir-akhir ini selalu saja ada mata-mata yang bisa masuk ke dalam markasnya dengan mudah dan membuat kekacauan, dan kerugian yang Gabriel alami tidaklah sedikit.

“Daniel,Kumpulan semua anggota inti untuk berkumpul dalam waktu lima menit semua sudah kumpul" Perintahnya dengan dada yang gemuruh menahan emosi.

Mata tajam itu di penuhi oleh kilatan amarah, Daniel segera melangkah keluar dan meminta para anggota inti klan mereka berkumpul. sesuai dengan perintahnya dalam waktu lima menit, lebih dari lima puluh pria berbadan besar berdiri di hadapan Gabriel.

Suasana mendadak mengerikan kala Gabriel menatap satu persatu dari mereka, tatapan matanya benar-benar membuat mereka merinding. Mata itu terus menelisik sampai tatapannya jatuh pada laki-laki di barisan paling belakang.

“Kamu, kemarilah" Ujar Gabriel, yang mau tidak mau anak buah itu mendekat kearahnya.

Setelah laki-laki itu mendekat, bukan tamparan ataupun pertanyaan melainkan sebuah kematian yang tragis.

Dor

Dor

Lebih dari dua kali Gabriel memberikan hadiah timah panas khas dari organisasi nya. Dia sengaja melakukan hal itu dihadapan anggota lainnya, agar mereka paham jika ingin bermain-main dengan Gabriel maka bersiap untuk meregang nyawa.

Mereka meringis melihat apa yang di lakukan Gabriel, tidak heran lagi jika mengingat betapa kejamnya pria tampan itu. Bos Mafia yang benar-benar kejam dan berbeda dengan Bos Mafia lainnya, perbedaan yang langka, karena Gabriel tidak pernah melakukan hubungan badan dengan wanita manapun.

“Apa kalian tau kenapa aku melakukan ini?" Tanyanya dengan suara dingin.

“Tau Tuan" Jawab mereka serempak.

“Lalu apa pekerjaan kalian selama ini? Kenapa membiarkan pengkhianatan berkeliaran dengan mudah di markas kita?" Bentak Gabriel dengan emosi yang berkobar. Dadanya terlihat naik turun dengan tatapan yang tajam, sedangkan anak buahnya sekarang menunduk.

***

Sementara di Mansion, Vale dan Liana tengah mengobrol, kedua perempuan cantik itu saling bertukar cerita.

Vale yang awalnya mengira jika Liana adalah perempuan mandiri, kuat dan bisa melakukan segalanya, ternyata tak jauh berbeda dengan dirinya, Liana juga sudah tidak memiliki kedua orang tua.

Gadis itu tumbuh besar bersama Gabriel dan Daniel di camp pelatihan, dari puluhan anak-anak kecil yang berada di tempat itu, hanya mereka berempat yang bisa selamat dan lolos, tetapi salah satu dari mereka menghilang sampai sekarang belum bertemu kembali.

Entar bagaimana kabarnya Liana pun tidak tau, Liana juga menceritakan bagaimana pahitnya hidup di perbatasan, mereka tidak bisa tidur dengan nyenyak, makan enak. mereka harus bertahan hidup dengan kemampuan masing-masing.

Mereka juga di latih cara membunuh dan kejahatan lainnya, jadi tidak heran kalau Gabriel bisa sekejam itu dan menjadi nomor satu di dunia Mafia menggantikan posisi sang Ayah.

Vale yang mendengar cerita memilukan itu sampai menangis sesegukan, dan hal itu membuat Liana kebingungan.

“Kakak Ipar, kenapa kamu menangis? Apakah ada yang sakit? atau kamu menginginkan sesuatu?" tanya Liana kebingungan.

Vale menggeleng pelan. “Aku terharu, ternyata kalian lebih miskin daripada aku" jawabnya

“Hah?" Mata Liana membulat sempurna, bagaimana bisa dibilang lebih miskin daripada dirinya.

“Aku tidak tau kalau kalian sejak kecil tidak pernah makan makanan yang bergizi, kalian pasti menderita, pantas saja Gabriel sekarang meskipun banyak uang dia pelit" ujar Vale dengan suara serak, dia mengira suaminya pelit karena dulunya hidup menderita di perbatasan.

Meskipun tidak tau bagaimana kehidupan yang sebenarnya Vale hanya menyimpulkan dari sisi pandangnya. mendengar ucapan Vale membuat Liana tercengang.

Gabriel pelit? Mana mungkin, kekayaan pria itu tidak akan habis sampai tujuh turunan, setiap menitnya uang selalu mengalir masuk ke brankas Markas.

“Gabriel pelit?" ulang Liana, Vale pun mengangguk pelan.

“Dia makan dengan porsi sangat dikit, dan jarang makan nasi dan gading, meskipun makan daging hanya secuil, dia juga tidak memberiku uang seperti suami pada umumnya, dan aku juga tidak pernah di ajak belanja." Entah jawaban Vale itu sebuah ungkapan isi hati atau hal lain.

Liana meringis, Gabriel bukan ngirit makan, dia memang menjaga bentuk tubuhnya agar tetap terjaga, dan setiap makanan yang Gabriel makan sudah sesuai dengan jadwalnya.

Tetapi ternyata Vale menganggap semuanya karena Gabriel ingin menghemat. Liana terkekeh kecil. “Iya, dia sangat pelit"

Liana cekikikan merasa lucu, tapi dia juga heran, benarkah Gabriel tidak memberinya uang dan mengajak Vale berbelanja? tapi jika di lihat sepertinya apa yang di katakan Vale adalah kejujuran.

Dress yang Vale pakai juga sederhana, tidak mahal ataupun berlari merek, karena memang tubuh Vale yang bagus jadi pakaian biasa saja terlihat mahal. lalu kebutuhan Vale selama menjadi istri Gabriel bagaimana? apakah pria pelit itu sudah mempersiapkan semuanya.

“Apa kamu ingin berbelanja?" Tanya Liana, jika Vale menginginkannya dia akan mengatakan kepada Gabriel.

Vale menggeleng. “Tidak, aku hanya ingin jalan-jalan" jawab nya dengan sedikit keraguan.

“Jalan-jalan? Baiklah, ayo aku akan membawa mu jalan-jalan" Mendengar ucapan Liana, Vale menggeleng keras dia sudah mendapatkan peringatan oleh suaminya, tidak boleh keluar rumah tanpa Gabriel.

Liana mengerutkan keningnya. “Kenapa? Bukannya kamu ingin jalan-jalan?"

“Hmm, tapi tadi Gabriel bilang, aku tidak boleh keluar dari rumah , jadi kita hanya bisa jalan-jalan memutari Mansion ini saja" ujarnya mengingat semua ucapan Gabriel, jika sampai keluar dari halaman rumah tanpa adanya Gabriel atau pengawalan akan sangat berbahaya.

Meskipun Liana bisa di andalkan tetapi untuk di luar Gabriel belum bisa mempercayai hal itu, musuhnya terlalu banyak dan bisa kapan saja menyerang orang-orang terdekatnya.

Liana tersenyum manis. “Tenang saja, ada aku yang siap melindungimu, dan kita tidak akan pergi berdua, akan ada pengawal bersama kita" bujuk Liana, dia juga merasa bosan, setelah kembali dari Rusia dia ingin jalan-jalan sama seperti Valerie.

Vale terdiam dia bimbang, di satu sisi tidak enak dengan Liana dan di sisi lain dia tidak ingin membangkang dengan tidak mendengarkan peringatan suaminya. Lagi pula kalau sampai terjadi sesuatu akan membuat Gabriel semakin kerepotan.

“Liana, bagaimana kalau kita menunggu Gabriel, kita bisa.. "

“Aku sangat sedih ternyata kamu meragukanku, padahal aku bisa melindungi mu, kalau menunggu Gabriel, entah kapan dia akan kembali dari perjalanan bisnisnya." sela Liana memasang wajah sedih, meskipun Vale tidak bisa melihat, dia bisa menebak jika Liana tengah murung.

Vale kembali bimbang, benar yang di katakan Liana menunggu suaminya entah kapan akan kembali, Gabriel juga mengatakan jangan menunggunya.

“Baiklah, ayo"

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!