Malam ini adalah malam Selasa, itu artinya ini adalah Senin malam. Hari Senin adalah hari libur kafe setelah 6 hari bekerja. Aku menetapkan hari Senin sebagai hari libur kafe. Biar kalau aku butuh refresing ke suatu tempat, tidak begitu ramai dengan orang yang berkumpul saat akhir pekan.
Tapi malam ini cuman aku habiskan untuk bersantai, rebahan depan TV, nontonin acara lokal yang siarkan sambil di temani Papa. Isi rumah ini cuman aku sama Papa, jadi teringat pas masih ada Mama.
Dulu kalau ada Mama, kita bersantai ini pasti sambil makan cemilan. Mama mempunyai hobby memasak, Mama bisa mengolah bahan masakan sederhana menjadi istimewa. Bahkan cuman dengan modal tepung, kita sekeluarga bisa makan.
Kalau Mama membuat menu untuk makan sehari-hari itu ada aturannya dan tidak boleh sembarangan. Mama sangat memerhatikan keseimbangan pada makanan. Harus ada nasi, sayur, lauk, sambal dann kerupuk.
Aturan Mama itu kalau masak sayur yang banyak kuah, seperti (sayur asem, sayur lodeh, sayur sop, bening bayam) berarti lauk nya yang kering. Tapi kalau lauknya yang kuah seperti (ayam gulai kuning, atau gulai kepala ikan, atau semur daging) berarti sayurnya yang kering seperti capcay atau sawi orak-arik.
Terus juga di rumah pasti ada satu tema menu, misalnya kalau hari ini menu nya laut (seperti ikan, udang, cumi, gurita), berarti besok darat (seperti ayam, kambing, sapi) iya seperti itu, kata Mama biar tidak salah alam.
"Lyr, lyr." Panggil Papa yang lagi duduk di kursi goyang.
"Apa Pa." Sahutku yang kesal karena diganggu Papa.
"Dari tadi dipanggil engga ngeliat, fokus banget ngeliat TV, biasanya anak muda sibuk nonton internet." Ujar Papa yang heran sama aku.
·"Lah emang kenapa kalau aku nonton tv paa, bosen tau ngeliatin hp terus, kecil layar nya, pegel mata aku." Balasku.
"Iya beli lah HP yang layar nya segede TV." Sahut Papa dengan candaan dan ketawa kecil.
Saat aku mendengar Papa berbicara seperti itu, aku langsung melihat ke arah Papa sambil mengerutkan alis.
"Lyr, kamu nikah gih, kamu kan udah 28 tahun, entar kamu jadi tua lho." Ujar Papa dengan nada yang serius.
Ya ampun, Papa senang sekali kalau membahas tentang ini, sebenarnga aku itu sedih. Karena sering disuruh nikah.
"28 kan belum tua Paa, itu tetangga belakang rumah, gadis nya udah 32 tahun belum nikah juga." Jawabku.
"Lah kamu engga kasian sama Papa apa." Tegas Papa yang minta dikasihani.
"Kasian kenapa Paa?" Balasku dengan pertanyaan.
"Iya kan Papa udah tua, udah 68 tahun, Papa kan kepengen ada cucu." Kata Papa menjelaskan.
"Iya kan ada noh cucu tetangga, yang sering kesini buat ambil bolanya yang nyangkut." Kata aku yang sedikit bercanda.
"Itu kan cucu tetangga, Papa kan mau nya cucu sendiri." Balas Papa.
"Iya anggep aja cucu sendiri Paa, kenapa sih Pa? Papa kesepian, yaudah Papa aja nikah dulu." Ucapku kepada Papa.
"Ahh kamu Lyr, Nikah sama siapa? Papa kan udah tua." Kata Papa yang seperti menyerah.
"Iya sama nenek depan gang sana Pa." Kataku sambil menunjuk ke arah jam 5.
"Emang kamu mau punya mama tiri yang udah nenek-nenek?" Tanya Papa sambil menepuk pelan punggungku.
"Iya asalkan Papa bahagia, aku mah engga apa apa haha." Balasku.
"Iya papa nya yang engga mau." Kata Papa sambil bersandar ke kursi.
"Yaudah kalo engga mau sama nenek nenek, sama gadis belakang rumah aja pa, yang 32 thn kan lebih muda haha." Kataku pada Papa yang habis balas membalas.
"Ihh, Papa kan mau nya kamu yang menikah Lyra." Pinta Papa memelas kembali kepadaku.
"Iya aku nikah, kalo misalnya Papa nikah juga." Kataku sambil menoleh ke arah Papa. Sebenarnya itu adalah keinginan aku kepada Papa.
"Lah kok begitu?" Tanya Papa kembali.
"Paa, aku ini anak satu-satu nya, Mama udah engga ada, terus yang ngurusin Papa siapa? tadikan Papa sendiri yang bilang kalo Papa udah tua." Tanyaku.
"Iya tua si, tapi Papa bisa ngurus sendiri." Balas Papa.
"Kata siapa Papa bisa, aku itu engga mau Pa, kalo aku sembarangan nikah, nanti suami aku malah engga ngizinin aku buat ngurusin Papa, atau yang lebih parah nya suami aku kerja nya di luar kota, terus aku harus ikut ke luar kota juga." Ungkapku.
"Tapi kaya nya kamu engga punya pacar juga ya Lyr, emang anak Papa segitu jelek nya sampe engga ada yang mau apa?" Ucap Papa yang bersedih.
"Haahhh, Papa abis makan apa si Pa, keracunan ya, aku itu engga ada pacar karena lagi engga mau ada pacar aja, banyak yang diurus, tambah ribet nanti kalo ada pacar." Ujar ku.
"Eh Lyr, waktu di Amerika dulu kamu punya pacar bule ya, siapa namanya Papa lupa?" Tanya Papa mengingat.
Pertanyaan Papa barusan membuatku terkejut. Jantungku berdetak kencang. Mataku langsung membesar. Karena itu adalah hal yang paling tidak mau aku ingat.
"Itu bukan pacar aku Pa.Dave Pa, namanya Diamond Dave. Dia bukan pacar aku, jadi Papa harus berhenti inget dia sebagai pacar aku." Kata aku yang sedikit kesal Pada Papa.
"Papa mah engga apa apa kalo dapet mantu bule, yang penting sayang sama kamu." Ucap Papa yang habis debat denganku.
"Paa, Dave itu punya cewe yang suka sama dia, namanya Jewelry Jewel, dah pas kan mereka itu. Lagian kata bang Erick ribet juga punya pasangan beda negara Pa." Ujarku menjelaskan.
"Yaudah makanya kamu nikah gih. Atau Papa jodohin aja, mau engga?" Tanya Papa.
"Andai menikah semudah mengatakannya. Papa aja engga mau dijodohin, emang Papa pikir aku mau dijodohin." Kataku sambil menarik bantal untuk rebahan.
"Lah dijodohin, siapa tau beneran jodoh." Kata Papa.
"Iya aku nikah pas Papa udah ada istri lagi, lagian Mama juga pasti khawatir kali Pa, kalo misalnya aku nikah terus Papa sendiri." Ucapku dengan sendu.
"Papa kan engga sendiri, ada kamu terus anak Papa juga nanti nambah kan ada suami kamu." Balas Papa.
"Paa, bicara sekarang kadang beda sama yang terjadi di masa depannya." Ujarku.
"Maksud nya gimana Lyr?" Tanya Papa.
"Maksud aku, sekarang bisa aja kamu ngomong ke Papa buat full stay di rumah, eh ternyata pas di masa depannya aku beneran diajak ke luar kota, akhirnya malah jarang ketemu Papa. Jadi aku engga mau terlalu berekspetasi dalam hidup ini, aku ngalir aja. Tenang Paa, nanti aku nikah di waktu yang tepar." Jelasku pada Papa.
"Iya, maksud Papa kamu jangan terlalu fokus dan tertutup sama diri kamu, kamu harus inget juga kalo papa ini udah berumur." Balas Papa
"Haah, berkumur Pa"
"Berumur"
"Haah, bersumur"
"BERUMUR"
"Haah, berlumur"
"B E R U M U R. Kamu Papa sekolahin di Amerika jauh-jauh, sekarang udah engga tau Bahasa Indonesia lagi kamu," Ujar Papa karena kesal padaku.
"Hahaha piece girll." Balasku.
"Yaudah ah, nanti kamu periksa lagi pintu di kunci, TV di matiin, lampu di matiin, Papa mau tidur." Kata Papa sambil berdiri.
"Yes sir." Balasku sambil menaikan tangan sebagai tanda hormat.
"Gitu aja ngomong sok Inggris." Ujar Papa sambil berjalan ke kamarnya.
"Hahaha salamin buat Mama ya Paa, kalo ketemu di mimpi." Sahutku dari jauh.
Dan ini sudah menjadi permintaan rutin Papa. Aku tidak tahu ke berapa kali nya Papa membicarakan ini. Aku tau, sudah saat nya menikah, tapi memang menikah itu bisa seenaknya seperti itu.
Karena sekarang prioritasnya cari cowo buat seumur hidup, bukan cuman pacar. Tenang Pa, Lyra akan segera menikah. Begitu bertemu dengan laki-laki yang pas. Biar Papa juga bisa berhenti obrolan yang selalu panjang ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
yuhuuu😉
cinta pak bos hadir lagi kak 😘
2020-10-25
0
Radin Zakiyah Musbich
suka kak ❤️❤️❤️
jgn lupa mampir jg ke novelku dg judul:
"AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama,
ku tunggu like and coment nya ya 🐳🐳🐳
2020-10-06
0
Embun
orangtua kadang was-was liat anaknya yg cukup umur menurut mereka tapi masih belum terlihat tanda2 bakal menikah😊apalagi kalo anaknya perempuan😅
2020-10-03
1