"Lyra Lyra, bangun ! Tidur terus kamu"
Terdengar suara laki laki membangunku. Perlahan lahan mataku pun mulai membuka. Terlihat seorang laki-laki yang sedang berada di hadapanku sekarang.
"Bang Erick, kenapa Bang ngebangunin aku?" Tanyaku kepada Bang Erick, abang sepupu aku.
"Ayo keluar, hari ini sangat cerah dan indah," kata Bang Erick sambil berjalan ke arah pintu kamarku.
Aku masih setengah sadar, mengucek ngucek mata bahkan aku masih menguap. Tapi aku melihat jam yang menempel di dinding, sekarang masih jam 9.00am. Mau apa Bang Erick ngebangunin jam 9 pagi di hari weekend ini.
Kring..kring
Ada bunyi sepeda, aku langsung berlari ke arah jendela untuk mengintip. Bang Erick tersenyum sambil membunyikan lonceng sepeda. Aku langsung ke kamar mandi untuk membasuh wajah dan sikat gigi lalu ke kamar untuk mengganti pakaian.
Setelah rapih aku pun keluar dari rumah, karena Bang Erick telah menungguku. Aku sangat menyukai momen ketika aku di bonceng sepeda sama Bang Erick. Terasa angin yang sepoy sepoy, melayangkan rambut panjangku.
Bang Erick adalah abang sepupuku. Bang Erick tinggal duluan disini, dari umur 3 tahun Bang Erick sudah tinggal di Amerika. Sedangkan aku baru pindah kesini sebelum masuk SMP.
Bang Erick banyak memberikan saran dan peringatan tentang kehidupan disini. Aku senang karena rasanya aku dijaga dengan aman.
"Ayo kita sarapan dulu," ujar Bang Erick.
Bang Erick pergi ke area food court, sedangkan aku menunggu di kursi taman Brownvill. Aku tidak tau apa yang akan di beli Bang Erick.
"Ini," kata Bang Erick sambil memberikan makanan.
"Burger?," Tanyaku.
"Iya lah, emang maunya apa lagi," Balas Bang Erick.
"Nasi goreng," pintaku memelaskan wajah.
"Berenti merengek, makan aja yang ada, dan syukuri," kata Bang Erick sambil mengetak kepalaku.
Di taman ini, ada playgroundnya. Jadi banyak anak anak bersama keluarganya bermain di sini. Karena itu juga jadi banyak jualan disini.
"Bang main ini yuk," pintaku sambil menunjukkan jungkat jungkit.
Tanpa menjawab, Bang Erick langsung mengikuti kemauan aku. Jungkat jungkit, aku dan Bang Erick seperti anak TK, tapi juga seperti orang dewasa, terkadang seperti anak TK yang dewasa.
"Kamu masih sering nulis Lyr?" Tanya Bang Erick.
"Lumayan," jawabku.
"Terus lah menulis karena aku sangat menyukai tulisan kamu. Terus lah menulis hingga tulisan kamu bisa membuat kamu bahagia. Aku akan terus melihat tulisan kamu, walau di suatu engga ada, aku kan melihatnya dari tubuh orang lain," ucap Bang Erick.
Aku langsung turun, dan otomatis menjatuhkan Bang Erick karena ini jungkat jungkit. Setelah itu kami berjalan berkeliling taman sambil jogging kecil. Saat kami berjalan, ada sebuah bola yang menggelinding sampe ke kaki Bang Erick. Bola itu akhir nya ditendang oleh Bang Erick dan di tangkap sama anak kecil berambut pirang.
Tetapi oleh anak kecil berambut pirang itu bola nya malah di tendang balik ke arah kami. Mereka pun sambik tendang menendang bola. Tidak sabaran, akhirnya Bang Erick ikut bermain bola dengan anak kecil berambut pirang itu. Aku cuman berdiri di pinggir lapangan sambil tersenyum melihat mereka bermain bola.
"Jhonny, let's go home," kata ayah anak kecil itu.
Anak kecil itu menggangguk lalu melambaikan tangan pada kami. Kami pun membalas lambaian tangan kepadanya. Sepertinya seru ya kalo punya adik kecil lagi terus di ajak bermain di taman ini.
Aku dan Bang Erick melanjutkan jogging kecil kami. Terus ada orang yang jualan bubble tiup. Akupun menghampiri orang yang berjualan itu, lalu membelinya.
Aku mulai meniup balon bubble yang aku beli tadi. Banyak bubble yang keluar di sekali tiup. Banyak anak kecil yang dateng juga. Mereka senang memecahkan bubble yang terbang.
Tiba tiba anak kecil berambut coklat mundur mundur dan menginjak sepatu seseorang. Dia laki laki yang terlihat seumuran dengan Bang Erick. Anak kecil itu meminta maaf karena telah menginjak kaki nya. Laki-laki itu malah tersenyum tapi bukan kepada anak kecil itu, melainkan kepadaku.
Melihat laki-laki itu tersenyum kepadaku. Bang Erick pun langsung menarikku sambil tersenyum ke arah laki-laki itu.
"Ayo kita pergi dari sini," kata Bang Erick yang terdengar kesal.
Bang Erick menarik aku tanpa berpamitan dengan anak anak kecil yang tadi bermain dengan kami. Sekarang kami berjalan cepat ke arah sepeda kami terparkir.
"Lyra, dengar kamu tidak usah punya hubungan semacam pacaran dengan bule, oke !" Ujar Bang Erick tegas memperingatiku.
"Kenapa Bang?" Tanya ku penasaran.
"Ribet, kita kan berdarah timur, walaupun kita ikut tinggal disini, kita di besarkan dengan pola asuh dan pola pikir orang timur. Kita berbeda sama mereka, berteman boleh, tapi jangan lebih dari teman. Aku tidak mau kamu mengalami hal yang udah pernah aku alami," Kata Bang Erick.
"Iya Bang," balasku.
"Kita keluar cari es krim yaa," ajak Bang Erick sambil menarikku kembali.
Kami pun kembali naik sepeda. Bang Erick menginjak pedal sepedanya. Angin yang ramah ini kembali menyapaku. Serasa burungpun ikut bernyanyi menikmsti hari yang indah ini.
"Hari ini terasa damai ya Lyr," kata Bang Erick.
"Iya bang."
Bang Erick berhenti di seberang salah satu outlet es krim terkenal di daerah ini. Kali ini biar aku yang pergi membelinya dan Bang Erick menunggu di sepeda.
Es krim ini emang terkenal enak dan lembut, jadi wajar kalo banyak orang yang mengantri untuk membelinya. Sekitar 20 menit aku berhasil membeli es krimnya. Saat aku berjalan kembali ke tempat Bang Erick. Aku terkejut, karena banyak orang yang mengerubungi tempat Bang Erick.
"Call 911 please," teriak seorang bapak bapak.
Aku spontan menjatuhkan es krim yang aku beli dan berlari ke tempat itu. Aku mendorong orang yang menghalangiku melihat Bang Erick. Aku harus memastikan, dan berharap semoga saja bukan, semoga saja bukan Bang Erick.
Saat terlihat, itu Bang Erick. Ada seorang pengendara mobil menabrak Bang Erick tapi berhasil kabur. Aku duduk terdiam di depan kepala Bang Erick. Banyak darah yang keluar, dari mata, hidung dan telinga, semuanya mengeluarkan darah.
"Miss.."
"He is my brother," balasku sambil menangis.
He is my brother, aku terus meneriakan itu sambil berjalan mundur. Semua orang menatapku dengan tatapan sedih. Aku berlari sambil menangis. Aku terus berlari, berlari tanpa tentu arah. Dan
Brak..
Aku menabrak seseorang. Saat aku melihatnya itu laki-laki yang tadi tersenyum pada ku. Aku takut dan aku ingin berlari. Tapi laki-laki itu menarikku dan mendorongku ke arah dinding. Aku semakin takut, aku sangat takut. Laki-laki itu mendekatkan wajahnya kepada wajahku. Spontan aku melemparkan ludah ke arah mata laki-laki itu dan dia kesakitan.
Kesempatanku untuk berlari menjauh. Aku terus berlari sampe kehabisan tenaga. Aku kehausan, aku capek san aku takut.
Tiba tiba..
Mata ku berbuka. Aku celingak celinguk dan baru sadar aku masih di kasur. Jadi ternyata itu cuman mimpi. Iya juga si karena kejadian Bang Erick dulu itu bukan seperti itu.
Tutt.. Tittt..
Ponsel aku berbunyi tanda masuk telepon dari seseorang. Ada telpon dari Angga, ada apa emangnya tengah malam. Akhirnya aku menerima telpon itu.
Ternyata Angga mau minta temenin ke pesta pernikahan sepupunya di weekend ini. Aku iya iya in saja, karena masih mengantuk. Aku mau melanjutkan berlayar di pulau kapuk tercintah dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
♛•ㄚЄȴȴọẄ ĊẳT࿐
Hadirrr😍
2020-10-02
0
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
like lagiii
2020-09-29
2
My sister...
hadir kak...
like dan rate untuk mu..
salam dari CINTA KU dan 15 MENIT YANG LALU
2020-09-19
1