Episode 5 - I need time

12 PM - Ruang Kerja Revon

Terlihat seorang lelaki sedang berdiri menghadap ke arah jendela. Dia sedang melakukan beberapa panggilan pekerjaan kepada Robert dan manager perusahaan yang sedang melaporkan hasil kerja mereka.

Ya memang dia seorang CEO sekaligus pemilik perusahaan entertainment terkenal dan sudah memiliki cabang di beberapa kota besar.

Tapi dia memiliki beberapa pekerjaan lain yang hanya dilakukan saat dia sedang berada di puncak amarahnya. Dengan melakukan pekerjaan itu dia bisa melepaskan amarah dan insting membunuhnya yang terkadang ingin dibebaskan.

Revonelle Dent seorang vampir berdarah murni yang sudah hidup selama 200 tahun. Kekuatan dan kemampuan yang beragam yang membuat dirinya berbeda dari yang lain.

Dia tidak pernah menjalin hubungan dekat dengan siapapun, karena dia sangat berhati-hati dan tidak ingin salah dalam memilih kawan.

Hanya Robert yang cukup dekat dengannya. Dia mengubah Robert menjadi vampir dan melatihnya agar dapat mengontrol dirinya sendiri.

Setiap manusia yang berubah menjadi vampir tidak akan bisa memiliki kemampuan layaknya seorang vampir murni. Hanya kemampuan yang paling menonjol yang bisa menjadi kekuatannya.

Setelah melihat jam yang menunjukkan waktunya makan siang, Revon segera ke dapur dan meminta pelayannya menyiapkan makanan di nampan.

Dia sangat antusias untuk bisa makan bersama wanita itu. Walaupun dia tidak membutuhkan makanan manusia tapi dia tidak ingin membuat wanita itu curiga atau tidak nyaman jika makan seorang diri.

Tidak lupa dia juga membawa obat yang sudah ditebus oleh Mr. Pont.

"Tuan, makanannya sudah siap." Ujar seorang pelayan sambil membawa nampannya.

"Berikan padaku! Kalian kembali bekerja." Ujar Revon. Pelayan yang terlalu takut untuk membantah hanya bisa menuruti perkataannya.

"Baik tuan." Ujar Pelayan.

Sesampainya di dalam kamar, dia melihat wanita itu sedang serius memandangi ponselnya.

Dia meletakkan nampannya di meja dekat sofa lalu mendekat ke arah ranjang. Tanpa diketahui oleh Rose, Revon naik ke ranjang dan mendekatkan wajahnya ke telinga wanita itu.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" Bisik Revon. Rose yang kaget pun menjatuhkan ponsel yang ada digenggamannya.

"Aahhh.. Apa yang kamu lakukan? Kapan kamu masuk ke kamar?" tanya Rose.

"Kamu terlalu fokus dengan ponselmu sampai tidak tahu kalau aku masuk kamar. Apa yang kamu lihat di ponselmu?" Ujar Revon.

"Bukan apa-apa." Ujar Rose.

"Katakan apa itu, jangan buat aku penasaran." Ujar Revon.

"Kamu bawa makanan apa?" Rose mencoba mengalihkan pembicaraan. Dalam sekejap Revon berada diatas tubuhnya dan mendekatkan wajahnya.

Mereka saling menatap, Revon sedang mencoba membaca pikiran wanita itu namun tidak ada yang satupun yang muncul.

Biasanya Revon selalu bisa membaca pikiran orang yang bertatapan mata dengannya. Aneh, aku ingin membaca pikirannya dan ingin tahu apa yang dia lihat di ponselnya tadi.

Di sisi lain Rose sangat ingin merasakan lagi bibir lelaki yang ada dihadapannya ini. Wait, apa yang aku pikirkan? kenapa aku menjadi seperti seorang wanita yang haus akan lelaki?

Sial.

Aku terpesona dengan dirinya. Tapi... Aku sangat ingin mencium bibirnya. Aku pun memberanikan diri untuk menarik wajahnya dan mencium bibirnya.

Awalnya dia tidak merespon, detik selanjutnya dia membalas ciumanku dengan lembut. Semakin lama ciuman kami semakin dalam dan lidah kami saling bertautan. Tangannya mulai membelai sisi tubuhku.

Aku harus segera menghentikannya. Tidak mungkin aku melakukannya sedangkan tubuhku belum sepenuhnya pulih. Aku menggigit bibirnya untuk menghentikan ciuman.

Revon beralih mencium leherku. Nafasku memburu dan jantungku berdetak sangat cepat. Pikiranku semakin berkabut. Tanpa sadar aku pun mendesah.

"Ahh.. Revon.." Ujar Rose.

Dia menatap mataku sambil tersenyum seakan senang saat aku menyebut namanya. OMG, dia semakin tampan. Aku merasa ada sesuatu yang menonjol dibawah sana.

"Oh bae, kamu tidak tahu seberapa besar aku menginginkan kamu sekarang. Tapi kita harus berhenti sampai disini saja." Bisik Revon denga suara seraknya.

Setelah itu dia bangkit dari ranjang dan disaat itu aku melihat miliknya mengeras dibalik celana jeansnya. Revon melihat arah pandangku.

"Kenapa? Apa kau ingin memegangnya?" Tanyanya masih dengan suara serak.

Bodoh. Arrgghh.. kenapa aku sampai melihatnya. Wajahku terasa panas dan aku hanya diam.

"Aku tadi sudah membawa makanan. Mungkin sekarang sudah dingin. Aku akan ambilkan makanan yang baru." Ujar Revon.

"Tidak usah. Aku akan memakannya. Tapi aku ingin memakanya sambil melihat pemandangan luar. Apa boleh aku makan di balkon itu?" Tanya Rose.

"Tentu boleh. Aku akan menyiapkannya." Ujar Revon.

Lelaki itu pun mulai menata meja dan kursi yang berada di balkon kamarnya. Kemudian menyiapkan makanan di atas meja, spagetti aglio olio menjadi menu makan siang mereka berdua.

Tak lama kemudian dia menggedong Rose untuk duduk di kursi. Rose menatap makanan yang tersedia.

Terdapat dua piring spagetti, dua gelas air putih dan beberapa obat juga. Revon mengamati reaksi dari wanita yang dihadapannya.

"Ada apa? Apa makanannya tidak sesuai dengan seleramu? Tanya Revon sambil menaikkan satu alisnya.

"Ah.. Tidak. Aku bukan orang yang pemilih soal makanan." Jawab Rose dengan sedikit canggung. Dia tidak ingin bersikap tidak sopan dengan lelaki yang sudah menolongnya.

"Baiklah. Mari makan." Ujar Revon.

Rose mulai menyuapkan spagettinya. Tanpa disangka spagetti ini sangat enak, berbeda dengan spagetti yang pernah dimakannya.

Meresapi rasa yang berada di mulutnya sambil memejamkan mata. Tanpa dia sadari desahan kecil keluar dari bibirnya.

****.

Revon yang mendengarnya merasa seluruh tubuhnya panas dan sangat ingin menyalurkan hasratnya yang semakin tidak tertahankan hanya kepada wanita yang dihadapannya.

Ya! dia hanya mengiginkan wanita itu.

Tanpa menyentuh spagetti miliknya dia hanya memperhatikan Rose makan. Rose yang menyadari itu pun bertanya.

"Revon, kenapa kamu hanya melihatku makan?" Tanya Rose.

"......" Tidak ada jawaban dari lelaki itu. Dia hanya menatapku setelah beberapa menit dia berkata.

"Aku baru ingat ada beberapa berkas yang perlu aku baca. Kamu lanjutkan makannya dan minum obat." Ujar Revon sambil berlalu meninggalkan kamar.

 ~~~

1 PM - Ruang kerja Revon

Tarik nafas, jangan lepas kontrol. Pikirnya lelaki itu. Dia mencoba mencari kesibukan dengan mengecek beberapa berkas pekerjaan yang masih ada setengah dari keseluruhannya.

Ya, karena setengah lainnya sudah dia berikan kepada Robert. Dia tidak ingin pekerjaannya yang menumpuk sementara fokusnya telah teralihkan.

Rose, wanita itu benar-benar sudah menarik perhatiannya. Bahkan dia bersikap baik didepannya, berbeda dari dirinya yang selama ini selalu dingin kepada siapapun.

Ketika pandangannya menelusuri ruang kerja, dia melihat sebotol wine dan beberapa gelas di meja dekat pintu. Tanpa pikir panjang dia mengambil botol wine itu dan langsung menuangkannya ke gelas.

Walau alkohol tidak dapat membuatnya mabuk, namun cukup membantu membuat tubuhnya merasa sedikit rileks. Semua wine yang ada di kediamannya ini memiliki kadar alkohol sangat tinggi dan sudah bercampur dengan darah.

Alasannya dengan begitu tubuhnya dapat rileks dan terpenuhi akan kebutuhannya. Sebotol wine telah kosong dan sekarang dia melanjutkan pekerjaannya.

Beberapa menit berlalu, terdengar ketukan di pintu. Revon bergerak untuk membuka pintu dan terlihat Mr. Pont tersenyum.

"Tuan, nona sudah selesai makan dan minum obatnya. Nona juga sudah bisa berjalan namun masih pelan - pelan. Tadi saya menghampirinya saat melihat tuan keluar kamar dengan raut wajah tegang. Apa...." Ujar Mr. Pont namun belum sempat melanjutkan Revon menjawab.

"Mr. Pont sepertinya anda sangat penasaran dengan urusan saya. Apakah saya harus bercerita mengenai masalah pribadi saya?" Ujar Revon dengan nada sarkas dan raut wajah datar. Sorotan matanya yang memperingatkan kepada lawan bicaranya.

"Maaf Tuan.. bukan maksud saya lancang. Tadi nona sempat bertanya kemana tuan pergi namun saya tidak memberitahukan keberadaan tuan." Jawab Mr. Pont dengan sedikit was-was.

"Katakan saja kalau aku di ruang kerja. Dan ingat untuk selalu melayaninya dengan baik. Kalian pelayan disini, akan sering bertemu dengannya nanti." Ujar Revon.

"Baik tuan. Akan selalu saya ingat." Ujar Mr. Pont.

 

Malam pun tiba dan Rose berniat untuk meminta kembali ke hotel malam ini. Dia sudah merasa jauh lebih baik dari sebelumnya, obat itu benar - benar efektif.

Tadi dia sudah mengetahui kalau Revon berada di ruang kerja, kepala pelayan Mr. Pont memberitahunya. Dia memutuskan untuk tidak menganggunya.

Tapi sampai jam 9 malam lelaki itu belum juga menemuinya. Ponselnya berdering karena panggilan, dan tertera nomor yang belum dikenalnya. Dia mencoba menjawabnya sambil berjalan ke arah balkon.

Ah, ternyata itu wanita yang ditemuinya beberapa kemarin di Fashion Week, Venezil Bohm. Dia menanyakan alasan hari ini tidak ada di acara itu, dan merasa bosan karena tidak ada teman mengobrol.

Rose berbohong kalau dia sedang ada acara lain dan besok dia akan hadir lagi di Fashion Week. Terdengar teriakan senang dari Venez. Sementara itu Revon memasuki kamar dan mendapati kalau Rose berada di balkon dan sedang menelpon.

Lelaki itu mendekat untuk mendengarkan percakapan mereka. Samar - Samar dia mendengar suara wanita di sebrang telfon. Merasa lega karena buka lelaki yang menelpon.

Wait, Aku menjadi sangat protektif kepada wanita ini! pikirnya sambil tersenyum. Perlahan dia mendekat dan memeluk wanita itu dari belakang. Aroma tubuhnya seperti bunga lavender dan terasa lebih segar, sepertinya dia selesai mandi.

Dan benar saja karena wanita itu sudah berganti pakaian. Rose merasa sedikit tidak nyaman akan perlakuan Revon dan mengatakan untuk melepasnya dengan suara pelan.

"Berhenti bergerak, aku hanya ingin memelukmu sebentar." Ujar Revon.

"Baiklah. Tapi kembalikan aku ke hotel malam ini." Bisik Rose lalu segera mengakhiri panggilannya.

"Apa kamu tidak nyaman selama disini? Aku masih ingin berada dekat denganmu." Jawab Revon dengan suara tenang.

"Revon, aku punya pekerjaan yang harus aku lakukan. Dan aku tidak ingin merepotkanmu lebih lama." Ujar Rose.

"Merepotkan apa? Bae, aku merasa sangat senang saat kamu disini. Jadi jangan khawatir." Ujar Revon.

"Stop memanggilku bae. Kalau tidak merepotkan kenapa tadi siang kamu tiba - tiba pergi? Aku juga ingin menjalani hidupku dan aku perlu waktu untuk berpikir. Sendiri." Ujar Rose.

"Okay. Aku akan mengantarmu kembali sekarang. Aku tunggu di ruang tamu, berada di sebelah kanan setelah turun tangga." Jawabnya dengan sedikit nada dingin sambil berlalu keluar kamar.

Rose segera bersiap dan turun ke ruang tamu. Gaun biru yang dipakainya bergerak anggun seiring langkahnya.

Dia melihat Revon yang berdiri sambil melihat ponsel. Kaos maroon dengan celana jeans hitam, ditambah jaket kulit berhoodie warna hitam sangat cocok ditubuhnya.

Mendengar langkah kaki Rose, Revon mengalihkan pandangannya. Raut wajahnya masih datar dan dingin seperti sebelumnya. OMG.

Apa aku membuatnya sangat kesal? atau marah? Mereka pun berjalan beriringan ke luar menuju tempat garasi mobilnya.

Tenyata ada seorang lelaki yang menunggu disamping mobil. Dia memakai pakaian formal berwarna hitam, rambut coklat yang rapi dan raut wajahnya ramah.

 

Terpopuler

Comments

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

Aku datang lagi kakak

bersama cinta pak bos😘

semangat ya.. 💪💪💪

dan mampir lagi yuk

2021-01-07

4

Putri Nazwa

Putri Nazwa

vampir bucin

2020-12-24

5

Setyowti Puji Rahayu

Setyowti Puji Rahayu

lanjut thorr

2020-12-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!