Episode 3 - Good morning

Silau, ada suara langkah kaki samar - samar. Bukannya aku dikamar hotel sendiri?

Rose pun membuka matanya dan menggerakkan tubuhnya.

Aww.. Tubuhku serasa sakit semua. Seketika ingatan tadi malam menyelinap kedalam otaknya. Pipinya merona dan refleks semakin menyelimuti dirinya.

"Nona.. nona sudah bangun? Apa nona bangun karena kami?" tanya seorang pelayan dengan ragu-ragu.

"Ehh.. tidak aku bangun karena memang waktunya bangun." Jawab Rose.

"Kalau begitu kami pamit nona. Kamarnya sudah selesai dibersihkan dan kami sudah menyiapkan baju ganti untuk nona ada di meja sofa. Dan juga jangan lupa memakan sarapan yang sudah kami siapkan." Jawab seorang pelayan.

"Baiklah. Terimakasih." Balas Rose dengan ramah.

Rose mengambil makanan terlebih dulu, karena semalam dia belum sempat makan dan sekarang terasa laparnya. Terdapat 2 porsi sandwitch dan segelas orange juice. Sambil mengecek ponsel di mulai memakan sandwitchnya.

Tidak lama kemudian, terdengar suara seseorang memasuki kamar. Dia terlalu fokus dengan ponselnya hingga tidak sadar bahwa Revon yang sudah berada di hadapannya.

Lalu saat Rose mengigit sandwitchnya tiba - tiba, Revon sudah berada di depannya, wajah mereka sangat dekat. Dan tanpa aba - aba Revon mengigit sandwitch yang disisi lainnya.

Rose yang terlalu kaget hanya bisa berkedip dan menjatuhkan ponsel yang berada di tangannya.

"Rasanya... Manis." Ujar Revon dengan senyumannya.

"..........." Sedang mengunyah sandwitchnya.

Rose menatap Revon dengan kesalnya. Apa memang dia suka menggoda wanita?

Revon merasa gemas dengan wanita di hadapannya ini.

Raut wajahnya seperti anak - anak yang kesal karena di goda. Dia ingin tahu lebih banyak ekspresi dari wanita itu. Perlahan Revon melepas hoddie hitam yang dipakainya dan meninggalkan kaos putih yang basah oleh keringat.

Benar saja Rose menatapnya dengan lekat dari atas sampai bawah dan berhenti di area badannya.

"Ehmm.. Jangan menatapku seperti itu. You have made me turn on, bae." Ujar Revon dengan suara yang mulai serak.

Rose merasa pipinya memanas dan segera mengalihkan pandangannya. Lelaki itu mendekat dan duduk disampingnya. Dia mengulurkan tangannya lalu bermain dengan rambut hitam lurus milik Rose.

"Apa kegiatanmu hari ini?" Tanya Revon.

"Masih sama, menghadiri Fashion Week lagi. Jika managerku tidak memberi jadwal lain hari ini. Berbicara tentang Fashion Week, apakah kemarin ada berita mengenaiku?" Tanya Rose sambil melanjutkan memakan sandwitch.

"Aku sudah mengatur semuanya. Tidak ada kejadian apapun kemarin dan hanya kita yang terlibat yang mengetahui kejadian kemarin. Aku akan membalas siapapun yang menjadi penyebab dari kejadian kemarin." Ujar Revon.

Entah mengapa perasaan Rose senang dan merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan selama ada lelaki itu. Apa dia sudah berhasil mencuri perhatianku?

Tapi aku sudah lama tidak menjalin hubungan romantis dengan siapapun. Semua hubungan itu tidak pernah sampai ke hubungan intim karena aku tidak mau melakukannya.

"Revon, kamu belum bercerita mengenai dirimu. Seharusnya kamu juga menceritakannya, kan?" Tanya Rose.

"Mmm.. Berikan aku ciuman. Lalu akan aku ceritakan semuanya." Ujar Revon sambil tersenyum.

"Aku tidak mau mencium orang yang bau keringat." Ujar Rose dengan tertawa kecil.

Rose menuntaskan sarapannya dan meminum orange jusnya. Lelaki itu memindahkan nampan ke meja dan mendekatinya. Dia menatap lekat mata dan bibirnya secara bergantian.

Revon mencium Rose dengan lembut sambil menikmati rasa dari bibir wanita itu. Semakin lama ciuman itu berubah semakin intim. Tersadar Rose segera menghentikan ciumannya dan mendorong lelaki itu.

"Stop! Aku harus segera kembali ke hotel. Aku tidak ingin membuat managerku cemas karena aku tidak pulang semalam." Ujar Rose.

"Tinggallah lebih lama. Jika managermu bertanya kamu bisa memberi alasan bukan?" Ujar Revon.

"Aku tidak mau merepotkanmu lebih banyak lagi. Kamu sudah menolongku tadi malam dan aku sangat berterimakasih." Ujar Rose.

"It's okay. Kamu sama sekali tidak merepotkanku. Bae" Ujar Revon.

Saat Rose mencoba bangkit dari ranjang. Rasa sakit di bagian intim masih terasa dan kakinya juga lemas, sepertinya dia akan terjatuh ke lantai. Namun dengan cepat Revon menangkap Rose sehingga dia tidak terjatuh ke lantai.

Revon melihat reaksi itu pun segera menggendong dan membaringkannya kembali di atas ranjang.

"Jangan bergerak. Aku akan memanggil dokter." Ujar Revon.

Saat diluar kamar, Revon memanggil Mr. Pont.

Mr. Pont pun datang menghampiri.

"Ya, Tuan." Ujar Mr. Pont.

"Mr. Pont, berapa hari pemulihan setiap wanita yang pernah bercinta denganku?" Ujar Revon.

"Maaf tuan, saya hanya tahu beberapa dari mereka pernah bergumam kalau butuh 1 minggu untuk pemulihan." Ujar Mr. Pont.

"Hmm.. Lalu apa dokter bisa mengobati hal semacam ini?" Ujar Revon.

"Maaf Tuan, saya kurang mengetahuinya. Tuan bisa mencoba untuk memanggil dokter. Apa saya saja yang memanggilkan?" Ujar Mr. Pont.

"Ya, kamu panggil dokter yang berpengalaman dan cari yang wanita. Aku beri waktu sampai jam makan siang" Ujar Revon.

"Baik tuan. Nanti akan saya kabari jika sudah ada." Ujar Mr. Pont.

Revon kembali ke dalam kamar dan melihat Rose yang tertidur. Mungkin dia ingin mengurangi rasa sakitnya dengan tidur. Dia mengambil pakaian yang disiapkan tadi dan memakaikannya dengan hati - hati agar wanita itu tidak terbangun.

Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian. Ada panggilan dari Robert.

"Boss, saya sudah mendapat informasi yang boss minta." Ujar Robert.

"Antar ke rumah sekarang. Dan hari ini aku tidak pergi ke kantor." Ujar Revon.

"Baik boss. " Ujar Robert. Lalu panggilan berakhir.

Kalau pemulihan Rose membutuhkan waktu lebih lama. Lebih baik aku memberitahu managernya dulu, dengan begitu dia tidak perlu cemas lagi. Aku harus mengatakan kalau Rose terlalu mabuk di acara banquet dan tidak sengaja bertemu aku.

Lalu dia pingsan sehingga aku bawa ke kediamanku karena aku tidak tahu harus mengantarnya pulang kemana (Karena aku tidak menemukan card hotel atau semacamnya). Apa aku harus memberitahu identitasku juga?

Ah, aku melupakan lelaki brengs*k itu. Tunggu saja permainan apa yang cocok untukmu.

Sepertinya aku juga harus memulihkan kekuatanku. Darah, aku akan menghabisi targetku kemarin yang lolos.

"Van Count, kau sudah berani membuat masalah denganku. Aku akan segera mengunjungimu."

Van Count seorang perancang busana yang cukup terkenal. Dia pernah menawarkan rancangannya kepada Revon.

Selain itu dia juga ingin menjadi pasangan Revon karena ketampanan, kepintaran dan kesuksesannya dapat memberikan dia status yang tinggi. (Jelas ditolak karena Revon bukan gay) Namun, karena ditolak oleh Revon atas ketidaksesuaian desain dengan keinginannya.

Dia tetap tidak menyerah dan mencari cara lain untuk mendekatinya. Pada saat Fashion Week dia berencana merusak semua pakaian yang akan dipakai para model dari agency miliknya.

Tentu Revon berhasil mengagalkan aksinya dengan menyuruh anak buahnya mengamankan pakaian itu. Van merasa kesal dan marah. Dia meninggalkan acara Fashion Week, Revon mengikutinya dan berencana untuk memberi pelajaran kepadanya.

Terpopuler

Comments

MyNameIs

MyNameIs

a week??? 🤣🤣

2021-02-12

2

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

permisi...

asisten dadakan datang ya kak😘

seperti biasa, ninggalin jejak dan like..

Mampir lagi yuk😊

2020-12-14

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!