Episode 2 - Where am i?

Lelaki itu melakukan teleport ke kediamannya. Rumah yang megah seperti istana namun memiliki aura kegelapan yang kuat. Kedatangannya disambut asisten rumah tangga, Mr. Pontregger Volk.

"Tuan, bukankah anda bilang akan kembali lebih larut?" Tanya Mr. Pont.

"Arrggh.. Aku tidak berpikir panjang dan memakai teleport demi wanita ini. Tenaga spritualku berkurang banyak." gumam Revon.

Mr. Pont bertanya-tanya siapa wanita yang dibawa tuannya sampai-sampai pertanyaan darinya tidak dihiraukan.

"Mr. Pont, jangan biarkan siapapun masuk ke kamarku malam ini. Dan siapkan gaun wanita, tunggu perintahku selanjutnya." Ujar Revon.

"Baik tuan" Ujar Mr. Pont.

Rose sedikit tersadar dan membuka matanya. Dia melihat seorang lelaki dengan bahu yang kuat dan rahang yang tegas. Rambut hitam kelam yang bersinar karena cahaya bulan dan aroma khas memenuhi indra penciumannya.

Setelah beberapa saat sampailah di suatu kamar. Rose merasa panas ditubuhnya belum menghilang, sejak tadi dia mencoba menahannya. Dan sekarang dia sudah berada di batasnya. Tangannya mencengkeram bagian depan kemeja hitam lelaki itu sambil memohon.

"Tolong, aku sudah tidak bisa menahannya lagi... Mhhmm... " Ujar Rose.

Selama ini lelaki itu tidak pernah sebaik ini kepada wanita. Dan dia hanya berhubungan intim dengan wanita yang dipilihnya tanpa didasari perasaan apapun. Dia terbiasa untuk bersikap dingin dan tidak peduli kepada siapapun.

Namun entah kenapa sekarang dia merasa sangat gelisah dan ingin memberikan rasa aman kepada wanita dihadapannya. Dia membaringkan wanita itu di atas ranjang dan beranjak untuk meminta kepala pelayannya mencari obat penawar.

"Mr. Pont.. Apa kita punya obat penawar Aphrodine?." Ujar Revon.

"Ada, tapi yang memiliki kualitas rendah. Untuk dosis Aphrodine yang kuat tidak akan berpengaruh. Untuk apa tuan mencari itu?" Ujar Mr. Pont.

"Wanita itu, dia dijebak dan diberi Aphrodine dosis tinggi. Sepertinya tidak ada cara lain.." Ujar Revon.

Dia pun kembali ke kamar dan menghampiri wanita itu. Wanita itu menatapnya dengan lekat dan menarik kemejanya hingga tubuh mereka berdekatan. Wajah yang cantik, putih dan hidung yang mancung. Bibir itu, bibir itu terlihat sangat manis dan menggoda.

"Katakan apa yang kau inginkan dariku?" Ujar Revon sambil terus menatap matanya.

"Aku menginginkanmu.. Sekarang. Saat ini juga." Jawab wanita itu.

Tanpa membuang waktu lagi, Revon mencium bibir itu. Manis, sangat sesuai dengan yang dia bayangkan. Ciuman sejenak berheti untuk mengambil nafas.

"Aku tanya sekali lagi. Apa kau yakin ingin bercinta denganku?" Tanya Revon dengan suara yang mulai serak.

"Ya, sangat yakin. Itu pun jika kamu tidak keberatan." Jawab Rose dengan sedikit ragu di akhir kalimat.

Wanita ini sangat menarik. Aku hanya tertawa kecil dan berbisik ditelingannya.

"Aku tidak keberatan, aku yakin akan sangat menikmatinya. Revon, ingat baik-baik namaku." Ujar Revon dengan suara rendah.

Revon mulai mencium bibir wanita itu. Rose mengamati wajah lelaki yang dihadapannya.

Bulu mata yang panjang, hidung yang lancip, kulit putih dan rahang yang tegas. Bola mata lelaki itu berwarna hitam kelam namun seperti ada samar-samar corak merah gelap sangat menawan.

Rambut hitam legam yang sehalus sutra, sangat nyaman ketika disentuh. Dia menggeram sangat rendah seakan menyukai perlakuanku. Ciuman terhenti sejenak untuk mengambil nafas.

Revon beranjak untuk membuka kemejanya. Dengan pandangan yang saling mengunci. Jari-jarinya itu, membuka satu persatu kancing kemeja hingga kancing terakhir.

Ini bukan pertama kali aku melihat lelaki telanjang dada. Tapi kenapa sekarang terasa berbeda?

Otot-otot sixpack yang sempurna dan tidak berlebihan. Semakin kebawah, aku melihat tonjolan besar dibalik celana hitamnya. Aku mengalihkan pandanganku dan melihat wajahnya, dia memberikan smirk yang semakin menambah ketampanannya.

"Kemarilah, aku akan membantumu membuka gaunnya." Ujar Revon.

Seketika pipi terasa memanas tapi aku tetap mengikuti permintaannya. Untuk mempermudah membuka gaunnya aku menyingkap rambutku ke satu sisi. Setelah berhasil membuka gaunku, dia mencium leherku.

"Ahh.. Revon" Suara desahan keluar dari Rose.

"Hmm.. Aku suka kau menyebut namaku." Ujar Revon.

Revon menciumi seluruh tubuhku.

Lelaki itu kembali mencium bibirku, kali ini sedikit lebih menuntut dan lebih penuh hasrat. Berbeda dengan sebelumnya yang sangat lembut dan berhati-hati.

Tangannya meraba seluruh tubuhku sampai ke bagian intim. Ciuman kami semakin dalam dan rasanya tubuhku semakin panas.

Revon, mulai membuka celananya. Dan... Sial itu miliknya benar-benar besar. Aku menelan ludah dengan susah payah.

"Relaks, jangan shock begitu." Ujar Revon dengan suara serak.

Kami mulai berciuman, perlahan aku mulai rileks kembali. Kedua tanganku bermain dengan rambutnya yang halus.

Tiba-tiba terasa sakit di bawah sana, refleks aku mengigit bibir Revon yang sedang menciumku. Beberapa tetes air mataku jatuh, dia mencoba menenangkanku dengan terus mencium dan mengusap air mataku.

"Sshh.. Relaks. Tatap mataku, ceritakan tentang dirimu. Nama, pekerjaan, status hubungan..?." Ujar Revon sembari mengalihkan perhatianku.

"Namaku Roseline Mint, seorang model di salah satu agency, aku sedang tidak dekat dengan siapapun untuk saat ini." Jawabku

Apakah model dari agency miliknya atau bukan? Kalau memang dari agency miliknya dia pasti akan mencari tahu lebih dalam mengenai Rose.

Rose mencengkram punggung lelaki itu dengan kuat. Rasa sakitnya perlahan-lahan menghilang dan wanita itu terhanyut akan pesonanya. Dia melakukannya dengan pelan dan intens.

Dia semakin tampan dengan rambut yang acak - acakan dan bibir yang sedikit bengkak karena perbuatanku. Kami mencapai puncak kenikmatan bersama.

"Rose.. Hmmhh.." Ujar Revon.

"Revon.. Ahhh..." Ujar Rose.

```

5 AM - Kamar Revonelle Dent

Roseline Mint, nama yang cantik sesuai dengan pemiliknya. Wanita yang pertama kali membuat perasaanku bercampur aduk.

Sosoknya sekarang yang sedang terlelap seperti seorang malaikat. Sepertinya aku terlalu memforsirnya semalam. Dan juga terlihat kalau aku adalah pertama kali baginya.

Ah, sudah berapa lama aku hanya duduk sambil mengamatinya? Sepertinya aku tidak akan bosan untuk melihatnya. Aku harus menyuruh Robert mencari tahu informasi tentangnya. Akhirnya Revon menelfon Robert.

"Yes boss?" Ujar Robert.

"Cari tahu informasi mengenai Roseline Mint dengan detail. Aku mau sore ini sudah ada di mejaku. Dan juga suruh beberapa pengawal untuk mengawal wanita itu. Satu lagi, cari tahu mengenai kejadian tadi malam di balkon pada acara Fashion Week XVII" Ujar Revon.

"Okay boss. Laksanakan." Ujar Robert. Percakapan telfon usai.

Rose yang sedang tertidur itu, tanpa sadar mengeluarkan suara erangan kecil yang membuat Revon merasa turn on. Sial*n.

"Fu*k. Aku harus segera mengalihkan perhatianku. Aku pergi ke ruangan gym saja." Ujar Revon.

Sebelum itu dia berpesan kepada Mr. Pont untuk menyiapkan baju dan sarapan untuk Rose. Dan juga meminta para pelayan untuk membersihkan kamar tanpa suara agar tidak mengganggu waktu tidur Rose.

```

Terpopuler

Comments

Fitri Kusuma

Fitri Kusuma

mampir

2021-05-24

0

MyNameIs

MyNameIs

okeey Fafa beb,,

2021-02-12

0

Oktafiana Warman

Oktafiana Warman

nxiqknxubsjd akwndjendk amsksmf dnakzmmaldj hdnskanmsja

2021-02-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!