9.30 AM - Kamar Revon
Rose yang baru bangun, tiba - tiba panik karena matahari sudah tinggi. Hmm.. Sudah siang?? OMG, aku tertidur lagi.
(Mengecek ponsel) Masih jam 9 ternyata. Syukurlah, dia tidak sedang disini. Wen, apa dia sudah kembali ya? Dia sama sekali tidak mengirim pesan atau menelfonku. Aneh.
~~
Disisi lain, Revon yang berada di ruang kerja sedang menelfon Wen dan mengatakan kejadian sesuai rencananya kalau dia akan mengantarkan Rose kembali nanti. Tentu, dia juga memberitahu siapa dirinya yang membuat Wen sangat kaget.
CEO sekaligus pemilik "Firstin" yang terkenal dingin dan tidak peduli tiba - tiba terlihat tertarik dengan seorang wanita. Roseline.. Anak ini aku harus menguliknya besok hahaha.
Tidak lama kemudian Robert mengetuk pintu ruang kerja Revon.
"Boss" Ujar Robert sambil mengetuk pintu.
"Masuk." Ujar Revon.
"Ini boss, informasi yang boss minta.. Saya juga sudah membereskan semua masalah tadi malam." Ujar Robert.
Tanpa berkata dia membaca dan memahami dari berkas - berkas informasi yang berada ditangannya. Benar perkiraanya, Rose adalah model dibawah agencynya.
Dan begitu juga Ben, lelaki yang sudah berani mengganggu wanitanya. Ha, Wanitanya? Sepertinya aku mulai jatuh hati kepadanya. Aku pastikan Rose akan menjadi wanitaku. Hanya milikku.
"Ben? Aku akan mengurus sendiri lelaki itu.
Bagaimana kabar usaha yang lainnya?" tanya Revon.
Beberapa bulan ini dia mengembangkan bisnis lain yang hanya beberapa orang yang tahu. Teknologi persenjataan yang terbaik akan segera diciptakan. Semakin banyak juga orang yang tidak suka dengannya kelak.
"Rancangan senjata baru akan segera selesai. Tinggal melengkapi bahan utama saja. Sekitar 3 bulan lagi akan jadi dan siap uji coba." Jawab Robert.
"Lanjutkan pengerjaan dan jangan sampai ada gangguan." Ujar Revon.
"Baik tuan. Rencana anda tadi malam apakah lancar?" tanya Robert.
"......" Tidak ada jawaban. Revon menunjukkan raut ketidaksukaannya karena pertanyaan Robert.
Alhasil, Robert menjadi sasaran amarahnya. Dengan satu gerakan jari mendorongnya ke dinding dengan sangat keras. Erangan kecil lolos dari mulut Robert.
"Jangan pernah terlalu ikut campur. Ketahui batasanmu, apa aku harus selalu mengingatkanmu?" Ujar Revon dengan suara dingin dan wajah tanpa ekspresi.
"Ma.. Maafkan hamba Tuan. Tidak akan saya ulangi lagi." Ujar Robert sambil menahan sakit karena tubuhnya yang masih ditekan ke dinding.
"Alasanku mengubahmu adalah karena kau cukup pintar dan dapat dipercaya. Ingat baik - baik itu. Jangan sampai aku kehilangan alasan itu." Ujar Revon.
"Baik Tuanku" Ujar Robert sambil menundukkan kepala.
Revon pun melepaskan sihirnya dan menyuruhnya keluar.
Robert John, tangan kanan sekaligus satu - satunya orang yang dipercaya Revon. Robert dulu hanya seorang manusia yang sering ditindas karena dia seorang kutu buku dan tubuhnya yang lemah.
Flasback ON
Suatu hari dia dikeroyok dan dipukuli orang - orang yang tidak menyukainya sampai mau mati.
Revon yang sebelumnya beberapa kali sering bertemu lelaki itu merasa tertarik dengan kepintarannya. Tanpa sengaja dia sedang berada disekitar lokasi kejadian.
"Kasian sekali, kau harus seperti ini. Padahal kamu memiliki kepintaran lebih dari mereka. Seharusnya merekalah yang mati. Apa kau tidak ingin balas dendam?" ujar Revon.
"Uhuk..uhukk... Anda.. bisa.. menolong saya? Saya belum mau mati." Ujar Robert.
"Mmm.. Apa kau punya sesuatu untuk ditukar?"Ujar Revon.
"Saya.. akan memberikan kesetiaan dan nyawa saya untuk tuan." Ujar Robert.
"Baiklah, kamu tidak akan bisa menarik kata - katamu lagi." Ujar Revon.
Lalu Robert pun berubah seperti tuannya. Namun berbeda jauh tingkat kekuatannya. Dan tidak pernah bisa mengimbanginya.
Flasback OFF
Revon memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Rose sedang duduk di ranjang dengan muka kesal.
Ya benar saja dia kesal, dia sedang mengirim pesan kepada Wen untuk menjemputnya. Tapi Wen malah mengatakan 'Hey, ceritakan dulu. Kamu diam-diam dekat dengan CEO kita. Oh Rose kamu ini ya.'
"Kenapa kamu kesal begitu?." Tanya Revon.
"Heyy.. Kamu.. Masuk tanpa mengetuk pintu."Jawab Rose dengan kesal.
"Haha.. Kenapa aku harus mengetuk pintu saat masuk ke kamarku sendiri." Ujar Revon.
"Ini semua gara-gara kamu. Aku tidak bisa jalan. Bergerak bebas pun susah." Ujar Rose.
"Okay, aku memang salah. Tapi aku sudah melakukannya dengan lembut semalam." Ujar Revon sambil duduk di samping Rose.
"Sstt.. diam jangan bicara keras-keras." Ujar Rose dengan membungkam mulut Revon.
Revon hanya tersenyum dan mencium telapak tangan Rose yang membungkamnya. Rose segera menarik tangannya dan mengalihkan pembicaraan.
"Apa kamu sudah menemukan dokter untukku?" Tanya Rose.
"Aku sudah meminta seseorang mencarikannya. Dia akan memberitahu jika sudah ada." Ujar Revon. Rose kembali menatap ponselnya. Dan menelfon Wen.
"Wenwen. Katakan dimana kamu sekarang? Kenapa kamu sama sekali tidak mencariku?" Ujar Rose, Revon hanya mendengarkan karena dia tahu kalau itu managernya yang sudah ditelfon tadi.
"Rose jangan teriak. Kamu ingin membuatku tuli? Kenapa aku harus mencarimu? Aku tidak ingin mengganggu waktu kencanmu dengan Pak CEO itu." Ujar Wen.
"Pak CEO siapa? Katakan dengan jelas. Aku belum menceritakan apapun kepadamu, bukan?." Ujar Rose. Iya memang dia belum menceritakannya. Karena dia bingung harus bercerita sebenarnya atau tidak.
"Rose, aku harus pergi sekarang. Oiya kamu hari ini tidak perlu hadir di Fashion Week. Kamu sudah sering hadir di acara itu. Lagi pula masih ada 7 hari lagi. Lalu jadwal pemotretan besok sore akan aku share di email kamu. Byee Rose." Ujar Wen.
"Tunggu Wen.. Iishh. Bye Wen" Ujar Rose. Panggilan terputus.
Rose yang menyadari bahwa tidak ada pergerakan di sampingnya, menoleh dan ternyata Revon sedang terlelap di sampingnya. Tangannya memeluk erat dari samping pinggang Rose yang ramping.
Lelaki ini sudah berganti pakaian ternyata, kaos biru gelap dengan celana jeans hitam. Lalu tanpa sengaja melihat tubuhnya sendiri.
Tunggu dulu! Sejak kapan aku sudah berpakaian? Jangan-jangan lelaki ini yang telah memakaikannya?
Dia benar-benar berbuat sesukanya ya.
Lelaki ini kalau tidur terlihat kalem. Aku sangat ingin menyentuh wajahnya yang seperti dewa. Tanpa sadar tanganku sudah menelusuri rahangnya yang kuat, bulu mata yang panjang, hidung yang mancung, dan bibir itu.
Bibir yang lembut dan kemerahan. Bekas gigitan semalam sudah tidak ada? Cepat sekali hilangnya. Rambutnya yang halus, aku suka sekali mengusapnya.
Dia mengeluarkan erangan kecil, dan semakin mendekatkan tubuhnya kepadaku. Apa dia menyukai usapan tanganku? Aku mencoba berhenti mengusap.
"Kenapa berhenti bae? Aku suka kamu mengusap rambutku." Ujar Revon dengan mata sedikit mengantuk.
OMG, dia sangat lucu. Bagaimana dia bisa bersikap seperti ini? Kita bahkan tidak menjalin hubungan apapun sekarang.
Bukannya seperti ini biasanya hanya dilakukan oleh sepasang orang yang saling menyayangi? Sedangkan kita baru saja berkenalan.
"Tidak mau. Kita.. kita kan bukan pasangan." Jawab Rose. Revon pun membuka matanya dan memasang raut serius.
"Rose, aku menyukaimu sejak pertama melihatmu di balkon saat itu. Aku ingin mengenal lebih dekat tentangmu. Apa kamu mau menjadi kekasihku?" Ujar Revon.
Rose merasa jantungnya berdetak kencang, bagaimana bisa lelaki itu menyukaiku dalam waktu sehari. Dan dia menyatakan perasaannya didepanku sekarang.
"Jangan bercanda. Kita baru bertemu pertama kali. Bagaimana bisa seperti itu?" Ujar Rose.
"Apa aku terlihat bercanda? Rose, selama ini aku tidak pernah bersikap seperti ini kepada siapapun. Dan aku merasa ada perasaan yang membuatku tertarik kepadamu. Aku ingin selalu dekat denganmu." Ujar Revon. Dia duduk dan menatap wajah Rose.
"Aku.. aku masih belum cukup mengenalmu. Aku butuh waktu untuk bisa menjawabnya. Bisakah kamu meninggalkanku sendiri dulu?"
Ujar Rose.
Alasan wanita ini benar juga. Aku akan mengejarnya, dan perlahan kita akan sama-sama saling kenal. Ah, aku terlalu terburu-buru ingin memilikinya. Baiklah aku akan memberinya waktu dan fokus untuk kesembuhannya.
"Aku akan mengecek sudah ada dokternya atau belum." Ujar Revon. Sebelum keluar kamar dia mencium kening Rose.
Di ruang tamu, Mr. Pont bersama seorang wanita datang.
"Tuan, perkenalkan Nona Lejie Demot. Beliau dokter profesional yang biasa menangani keluhan-keluhan wanita. Nona Lejie perkenalkan Tuan Revonelle Dent." Ujar Mr. Pont.
"Senang bertemu dengan anda Tuan Revonelle. Ah, anda pemilik Perusahaan Entertainment itu benar?" Tanya Lejie.
"Langsung saja. Saya ingin anda memeriksa kekasih saya. Mari ikuti saya." Ujar Revon lalu berjalan ke arah kamarnya.
"Ah, maaf nona. Tuan memang begitu." Ujar Mr. Pont.
"Saya mengerti Mr. Pont." Ujar Lejie dengan senyuman penuh arti.
Sesampainya di kamar, terlihat Rose sedang bermain ponsel. Rose mengalihkan pandangannya dari ponsel saat terdengar pintu kamar terbuka.
"Bae, Dokternya sudah datang." Ujar Revon sambil mendekati Rose.
"Revon, jangan memanggilku bae" bisik Rose.
Revon hanya tersenyum dan merebut ponsel Rose. Ketika dia ingin protes, seketika Revon mempersilahkan dokter untuk memeriksanya.
Dokter Lejie, meminta untuk diberikan waktu berdua dengan pasien saat memeriksa. Namun Revon tau kalau ada maksud tertentu, karena dia sudah memiliki firasat buruk sejak kedatangan dokter itu.
Tentu saja dia tidak akan tinggal diam dan menuruti perkatan dokter itu.
"Dokter bisa memeriksanya, dan saya akan duduk di sofa. Dengan begitu dokter tidak terganggu bukan?" Ujar Revon.
"Tapi... Ehh... Saya tidak bisa fokus." Ujar Lejie. Revon menatap dokter itu dengan tatapan mengintimidasi dan mengeluarkan aura yang menakutkan. Lejie merasa tertekan dan hanya bisa menuruti permintaanya.
Setelah menanyakan beberapa hal kepada Rose dan melakukan pemeriksaan. Lejie melihat beberapa hickey di leher Rose. Lalu memeriksa bagian abdomen sampai dibagian intimnya.
Tidak ada hal yang serius, hanya perlu penyesuaian setelah berhubungan intim. (Lejie tidak tahu alasan lain yaitu Revon yang bukan manusia itu menyebabkan waktu lebih lama untuk pemulihan.)
"Nona baik-baik saja. Hanya perlu istirahat dan saya akan menuliskan resep yang dapat mempercepat pemulihan. Obatnya diminum sampai habis ya" Ujar Lejie.
"Baik Dok. Terimakasih" Ujar Rose.
Revon menerima resep dari Lejie dan memanggil Mr. Pont untuk mengantar wanita itu.
"Sebentar lagi waktu makan siang. Aku akan menyuruh orang menebus resepnya." Ujar Revon.
"Tunggu.. Kembalikan ponselku dulu."Ujar Rose.
"Iya iya. Ini aku sudah menyimpan nomerku disitu. Jangan dihapus ya bae." Ujar Revon sambil tertawa kecil. Rose hanya menatapnya dengan kesal.
Revon pun keluar kamar dan meminta Mr. Pont untuk menebus obat. Tidak lupa juga meminta pelayan untuk menyiapkan makan siang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Putri
Thor, apa tu "Bae"...🤔🤔
panggilan sayang kah itu...😎
2021-10-30
2
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
hai kak😊
asisten dadakan masih setia berkunjung kembali😉
mampir yuk
semangaaatt ya💪
2020-12-25
1
Putri Nazwa
dokter nya mungkin suka sama revon
2020-12-24
5