Ziva memukul dada Sean agar melepaskan ciumannya. Sean tersadar jika dirinya sudah melewati batasannya. Sean bangkit dari tubuh Ziva. Sean mengulurkan tangan untuk membantu Ziva berdiri.
Ziva menerima uluran tangan dari Sean. Keduanya saling diam, ada rasa canggung yang mendera. Wajah Ziva sudah memerah malu. Andai wajahnya tidak tertutup bubuk hitam. Sudah pasti wajahnya akan terlihat merona merah.
Sean mengaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hmmm... maaf, aku tidak sengaja."
Ziva mengigit bibir bawahnya. "Tidak apa-apa!"
Sean memperhatikan Ziva. "Apa ada yang sakit?"
Ziva mengeleng. "Tidak, Tuan!"
Sean gugup dengan kejadian barusan. "Sekali lagi, maaf. Sungguh... aku tidak bermaksud mencium kamu."
"Lupakan saja, Tuan. Saya permisi ke kamar dulu," ujar Ziva.
Ziva pergi melangkahkan kakinya kembali ke kamar. Sean mengusap wajahnya, entah apa yang dia pikirkan. Sean baru saja mencium Ziva. Itu bukan sekedar bibir yang menempel. Tetapi Sean melu**t bibir tipis itu.
"Apa yang barusan aku lakukan. Bisa-bisanya aku mencium seorang pelayan. Bibirnya tipis, aku suka," gumam Sean.
Sean pergi naik ke lantai atas menuju kamarnya. Di dalam kamar Sean masih terbayang akan ciumannya bersama Ziva. Sean menutup wajahnya dengan bantal. Sean mulai memejamkan matanya.
Beberapa menit telah lewat tapi Sean masih tidak bisa tidur. Sean masih terbayang pada Ziva. "Kenapa kepikiran dia terus sih?"
Sean berdecak, jam sudah menunjukan pukul 2 pagi. Sean beranjak ke kamar mandi. Mungkin dengan mandi dirinya bisa tidur. Sean mandi dengan air hangat agar tubuhnya rileks.
Di dalam kamar Ziva juga tidak bisa memejamkan matanya. Ziva masih mengingat Sean yang mencium dirinya. Ziva beranjak menuju cermin. Ziva melihat bibirnya di cermin.
Ziva senyam-senyum sendiri saat meraba bibirnya. Seorang pria tampan telah mengecup bibirnya untuk yang pertama kali. Ada rasa aneh yang membuncah di dalam hatinya.
Mungkinkah Ziva jatuh cinta pada Sean. Hanya karena satu ciuman saja hati Ziva sudah berbunga-bunga. Andai Sean menjadi kekasihnya sudah pasti Ziva akan bahagia.
Siapa yang bisa menolak pesona seorang Sean. Pemilik wajah rupawan itu sangat mempesona. Siapa pun pasti akan terpikat oleh ketampanannya.
Ziva geleng-geleng kepala menyadari khayalannya. Mana mungkin Sean meliriknya. Siapa dirinya dan apa statusnya. Sean dan Ziva bak bumi dan langit.
Ziva merebahkan diri di kasurnya. Ziva menutup wajahnya dengan guling. Meski Sean tidak mungkin dapat di raihnya. Ziva bahagia sudah merasakan sentuhan Sean. Ziva akan terus mengingat kejadian ini sebagai kenangan.
*****
Ziva bangun dari tidur cantiknya. Ziva bergegas membersihkan diri. Ziva sudah menjalankan tugasnya sebagai pelayan. Ziva di tugaskan untuk membuat sarapan.
Ziva mulai berkutat dengan alat-alat dapur dan juga bahan masakan. Ziva tidak perlu merasa khawatir akan warna tangannya yang pudar. Ziva memakai pakaian pelayan lengan panjang dan double sarung tangan.
Selesai membuat sarapan, Ziva menatanya di meja makan. Sean, Ken dan Jimi sudah turun dari atas untuk sarapan. Para pelayan yang melihat majikannya turun, segera menarik kursi untuk mereka duduk.
Para pelayan mulai melayani para Tuannya masing-masing. Ziva berdiri berjejer dengan para pelayan di samping meja makan. Sean menyuapkan nasi goreng yang di buat Ziva ke dalam mulutnya.
Sean menghentikan makannya. "Siapa yang memasak hari ini?"
Semua gugup saat melihat Sean berhenti makan. Mereka mengira kalau Sean tidak menyukai makanan yang ada. Semua terdiam dan menunduk takut. Ziva memberanikan diri untuk bicara. Karena memang dia lah yang telah membuat sarapan.
Ziva berbicara dengan gugup. "Sa-saya, Tuan."
Sean menoleh, matanya melihat Ziva. Sean menjadi gugup juga. Sean masih mengingat kejadian tadi malam. Sean berdehem untuk menghilangkan rasa groginya.
Sean terbata-bata bicara. "E-enak... masakan kamu enak. Mulai hari ini kamu saja yang memasak."
Ziva mengangguk. "Siap Tuan!"
Sean melanjutkan sarapannya. Sean makan dengan sangat lahap. Ken melirik Ziva dan Sean. Ken mulai mencium sesuatu yang mencurigakan.
Ada apa dengan mereka berdua, Sean dan Ziva kenapa bicara dengan terbata-bata, batin Ken.
Tak... tak... tak... !
Suara heel dari sepatu seseorang terdengar. Semua yang ada di ruang makan menoleh pada suara sepatu tinggi itu. Wanita cantik putih bersih, tubuh ramping dengan rambut lurus panjang terurai.
Wanita itu melangkahkan kakinya ke arah Sean. Sean beranjak bangkit dari duduknya dan memeluk wanita itu. Wanita cantik itu adalah Rissa. Rissa tunangan dari Sean Pradipta.
Sean mencium pipi Rissa. "Kamu akhirnya datang juga, kenapa gak bilang jika sudah sampai sini. Aku akan datang menjemputmu."
Rissa tersenyum. "Aku sengaja kasih kejutan buatmu. Sebentar lagi pernikahan kita, aku sudah tidak sabar untuk menjadi Nyonya Sean."
Nyes... !
Perih hati Ziva mendengar kalau Sean akan segera menikah. Ada rasa kecewa saat Rissa mengatakan akan menjadi Nyonya dari Sean. Ziva sudah jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Sean.
Sean mencubit hidung Rissa. "Sabar... sebentar lagi. Ayo duduk dulu, kita sarapan bersama."
Sean mengajak Rissa untuk duduk di sampingnya. Rissa memberi senyuman pada Ken dan juga Jimi. "Hai Ken, Jimi, kalian apa kabar?"
"Saya baik... Nona Rissa," jawab Jimi.
Ken berdecih. "Cih... sok akrab!"
Sean menatap tajam Ken, Rissa tersenyum kecut. Ken sedari dulu memang tidak menyukai dirinya. Entah apa yang membuat Ken sangat tidak menyukai Rissa.
Ken bangkit dari duduknya. "Aku sudah selesai. Kalian lanjutkan saja sarapannya."
Sean mengeleng saja melihat tingkah Ken. Ken tidak menyukai kalau Sean berhubungan dengan Rissa. Menurut Ken, wanita itu seperti tidak pantas untuknya. Ken mengatakan pada Sean jika Rissa itu matrealistis.
Sean tidak heran dengan itu. Wajar saja jika wanita mempunyai sifat matrealistis. Wanita mana pun tidak akan mau jika mempunyai kekasih yang tidak berduit. Tetapi bagi Ken berbeda. Rissa terlalu berlebihan sebagai kekasih Sean.
Sean selalu menuruti kemauan dari Rissa. Baru menjadi kekasih saja, Rissa sudah banyak mengatur Sean. Apalagi jika Rissa sudah menjadi istri Sean. Rissa selalu berfoya-foya dengan uang Sean.
Setiap tiga bulan sekali Rissa akan berlibur ke luar negeri. Biasanya Rissa juga membawa para temannya untuk bersenang-senang. Sean tidak merasa di rugikan dengan hal itu.
Baginya yang terpenting Rissa bahagia. Masalah uang bagi Sean itu kecil. Sean sudah di butakan dengan cinta Rissa. Sean di butakan oleh kecantikan yang Rissa punya.
Sean, Rissa dan Jimi melanjutkan kembali sarapannya. Rissa menyuapkan makanan ke mulut Sean. Sean dengan senang hati menerimanya. Sean sekali-kali melirik ke arah Ziva.
Ziva menunduk melihat kemesraan Sean dan Rissa. Ziva harus melupakan perasaan cintanya kepada Sean. Ziva akan menutup perasaan sesaat yang di milikinya untuk Sean.
Tbc
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
zivana jatuh cinta pada pandangan pertama dunk ya
2024-10-19
0
Raufaya Raisa Putri
ngg ad orang tuanya kah ini
2024-07-21
0
Raufaya Raisa Putri
waduh...nyandu
2024-07-21
0