Ziva berjalan gontai menuju rumah sewanya. Ziva pulang sudah larut malam. Karena pemilik dari rumah tempatnya bekerja akan tiba, Ziva di haruskan untuk lembur. Belum lagi angkutan umum yang sudah jarang lewat saat malam.
Hari ini benar-benar membuat tubuhnya serasa remuk karena lelah. Ziva berjalan menyusuri jalan setapak kecil agar cepat sampai di rumahnya. Jalan itu memang sepi, apalagi sehabis hujan. Jalan setapak itu benar-benar sepi.
Bunyi suara kodok menemani langkah Ziva. Ada rasa takut di hati Ziva ketika berjalan hanya sendiri. Ziva menoleh kiri kanan takut jika ada orang jahat yang lewat. Tetapi Ziva merasa orang tidak akan berani mendekatinya.
Mungkin saja jika ada orang yang melihat Ziva, orang itu yang akan lari. Mungkin Ziva di kira hantu yang sedang lewat. Secara penampilan Ziva yang buluk dengan rambut panjang keriting. Ziva sengaja membuat rambutnya menjadi keriting mengembang.
Ziva mempercepat langkah kakinya agar cepat sampai di rumah. Dengan memeluk tas di dadanya Ziva berjalan. Ziva berhenti saat terdengar suara dari arah jalan buntu yang di laluinya. Tepatnya itu adalah jalan di dalam gang.
Bugh... bugh... !
"Akhhhhh...."
Ziva penasaran akan suara seseorang yang mengerang. Ziva ragu untuk mendekati arah suara itu. Tetapi di dalam hatinya merasa penasaran dan ingin tahu apa yang terjadi.
Ziva melangkahkan kakinya ke arah sumber suara tersebut. Ziva perlahan-lahan mendekat ke gang buntu. Ziva menutup mulutnya saat melihat kejadian yang ada di depan matanya.
Seseorang sedang di keroyok dengan lima orang pria. Ziva spontan berteriak saat salah satu pria mengeluarkan pisau di balik sakunya.
"Akhhhh," teriak Ziva.
Ziva menutup mulutnya lalu berlari menjauh dari tempat itu. Ke lima pria itu kaget karena ada yang melihat aksi mereka. Mereka mengejar Ziva yang tengah berlari.
Ziva terus saja berlari tanpa melihat kiri dan kanan. Ziva menoleh ke belakang takut jika para pria itu sudah mendekat. Ziva berlari ke arah jalan raya. Ziva terus berlari tanpa memperdulikan kakinya yang lelah.
Napasnya sudah ngos-ngosan, Ziva menarik oksigen agar napasnya teratur. Ziva berlari lagi saat mendengar suara para pria itu. Ziva berlari dengan terus melihat ke belakang. Ziva tidak memperhatikan jika ada mobil yang melaju di depannya.
Cekkittttt... !
Suara rem mobil berhenti dengan mendadak. Ziva memegang dadanya kaget. Hampir saja mobil itu menabrak dirinya. Ziva menghampiri mobil itu dan mengetuk kaca mobilnya.
Tok... tok... tok... !
"Tuan... tolong saya," ucap Ziva.
Pria di dalam mobil itu membuka sedikit kaca mobilnya. "Ada apa, Nona?"
Ziva menangkup kedua tangannya memohon. "Tuan... saya dalam bahaya. Saya di kejar oleh para penjahat."
Pria yang sedang menyetir itu menoleh ke belakang meminta izin dari atasannya. Pria yang duduk di belakang itu menganggukkan kepala mengizinkan. Pria yang memegang setir kemudi itu mengangguk.
"Masuklah," ujarnya.
Ziva merasa lega saat dirinya di izinkan untuk masuk ke dalam mobil. Ziva menarik napas lega karena sudah terbebas dari para pria itu. Ziva mengelap keringat di dahinya. Ziva kaget saat bubuk itu terangkat karena keringatnya.
Ziva panik karena pasti bubuk hitam di wajahnya sudah hilang. Ziva membuka ikatan rambutnya lalu menutupi wajahnya dengan rambutnya yang panjang. Pria di yang sedang menyetir itu menoleh ke arah Ziva.
"Nona... siapa namamu?" tanyanya.
"Nama saya Zivana, Tuan," jawab Ziva.
"Nama saya Jimi dan yang di belakang itu adalah atasanku namanya Tuan Sean," ujar Jimi.
"Kenapa kamu sampai di kejar-kejar penjahat?" tanya Jimi.
"Saya tidak sengaja melihat mereka berbuat jahat pada orang lain," jawab Ziva.
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan yang sunyi. Jalanan sepi karena bekas hujan dan sudah larut malam. Jimi melirik Ziva yang tertunduk. "Nona... kemana saya akan mengantar kamu?"
"Tolong... antarkan saya ke rumah keluarga Pradipta. Saya bekerja di sana, saya akan menumpang untuk tidur disana," ucap Ziva.
Jimi terkesiap ternyata tujuannya sama dengan Ziva. "Kamu bekerja sebagai pelayan di sana?"
Ziva mengangguk. "Benar... Tuan!"
"Apa... kamu tidak mengenal kami?" tanya Jimi.
Ziva keheranan lalu mengeleng. "Tidak... saya baru sekitar satu tahun bekerja di sana."
"Orang yang duduk di belakang kamu itu adalah atasanmu, namanya Sean Pradipta," ucap Jimi.
Ziva kaget lalu menoleh ke belakang. "Ah... maaf saya tidak tahu, Tuan!"
Sean hanya berdehem. "Hemm...."
Mobil telah sampai di gerbang Rumah besar Pradipta. Satpam penjaga membuka pintu gerbang untuk mobil majikannya. Ziva dan Jimi keluar dari mobil. Jimi membukakan pintu mobil untuk Sean keluar.
Ziva terpesona melihat wajah dari Sean. Wajah itu terlihat jelas dari lampu rumah. Wajah rupawan dengan tubuh tinggi tegap. Mata tajam berwarna kehijauan, hidung mancung dengan bibir tipis kemerahan.
Bulu-bulu halus di sekitar jambang dan dagunya menambah kesan sexy. Sean berjalan melangkah ke depan masuk ke dalam rumah. Di ikuti asistennya Jimi dan juga Ziva yang ikut masuk.
Sean Pradipta pria berusia 35 tahun. Seorang pengusaha besar di negeri ini. Perusahaan yang di pegangnya berkembang pesat di dalam dan di luar negeri. Sean sudah setahun tinggal di luar negeri mengembangkan perusahaannya.
Tahun ini Sean kembali dari luar negeri karena akan menikah. Sean akan menikah dengan tunangannya bernama Rissa Andriani. Sean dan Rissa sudah menjalin hubungan selama 2 tahun.
Semua pelayan menyambut kedatangan Sean yang sudah setahun ini pergi. Ken memeluk Sean saat kakaknya itu baru datang. "Selamat datang, Sean."
Sean membalas pelukan Ken. "Terima kasih, bagaimana kabarmu?"
"Aku baik, ayo kita masuk," ajak Ken.
Saat Ken ingin mengandeng Sean, matanya melihat Ziva yang tengah berdiri. "Ziva... kamu belum pulang?"
Ken tertawa melihat Ziva dengan rambut terurai. " Hahahaha.... "
Ziva terlihat sangat lucu, wajahnya tidak terlihat karena tertutup rambut. Ken mendekati Ziva, Sean memperhatikan Ken yang terlihat akrab dengan Ziva.
"Ziva... kenapa kamu seperti ini?" tanya Ken.
Ken mencoba untuk mengalihkan rambut Ziva. Ken ingin melihat wajah Ziva tapi Ziva mundur ke belakang. Ken semakin penasaran dengan menghindarnya Ziva.
"Ziva... sini biar aku rapikan rambutmu. Wajah bulukmu itu tidak kelihatan," ucap Ken.
Ziva semakin mundur ke belakang. "Jangan Tuan, biar saya saja nanti yang merapikannya."
Semua yang tengah berkumpul di ruang depan pintu itu, asyik memperhatikan Ken dan Ziva. Ken semakin mendekati Ziva hingga Ziva keluar dari pintu rumah.
"Ziva... kenapa menghindariku?" tanya Ken.
"Tuan... jangan kesini," ucap Ziva.
Ziva terus mundur dan tidak melihat anak tangga yang ada di belakangnya. Ziva terpeleset dan jatuh.
Bruukkkk... !
Ken segera menolong Ziva yang jatuh. Ken meraih bahu Ziva. Ken melotot melihat wajah Ziva.
"Ziva."
Tbc
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
🍁𝐀⃝🥀Angelaᴳᴿ🐅 ❣️
mnaaa visual nya astaga
2024-10-19
0
Raufaya Raisa Putri
aduuhhh..ken.jgn jatuh cinta sm ziva y
2024-07-21
0
tata
ewwww.....baheyoong
2023-12-10
0