Ray menyeret Felix masuk ke mobil menuju hotel. Wajah Ray terlihat sangat kusut, seperti baju yang tidak pernah disetrika. Sebaliknya, Felix terlihat sangat bahagia, di wajahnya seakan muncul bunga-bunga yang bermekaran. Ray menyalakan mesin mobil dan melesat meninggalkan penginapan dengan kecepatan sedang, utamakan keselamatan. :)
"Desain web kamu harus selesai besok. Bos sudah menelfon berkali-kali dengan pembicaran yang sama, persis seperti kaset radio rusak," ujar Ray kepada Felix dengan nada kesal.
"Aku tau," ucap Felix santai.
Ray menggelengkan kepala seakan dirinya harus bersabar dan menerima kondisi temannya satu itu.
"Kontes fotografi akan diadakan lusa. Jika kamu berminat persiapkan hasil karya terbaikmu," ucap Ray memperingati Felix.
"Aku sudah memiliki bahan untuk itu. Besok aku akan beraksi."
"Awas kamu kalau buat kekacauan lagi."
"Tunggu saja tanggal mainnya," ucap Felix santai sambil nyengir.
" Kamu mau ikut lomba fotografi apa lomba bekel? Serius dikitlah Bray," ucap Ray sedikit dongkol.
Felix hanya mengangguk, dia lebih memilih untuk beristirahat. Memejamkan mata, melipat tangan dan sedikit menurunkan Sandara kursi. Jika dilihat dari luar memang terlihat seperti beristirahat, padahal dia sedang memikirkan semua yang kejadian hari ini. Semuanya berputar difikiran Felix seakan rekaman video yang diputar ulang secara terus menerus.
***
Sementara itu....
"Ky, aku mandi dulu ya," Auris melangkah menuju kamar mandi sambil menyampirkan handuk di pundaknya.
Aku menganggukkan kepala, "heem."
Aku menata koperku dan tempat tidur saat aku mendengar suara Auris yang menjerit histeris di dalam kamar mandi. Aku berlari menghampiri Auris.
"Ris, ada apa? kenapa?" tanyaku cemas sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.
"Ky, tolong," ucap Auris dengan nada ketakutan.
"Ris, aku buka ya pintunya," aku membuka pintu kamar mandi dan seketika terbelalak.
"Mwahahahaha kamu kenapa Ris. Turun. Kalau jatuh nanti aku yang susah," ucapku sambil tertawa terbahak-bahak. Bagaimana tidak? Auris yang seorang artis internasional sedang berdiri dengan satu kaki di atas toilet duduk, kaki satunya lagi menempel di dinding, dan handuk yang berada di leher kini menutupi setengah wajahnya. Kedua tangannya menempel di dinding, membuat posisinya saat ini terlihat seperti cicak.
"Ky, tolong. Ada kecoa," suara Auris seperti hendak ingin menangis.
"Mana?" aku memutar tubuhku 360°.
"Oh ini," aku mengambil kecoa yang berada di pojok kamar mandi dengan cara memegang bagian antenanya.
"Ky, jorok," Auris turun dari atas toilet dan berjalan mengambil sandal.
"Kamu mau apa Ris?" tanya ku bingung.
"Ky, kecoa itu kamu taruh di bawah tapi jangan kamu lepasin," pinta Auris sambil mengangkat sandal yang ada di tangannya.
Aku menuruti kemauan Auris. Aku dan Auris berjongkok saling berhadapan.
"Akan aku habisi kamu!!!!" teriak Auris pada kecoa yang ku pegang.
Aku memejamkan mata saat Auris mengayunkan sandal yang ada di tangannya.
"Dasar kecoa kurang ajar. Kecoa nggak punya akhlak. Kecoa mesum, cabul. Kecoa ayam," teriak Auris sambil menggebrakkan sandal yang di tangannya ke lantai.
"Ris, stop. Udah Ris. Kamu jangan jadi pembunuh," teriakku pada Auris, seketika dia terdiam.
"Ky, aku artis bukan pembunuh," ucap Auris polos.
Aku membuka mata dan memang kulihat kecoanya yang di tanganku masih hidup. Aku menatap wajah Auris dengan bingung.
"Terus tadi kamu ngapain?" tanyaku.
"Aku tadi ngomelin si kecoa," ucap Auris.
"Sandal?" tanyaku tambah bingung.
"Aku gebrakin ke lantai," jawab Auris.
"Aku kira kamu pukul kecoanya," ucapku.
"Nggak boleh bunuh hewan, Ky," Auris berdiri dan melempar sandal yang dipegangnya. Aku juga berdiri karena nggak kuat jongkok, kakiku kesemutan. T_T
"Kamu seharusnya jangan takut sama kecoa Ris. Semakin kamu merasa takut, si kecoa makin seneng. Tipe makhluk yang senang diatas penderitaan makhluk lain," aku memutar-mutar kecoa yang ku pegang.
"Laknat sekali makhluk satu ini," ucap Auris geram.
"Kecoa memiliki kemampuan mendeteksi rasa takut pada makhluk lain, jadi semakin kamu takut, si kecoa makin seneng nakut-nakutin, terbang deh," aku berjalan keluar hendak membuang kecoa yang ku pegang.
Auris sudah merasa sedikit tenang dan duduk di atas kursi sambil minum air. Saat aku berjalan tidak sengaja aku tersandung dan terjatuh. Kecoa yang ku pegang, terlepas. Auris kaget dan kecoa tersebut terbang menghampiri Auris. Auris berlari kesana kemari menghindari kecoa dan menyisakan keributan semalaman.
Sial. Aku sudah lelah seharian ini. Sampai di penginapan pun aku tetap tidak bisa istirahat dengan tenang. T_T
Akan ku binasakan semua kecoa yang ada di muka bumi ini.
***
Felix dan Ray sudah sampai di hotel. Mereka merebahkan diri di kasur masing-masing sambil menghela nafas. Kamar Felix dan Ray berada di satu ruangan yang sama hanya saja kasur mereka yang berbeda.
"Ray kamu istirahat dulu aja. Aku mau mandi dulu," ucap Felix meninggalkan Ray menuju kamar mandi.
"Hmm," ucap Ray lemas.
Felix mandi dengan cepat dan segera berganti baju. Ray masih saja rebahan di atas kasur.
"Nggak mandi?" Felix menyabetkan handuk ke arah Ray.
"Hmm," jawab Ray.
"Hmm hmm mulu nih anak. Eh BTW gimana ceritanya kamu bisa kenal sama si artis rese?" tanya Felix pada Ray. Felix duduk di samping kasur menghadap Ray. Ray yang mendengar ucapan Felix seketika bangun, dia tidak terima jika Auris dikatain.
"Namanya Auris," ucap Ray dengan tatapan tajam.
"Oh, Auris," ucapku acuh.
Ray terdiam cukup lama, ekspresi wajahnya seakan membayangkan sesuatu dan terlihat senang, "saat aku berlari mencarimu, aku melihat Auris sedang di kejar oleh banyak orang. Aku tau yang mengejar dia itu penggemarnya. Saat ku lihat nafasnya sudah terengah-engah dan dia seperti sedang mencari seseorang. Karena aku baik hati dan pemberani, aku berdiri di gang yang akan dilewatinya. Aku tarik tangannya sehingga dia berdiri tepat di depanku, aku menutupi tubuhnya agar tidak terlihat oleh para penggemar. Dia berterima kasih padaku dan aku merasa tidak rela jika harus berpisah dengannya. Aku pun menwarkan diri untuk mengantarnya pulang. Dia berkata kalau dia sedang mencari temannya tapi sayangnya handphone nya mati. Aku menyakinkan dirinya dan dia pun menerima tawaranku untuk mengantarkan dirinya pulang."
Ray merebahkan dirinya kembali ke atas kasur. Felix yang mendengar cerita tersebut berfikir bahwa semua yang terjadi hari ini bukanlah suatu kebetulan.
"Cih, baik hati dan pemberani," cibir Felix sambil berjalan menuju meja kerja.
"Sirik bilang bos," ucap Ray.
"Dih Sorry. Bos tidak pernah sirik pada karyawan," ucap Felix angkuh.
Felix mulai mengoperasikan laptop yang ada di depannya.
"Dih. Lembur bos?" ejek Ray.
"Karyawan seharusnya buatin kopi untuk bosnya," ucap Felix.
Ray menarik selimut menutupi sekujur tubuhnya dan berkata, "Saya tidak berminat menjadi karyawan Anda."
*
*
*
*
*
Hai teman-teman. Terima kasih sudah mampir ke sini. Jangan lupa buat like 👍, komen 🖊️ , dan juga pencet tombol love ❤️, kasih tip dan juga vote, bantu share juga ya 😉 biar author lebih semangat buat lanjutin cerita. Kritik dan saran selalu ditampung biar author bisa berkembang lebih baik lagi 🥰. Aku tunggu jejak kalian ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
ANAA K
Semangat upnya thor.. aku mendukungmu. Jangan lupa mampir kembali yah thor.👍🏾
2021-09-15
0
R_armylove ❤❤❤❤
mampir lagi donk
2020-12-10
1
R_armylove ❤❤❤❤
semangat ya
2020-12-08
1