Angin malam yang berhembus menggerakkan ranting pohon hingga saling bertautan. Jalanan yang ramai dengan banyaknya orang berlalu lalang. Cahaya yang berasal dari rumah-rumah dan toko-toko di pinggir jalan mengalahkan cahaya bintang yang bertaburan di langit. Indahnya langit yang dihiasi banyaknya bintang dan awan tipis. Suasana malam hari yang menyenangkan untuk para turis, dapat merasakan hiruk pikuk aktivitas malam hari dengan pemandangan yang berbeda. Setiap tempat memiliki kesan tersendiri, memiliki suasana yang berbeda, dan juga memiliki kenangan untuk setiap orang.
Aku masih berjalan menyusuri jalan bersama Felix menuju penginapan. Ya, aku memilih berjalan dari pada menaiki kendaraan umum. Aku ingin merasakan suasana malam hari secara langsung, berbaur dengan orang lokal dan juga para pendatang. Meski seharian ini aku lelah tapi aku tetep memilih berjalan, agar hemat. Penginapan ku tidak terlalu jauh dari restoran tempatku makan malam tadi.
Aku berhenti sejenak memandang langit. Aku berhenti di samping jembatan yang akanku lalui. Setelah melewati jembatan itu aku akan sampai di penginapanku. Memandangi langit ketika malam hari merupakan salah satu kegiatan yang aku sukai. Aku cukup berdiam diri, mendongakkan kepala menghadap langit, menatap lekat-lekat bintang yang ada. Senyum tipis muncul setiap kali aku melakukan hal tersebut.
"Kamu suka dengan langit?" tanya Felix, dia berdiri di sebelahku. Dia juga memandang langit seperti yang aku lakukan.
"Aku suka bintang," jawabku.
"Ky, kenapa kamu mau menolongku?" tanya Felix.
"Hmm?" aku tidak menoleh sedikitpun kearah Felix.
"Kita baru saja bertemu. Aku tidak kenal kamu dan kamu juga tidak mengenalku. Tapi kamu mau menolongku, kamu tidak curiga padaku?" tanya Felix dengan nada rendah.
"Apakah menurutmu bintang yang paling terang itu bintang yang paling dekat dengan bumi?" tanyaku ke Felix.
"Sirius, bintang yang terlihat paling terang itu bernama Sirius. Bintang itu berjarak 8,6 tahun cahaya. Tapi dia terlihat paling terang, sedangkan bintang paling dekat dengan bumi adalah Proxima Centauri, bintang Proxima Centauri berjarak 4,2 tahun cahaya, tapi dia tidak menjadi bintang paling terang," ujar ku sambil menunjuk langit.
Felix masih saja diam mendengarkan ucapan ku.
"Yang paling dekat, belum tentu menjadi yang paling terang. Orang yang ada di dekatmu belum tentu menjadi lentera bagimu. Dulu aku sering ditolong oleh orang yang tidak begitu dekat denganku, aku tidak tahu dia melakukan hal tersebut atas dasar apa, mungkin atas dasar rasa kasihan yang dimiliknya, aku tak peduli. Pertolongan yang dia lakukan membantuku menemukan jalan kehidupan, membuatku ingin seperti dirinya. Menolong semua orang, tidak peduli dia dekat denganku atau tidak selama dia membutuhkan. Pertolongan sekecil apapun tetaplah seperti mutiara bagi orang yang membutuhkan," ujar ku sambil tersenyum ke arah Felix. Felix masih saja diam.
"Yahh, kalau soal curiga atau tidak. Aku tau kamu anak baik-baik. Kalau memang kamu berani," ucapku sedikit terlihat berfikir
"Aku pemegang sabuk hitam," tambahku berbohong.
Felix menatapku lekat. Dia terlihat sedikit curiga dengan kalimat yang baru saja ku ucapkan. Aku menoleh kearah Felix sambil menarik sudut bibirku.
Aku melangkah menuju penginapan, Felix mengikuti langkahku dari belakang.
"Mau ku ambilkan bintang?" tanya Felix sambil setengah berteriak.
Tanpa menoleh kearahnya aku menjawab, "Jangan konyol."
"Aku serius," ucap Felix.
Aku masih saja berjalan, seakan mengacuhkan ucapan Felix.
"Coba saja kalau bisa. Aku tidak menerima bintang yang ada di atas pohon natal," ucapku.
Felix tidak berkata apa-apa lagi, hanya senyuman tipis terukir di wajahnya.
***
Aku menelfon Auris ketika sampai di depan penginapan. Auris langsung keluar menemui diriku. Dari penampilannya terlihat bahwa dia buru-buru keluar. Dalam sekejap aku sudah berada di pelukannya.
"Aku khawatir banget sama kamu, Ky," ucap Auris dengan terisak.
Aku membalas pelukannya dan mengelus punggungnya.
Auris melepas pelukannya padaku dan menoleh ke arah Felix. Felix diam saja seperti anak polos yang tidak tau apa-apa.
"Oh ya Ris, kenalin ini Felix. Tadi aku ketemu dia di jalan, dia yang nemenin aku tadi," ucapku kepada Auris.
Felix diam saja. Tersenyum pun tidak.
"Ky, kamu tadi kebentur ya? Dia kan orang asing. Kalau kamu diapa-apain gimana?" ujar Auris khawatir.
"Nggak. Buktinya aku baik-baik aja nih. Sehat wal Afiat," ucapku.
"Kamu masuk dulu ya Ris. Aku mau bicara dulu sama Felix," aku menyerahkan koperku ke Auris.
Auris mengangguk patuh.
Setelah aku melihat Auris masuk ke dalam penginapan, aku memulai pembicaraanku dengan Felix.
"Aku sudah sampai di penginapan. Terima kasih untuk seharian ini. Tadi kamu mau minta tolong apa Lix?" tanyaku ke Felix.
"Iya Ris, sama-sama. Aku cuma mau minta tolong pinjamin aku handphone aku mau nelfon temen ku," ucap Felix.
"Cuman pinjam handphone? Kenapa nggak dari tadi, ngapain sampai nganterin aku ke penginapan," ucapku sambil memberikan handphone ku ke Felix.
Felix hanya tersenyum dan mulai menelfon temannya. Aku hanya diam di sampingnya selama Felix nelfon.
Felix mengembalikan handphone ku tak lama setelah dia mematikan telfonnya.
"Kamu masuk aja, Ky. Aku masih harus nunggu temenku," ucap Felix santai.
"Mau masuk?" tanyaku spontan. Felix kaget.
"A..a.. kalau nggak mau juga nggak apa-apa. So..soalnya di luar kan dingin. Mending nunggu di dalam," ucapku.
"Sekali lagi kamu menolongku," ucap Felix sambil tersenyum.
Aku melangkah masuk ke penginapan diikuti Felix.
"Kamu harus lebih waspada, jangan memasukkan sembarang orang ke tempatmu," ucap Felix.
Aku mengangkat tanganku dan memberikan kode "Oke" tanpa menoleh ke Felix.
***
Auris duduk di depan Felix yang sedang meminum coklat panas dengan santai. Aku duduk di samping Auris dengan suasana canggung diantara kami bertiga. Auris menatap Felix lekat-lekat, dari ujung rambut hingga ujung kaki, tatapan Auris benar-benar terlihat mengintimidasi. Felix yang menjadi objek justru tenang-tenang saja seakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Kamu siapa?" tanya Auris pada Felix.
"Felix," jawab Felix santai.
"Kamu kenal Kyra di mana?" Auris mulai menginterogasi Felix.
"Di jalan," jawab Felix sambil meminum coklat panas nya.
Aku hanya bisa menghembuskan nafas sambil meminum coklat panas ku.
"Kamu siapa?" tanya Felix polos.
"Kamu seperti jelly," ucapku lirih. Auris melotot kearahku.
Auris kaget mendengar pertanyaan Felix.
"Kamu nggak tau aku?! Kamu benar- benar tidak tahu aku?! Tak pernah ku bayangkan seorang ratu tidak dikenal oleh rakyatnya," ucap Auris sinis.
"Kamu artis yang terkenal itu? Artis yang sudah sampai tingkat internasional. Penggemarmu begitu banyak, bahkan untuk liburan saja tidak akan lepas dari para penggemar. Akibatnya kamu harus berusaha keras untuk melepaskan diri dari para penggemar, tak hanya kamu tapi temanmu juga. Benar-benar menyusahkan," ujar Felix dingin.
Auris kaget mendengar perkataan Felix. Ucapan Felix memang tidak sepenuhnya salah hanya saja perkataannya pasti tidak dapat diterima Auris. Aku menahan Auris agar tidak meledak. Sementara Felix masih saja sibuk dengan coklat panasnya.
Tak lama setelah itu, seorang cowok masuk ke penginapan dan terlihat sedang mencari seseorang. Cowok tersebut berjalan menuju meja kami bertiga dan berdiri di samping Felix dengan raut kesal. Aku mendongak melihat cowok tersebut, tak hanya aku, Auris dan Felix juga. Felix tersenyum dan berdiri.
"Loh, kamu?" ucap Auris sedikit bingung.
"Kita ketemu lagi, gadis cantik," ucap cowok itu dengan tersenyum ke Auris.
Auris dan cowok itu sepertinya saling kenal. Aku dan Felix saling memandang bingung.
Aku siapa? Aku dimana? T_T
"Ris?" aku memegang tangan Auris. Auris menoleh ke arahku.
"Bro, yuk pulang," ucap Felix kepada cowok itu.
Aku semakin bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Tunggu, tunggu. Kalian harus kasih aku penjelasan," ucapku menahan Felix yang hendak melangkah pergi.
"Ky, dia Raymond, biasa dipanggil Ray. Dia temanku yang aku telfon tadi," ucap Felix.
Aku mengangguk mengerti. Aku menoleh ke Auris.
"Dia nolongin aku dari kejaran para penggemar," ucap Auris.
Aku mengangguk pelan.
"Kamu pasti seharian ini sudah dibikin susah sama ni anak. Aku minta maaf karena sudah merepotkan mu," ucap cowok itu kepada ku.
"Santai aja. Terima kasih sudah membantu Auris tadi," ucapku.
"Kalau begitu aku pamit dulu. Masih ada hal yang harus aku urus dengan Felix. Permisi," pamit Ray pada ku dan Auris.
"Aku pergi dulu, Ky. Sampai jumpa," ucap Felix.
Ray menyeret Felix keluar penginapan. Aku dan Auris hanya diam melihat kedua cowok itu melangkah pergi.
Dalam hati aku tersenyum geli dengan semua yang terjadi hari ini. Aku yakin liburan kali ini akan menjadi liburan yang mengesankan. Terlalu mengesankan sampai hal-hal yang tidak pernah kubayangkan terjadi berurutan menemani liburan ku di Kanada.
*
*
*
*
*
Hai teman-teman. Terima kasih sudah mampir ke sini. Jangan lupa buat like 👍, komen 🖊️ , dan juga pencet tombol love ❤️, kasih tip dan juga vote 😉 biar author lebih semangat buat lanjutin cerita. Kritik dan saran selalu ditampung biar author bisa berkembang lebih baik lagi 🥰. Aku tunggu jejak kalian di karyaku ini ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
ANAA K
Mantap thor. Membuatku penasaran
2021-09-15
0
R_armylove ❤❤❤❤
semangat ya
2020-12-07
1
Lenkzher Thea
mantaaap, 👍👍 like selalu
2020-11-27
1