4. Episode 4

Saat salah satu lelaki itu ingin menyeret Talitha ke pria yang menyuruh mereka, gadis itu lebih dulu menangkap tangan pria berbadan besar itu dan memutar salah satu tangannya kebelakang.

"Hey, tuan jika kau berani bergerak maka tangan mu yang satu ini tidak akan bisa kau gunakan lagi seumur hidupmu" Ucap Talitha yang hanya bisa didengar oleh pria yang sanderanya itu.

"Sialan! Kenapa aku bisa kalah dari seorang gadis lumpuh, aku bahkan tidak dapat membaca gerakannya tadi, sial aku terlalu meremehkannya" Batin pria itu.

"A-ampuni a-aku, Nona. A-aku tidak akan menggangu anda lagi" Ucap pria itu dengan terbata-bata.

Pria yang menyuruh pria tadi tidak terima, dia lalu menyuruh kedua pria yang tersisa untuk menghajar Talitha dan pelayannya.

"Kalian berdua maju dan hajar kedua gadis itu!" ucapnya

"Baik, Bos!"

Kedua pria berbadan besar itu berjalan kearah Talitha sambil membawa alat pukul mereka masing-masing.

"Sial! Kalau aku berdiri dari kursi ini aku akan ketahuan bahwa aku hanya berpura-pura lumpuh, apa yang harus ku lakukan"

Tiba-tiba waktu berhenti, semua orang seakan-akan berhenti melakukan aktivitasnya.

"Ah apa yang terjadi, kenapa semua orang berhenti bergerak bahkan Mia juga" Batin Talitha.

"Hai, Talitha. Kita berjumpa lagi, kau masih ingat dengan ku bukan?"

"Kau? Kau orang yang membawaku ke tempat ini bukan?" ucap Talitha.

"Tepat sekali, sekarang kau telah berhasil mengaktifkan kemampuan menghentikan waktu dan disaat kau menggunakannya segala aktivitas di sekitar mu akan terhenti"

"Ah kemampuan yang luar biasa, tapi aku tidak merasa menggunakan apa pun tadi" Ucap Talitha.

"Benar, kau tanpa sadar mengaktifkan kemampuan mu itu karena situasi yang kau hadapi sekarang"

"Oh seperti itu" ucap Talitha paham.

"Tetapi jika kau menggunakannya terlalu sering tubuhmu yang lemah itu tidak akan kuat menahannya karena kemampuan ini akan menguras hampir seluruh energi ditubuh mu"

"Ah sekarang aku paham" ucap Talitha.

"Baiklah sampai jumpa lagi, Talitha"

"T-tunggu sebentar! Apakah ada senjata yang bisa ku gunakan untuk melindungi diriku?" tanya Talitha.

"Ah aku lupa memberitahu mu, di saat kau mengentikan waktu kau juga bisa memilih senjata yang kau inginkan, kau bisa menyebutkan senjata apa yang kau inginkan dan senjata itu akan muncul di tangan mu"

"Benarkah? Wow ini sungguh menyenangkan! Apakah senjata dari tempat asal ku juga bisa aku dapatkan?" tanya Talitha antusias.

"Segala jenis senjata yang kau inginkan dapat kau minta Talitha baik di dunia ini maupun di dunia tempat mu berasal"

"Ah aku mengerti, kalau begitu aku menginginkan pistol kesayangan ku" ucap Talitha.

"Sesuai keinginanmu"

Pistol milik Talitha sebelum melintas ke dunia ini benar-benar muncul dan sekarang berada digenggaman Talitha.

"Akhirnya kita bertemu lagi sayangku, kau adalah teman seperjuangan ku"

"Talitha, sekarang sudah saatnya kau menjalankan waktu lagi"

"Tapi aku tidak tahu harus bagaimana" ucap Talitha kebingungan karena tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Cukup dengan menjentikkan jari mu saja dan waktu akan kembali berjalan"

"Ah baiklah"

Talitha lalu mencoba melakukan apa yang di perintahkan orang itu dan ya benar sekali waktu pun kembali dan semua orang kembali bergerak.

"Dasar gadis sialan, aku akan membunuhmu"

Sebelum mereka sampai, Talitha sudah menembak kepala pria pertama yang di sanderanya, hingga pria itu tumbang dan darahnya mengalir di tanah.

"Ah orang itu meninggal, kita harus menjauh dari sini"

Kedua pria yang hendak maju itu terkejut dan tidak melanjutkan langkahnya.

"Apakah kalian ingin bernasib sama dengannya?" Tanya Talitha dengan nada dingin sambil memutar-mutar pistol kesayangannya itu di tangannya.

"To-tolong ampuni ka-kami nona"

Kedua pria itu lalu bersujud di hadapan Talitha meminta ampun.

"Hey, apa yang kalian berdua lakukan! Aku menyuruh mu menghabisi gadis itu, kenapa kau malah bersujud di hadapannya!" teriak pria yang menjadi bos dari ketiga pria yang ingin menghajar Talitha tadi.

"Oh sepertinya ada satu orang yang lagi yang ingin menyerahkan nyawanya" ucap Talitha dan sebuah peluruh tepat mengenai tubuh pria tersebut.

Bos dari ketiga pria itu tumbang ke tanah, sama halnya dengan pria yang pertama namun kini bukan di kepalanya namun tepat di jantung pria itu.

Beberapa orang yang melihat itu kaget dan segera berlari karena takut.

"Jika kalian berdua masih ingin hidup, cepat bereskan mayat kedua teman kalian itu dari hadapan ku, buang saja sampah seperti mereka ke jurang" ucap Talitha datar dan terkesan dingin.

"Ba-baik, Nona" ucap mereka lalu satu-satu dari mereka menyeret mayat kedua orang tersebut.

Semua orang yang menonton kejadian tersebut ketakutan karena gadis yang bahkan tidak dapat berjalan itu bisa dengan mudah menghabisi kedua pria berbadan besar tanpa menyentuhnya.

Berbeda dengan Talitha dia malah tersenyum bangga melihat pistol kesayangannya kini bisa kembali merebut dua nyawa sekaligus.

Karena kejadian yang terjadi, membuat warga yang melihat kejadian tersebut takut melihat gadis bercadar itu, sedangkan Talitha hanya bersikap santai setelah dia membunuh kedua orang itu karena itu sudah menjadi pekerjaannya di masa lalu.

"Ayo kita pulang, Mia" ucap Talitha.

"I-iya, Nona" Ucap Mia ketakutan karena orang yang berada di depannya itu seperti bukan nona nya yang biasa.

Setelah itu Mia mendorong kursi beroda Thalita untuk pulang ke tempat mereka tinggal sekarang, mereka melewati kerumunan orang-orang yang sedang ketakutan setelah melihat kejadian yang baru saja terjadi.

Kejadian tadi banyak dibicarakan oleh warga hingga sampai ke telinga para pelayan-pelayan di istana.

"Apa kau mendengar kejadian tadi siang?"

"Iya, aku sudah dengar katanya ada seorang wanita bercadar dan lumpuh yang membunuh Kangjian beserta satu anak buahnya"

"Walaupun begitu aku sangat bersyukur dengan kehadiran wanita itu, dia adalah penyelamat bagiku karena dia yang membuat pasar kembali tenang dan tidak ada ada lagi perampokan"

"Benar kata mu"

"Apa kalian dikerjakan di istana ini untuk bergosip? lanjutkan pekerjaan kalian! Jika kalian masih bergosip, aku akan memecat kalian berdua!" ucap kepala pelayan yang memergoki kedua pelayan tersebut sedang bergosip.

Kedua pelayan tersebut lalu bergegas mengerjakan pekerjaan masing-masing.

"Kenapa Bibi memarahi kedua pelayan itu?" tanya seorang pangeran yang baru saja datang.

"Bukan apa-apa pangeran, mereka hanya tidak mengerjakan tugasnya dengan baik" ucap kepala pelayan.

"Oh kalau begitu apa bibi mau menemaniku bermain di taman?" tanya pangeran.

"Saya sungguh meminta maaf pangeran, namu saya sedang sibuk memantau pekerjaan para pelayan ini" ucap kepala pelayan.

"Ayolah bibi temani aku bermain, hanya kau saja yang mau bermain-main denganku. Kakak-kakak ku tidak ada yang mau dan mereka malah mengejek aku" ucap pangeran memasang wajah sedihnya.

"Kasihan sekali nasib pangeran kedua sejak kecil ibunya sudah meninggal dan walaupun dia sudah dewasa tetapi perilakunya masih seperti anak kecil" batin kepala pelayan.

"Baiklah, aku akan menemani anda tetapi aku tidak bisa berlama-lama, Pangeran." ucap kepala pelayan.

"Kau memang yang terbaik, Bibi kepala pelayan" ucap pangeran kedua yang bernama Pangeran Kafel.

Sementara saat Talitha sampai di rumah tempatnya kini tinggal, dia heran dengan perilaku Mia yang hanya diam, tidak seperti biasanya yang selalu banyak tanya.

"Mia, apa kau baik-baik saja?" Tanya Talitha.

"I-iya Nona, S-saya baik-baik saja" ucap Mia terbata-bata.

"Apakah anak ini takut kepadaku" batin Thalita.

"Bohong, pasti ada yang kau sembunyikan dariku" ucap Talitha.

"Harus kau tahu bahwa aku paling tidak suka di bohongi, Mia" ucap Talitha datar.

"M-maafkan aku nona, aku hanya terkejut dengan apa yang terjadi" ucap Mia.

"Huh hanya itu? Apa kau tidak pernah melihat seseorang membunuh didepan mata mu?" tanya Talitha.

"T-tidak nona, aku hanya takut jika kabar ini tersebar hingga ke istana anda bisa saja diberi hukuman karena membunuh penduduk kerajaan" ucap Mia.

"Jangan terlalu kau pikirkan dan aku berharap kau bisa bersikap biasa saja seperti biasanya" ucap Talitha

"Oh ya, sepertinya aku malas keluar malam ini jadi kau saja yang pergi untuk mengambilkan baju ku ke tempat perancangan baju itu" Lanjutnya.

"Baik, Nona" ucap Mia.

Malam Hari pun tiba, Mia pergi ke tempat perancangan baju dan Thalita hanya menghabiskan waktunya untuk beristirahat karena hari itu rasanya tenaganya sangat terkuras.

...---...

Keesokan paginya, Mia membangunkan Talitha untuk segera bersiap menghadiri perayaan di istana sekaligus pembatalan pernikahannya dengan Putra Mahkota.

"Nona, anda harus segera bangun kalau tidak kita akan terlambat" ucap Mia.

"Sebentar lagi Mia, aku masih mengantuk" ucap Talitha.

"Nona jika anda tidak bangun juga, anda tidak bisa menyaksikan pembatalan pernikahan anda dengan Putra Mahkota" ucap Mia.

"Yasudah cepat siapkan bajuku yang semalam kau ambil dari tempat perancangan" ucap Talitha.

"Baik nona" ucap Mia

Talitha kemudian bangun dan segera membersihkan dirinya.

Setelah Mandi dia lalu bersiap-siap dan memakai baju yang telah disiapkan oleh Mia

"Anda sangat cantik, Nona. Sungguh ini buka sekedar pujian" Ucap Mia yang terpesona setelah melihat Talitha.

"Kau mempunyai mulut yang sungguh manis, Mia" ucap Talitha tersenyum.

Beberapa saat kemudian, Talitha selesai memakai pakaiannya dan dia berias dengan sangat natural.

...***...

Jika kalian suka pada ceritanya jangan lupa di like, komen dan vote.

Terpopuler

Comments

Wanda Wanda i

Wanda Wanda i

like like like 😍

2023-07-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!