Mendengar keputusanku mereka berdua termenung tetapi setelah beberapa saat dua ekspresi yang begitu berbeda muncul di masing-masing wajah mereka, Fidei tersenyum dan Ia seketika berlutut di hadapanku sedangkan Truman, matanya terbelalak, keningnya mengkerut bersamaan dengan alisnya
"Apa?! Tidak bisa!, Kenapa?!", Aku memegang bahu Fidei memintanya untuk berdiri setelah gadis Android itu cukup kuat untuk berdiri dengan kedua kakinya , aku menolehkan pandanganku ke arah Truman, Ia menggeleng-gelengkan kepalanya sembari terus menatapku, tatapannya jelas mengungkapkan ketidakpercayaannya kepadaku
"Aku harus, aku tidak dapat menjelaskan sekarang tetapi aku harus.", Suaraku tidak seperti yang aku awalnya pikirkan sama sekali tidak pecah maupun bergetar ketika mengatakan itu, Fidei tiba-tiba berdiri di depanku, melindungiku dari Truman
"Tuan sudah memutuskan Egalita, bukankah kita harus menghormati keputusannya?", Mendengar ini Truman hanya berdecak kesal, tidak mengatakan apa-apa, aku memegang pundak Fidei, ketika Ia menoleh ke arahku, aku menggelengkan kepalaku memintanya untuk mundur
"Maafkan aku.", Aku menggenggam erat tangan Truman, Ia menolak untuk melihat ke arahku dengan wajah yang kecut Ia menoleh ke arah lain, tangannya bahkan tidak balas menggennggam tanganku
"Truman, tolong lihat mataku.", Ia tidak mengindahkan perkataanku, dengan genggaman yang lebih erat aku mengulang permintaanku, "aku mohon."
Tangan kanannya seketika meremas tanganku dengan begitu kasar, sangat kasar hingga aku dapat merasakan genggaman tangannya membengkokkan besi-besi penyangga tanganku, sorot matanya sipit dan tajam, dapat aku lihat pedang-pedang amarah siap memancar dan menusuk ke arahku, walaupun begitu Aku tetap tidak gentar
"Kamu percaya kepadaku, bukan?", Aku tidak pernah melihat Truman semarah itu, Ia terlihat seperti Singa yang dipermainkan oleh Kijang, lama kami menatap mata satu sama lain sebelum kemudian Ia menghela nafas putus asa, melepas tangan kananku dan dengan malas melihat ke arah lain
"Lebih dari aku mempercayai diriku sendiri.", Mendengar ini aku tidak dapat menahan rasa untuk memeluknya, Truman yang tidak biasa disentuh seketika panik
"Hei, Hei, ada apa?!"
"Terima kasih karena telah mempercayaiku.", Tangannya yang semula di bawah perlahan-lahan mulai merayap ke atas hingga berhenti di bahuku dengan gerakan yang canggung Ia memelukku kembali
Pelukan itu hanya berlangsung beberapa menit sebelum kemudian dengan malu-malu Truman mendorongku dari tubuhnya, aku hanya tertawa kecil melihat sikapnya ini, ketika mataku kembali ke arah dimana Fidei berada Ia hanya termenung berdiri menatap kami berdua
"Ada yang salah? Fidei?", Fidei tersentak layaknya orang yang baru saja dibangunkan dari lamunan yang dalam
"Tidak, Tuan, hanya saja,". Kepalanya Ia miringkan sedikit, "Kalian berdua cukup dekat, ya?"
"Haha, ya dapat dikatakan begitu.", Aku menggaruk kepalaku padahal tidak terasa gatal dibawah tatapan Fidei yang seperti menganalisis setiap gerakanku
"Sudah, keputusan telah ditetapkan dan aku akan mengikuti keputusan yang telah Toivo pilih,". Truman yang semula berdiri kembali duduk di sofa lengannya membentuk gestur segitiga, "Aku ingin mendengar secara rinci rencana yang telah kamu bangun, Fidei."
Fidei menganggukkan kepalanya dan ikut duduk di sofa berseberangan dengan Fidei, kami menghabiskan satu jam mendengarkan dengan baik setiap detail dari rencananya, berdasarkan dari kompleksitas dan betapa rincinya setiap tahap sepertinya Ia telah merencanakan ini baik-baik
Truman menggangguk-kan kepalanya, matanya fokus kepada satu titik, sepertinya terhanyut dalam lamunan, Fidei tidak berkata apa-apa, walaupun begitu matanya terus melirik ke arah Truman, jari-jemarinya terus bergerak layaknya orang yang gugup
"Rencana tadi begitu detail,". Tatapan sinis Truman berikan kepada Fidei, "Berapa lama kamu telah merencanakan itu?", Mendengar ini Fidei yang semula gelisah kini duduk tegang
"Lama tetapi aku tidak dapat mengatakan secara lebih detail.", Truman menatap Fidei tajam untuk beberapa saat sedangkan Fidei terus menghindari tatapan mata Truman
"Baiklah, jadi hal yang pertama harus kita lakukan adalah menghindari Valdo dan dengan aman menyusup ke ScrapTown untuk menemui Agnatha, sudah dua hari berlalu semenjak Valdo menghancurkan lab milikku, Ia pasti sedang memeriksa ulang langkah-langkah yang telah Ia jalani.", Jari telunjuk Truman Ia ketuk-ketukkan ke meja kayu, karena tidak terlalu paham aku tidak mengikuti pembicaraan mereka sehingga aku lebih memilih mendengarkan sembari bermain dengan bola benang dengan A.V
"Apakah tidak ada cara untuk melewati radar Valdo?", Kedua alis Fidei mengkerut, Tangannya Ia kepalkan, Truman melirik sejenak sebelum kemudian menghela nafas dengan keras dan menjatuhkan badannya ke bantalan sofa
"Ada, tetapi merepotkan."
"Ha?.", Fidei menatap Truman dengan mata terbelalak binar harapan bersinar lagi di iris Aqua miliknya
"Profesor Prima memberitahuku bahwa Deus terdahulu pusing menghadapi mutan yang berkeliaran tak terkendali di tempat ini memutuskan untuk mengunci mereka di dalam sebuah terowongan dan secara kebetulan beberapa tahun selanjutnya Monspes-Monspes terbentuk atau dibentuk di atas terowongan ini, berpikir bahwa mungkin saja di terowongan-terowongan itu terdapat banyak barang berharga seorang Deus terdahulu cukup bodoh untuk membuat jalan masuk ke dalamnya"
"Oh dan ternyata semuanya berakhir buruk?"
"Tentu saja ! Lihatlah betapa banyaknya Mutan Bebas berkeliaran di Monspes,". Truman memutar bola matanya, "Jadi pada intinya terowongan ini berhubungan dengan satu sama lain, yang secara teknis berarti satu Monspes dengan Monspes lainnya."
"Dan karena beberapa Monspes dekat dengan Kota dapat disingkat bahwa terowongan ini merupakan jalan pintas tersembunyi ke kota.", Truman mengangkat satu jarinya dengan bangga setelah mengatakan semua itu, aku bertepuk tangan untuk mengoloknya yang kemudian dijawab dengan sorot mata tajam
"Jadi bagian mana dari semua itu yang merepotkan?", Fidei mengulang kata-kata Truman sembari memberikan gestur kutipan
"Tentu saja bagian mutannya, entah mengapa banyak mutan kuat berkeliaran akhir-akhir ini! Aku tidak ingin mati dikerubungi mutan!", Dengan keras Truman tertawa untuk mengakhiri kata-katanya di depan Fidei yang menatapnya dengan bingung
"Tetapi ada aku disini, kamu tidak perlu khawatir masalah itu.", Air mata keluar dari sudut mata Truman dan Ia pun berhenti tertawa, senyum menyeringai menghiasi wajahnya
"Kalau aku tetap tidak mau bagaimana?", Perkataannya seketika mendapat tatapan penuh amarah dari Fidei yang dimana membuat Truman seketika mengangkat tangan kanannya dengan defensif
"Bercanda-bercanda, tetapi masalah mutan kuserahkan padamu.", Sorot mata Truman tajam dan serius yang dimana permintaannya mendapat sebuah anggukkan dari Fidei
Mereka kembali membicarakan rencana untuk menghindari perdana menteri Valdo tetapi sungguh melihat apa yang barusan terjadi membuatku lebih khawatir dengan apa yang akan terjadi di kemudian hari dengan antara mereka berdua
Pada malam hari kami mempersiapkan diri untuk pergi, Truman berkata untuk membuat perjalanan lebih efisien maka akan lebih baik bagi kami untuk melangsungkan perjalanan dengan mengendarai Hovercraft karena terdapat berbagai modifikasi yang dapat membantu kami dalam perjalanan
Sebelum kami pergi Walikota Huxley datang mengunjungi kami, Ia menggenggam sebuah Telepon genggam dengan sebuah sigil merah di belakangnya yang berarti bahwa telepon tersebut terlindungi dari segala jenis sadap baik dari Android maupun Manusia yang membuatnya hanya dapat terhubung dengan Telepon yang menjadi pasangannya
Melihat Walikota Huxley seketika Truman pun tersenyum mengejek
"Wah, wah! Huxley, kemari untuk mengucapkan selama tinggal untukku?", Huxley menggelengkan kepalanya sebelum kemudian menghela nafas
"Sebenarnya iya.", Jikalau pada saat itu aku dan Truman sedang minum kami akan langsung tersedak, perkataan Huxley berhasil membuat Truman menganga dan menatapnya dengan mata terbelalak, melihat ini Huxley hanya menyilang kan tangannya di depan dadanya
"Memangnya ada yang salah dengan itu? Seharusnya kamu bersyukur aku bersedia keluar malam hanya untuk mengucapkan selamat tinggal.", Huxley menghembuskan nafasnya dengan gusar, Truman masih tetap termenung berdiri tidak percaya atas apa yang Ia lihat
"Sudahlah, aku ingin memberikan ini kepadamu.", Huxley memberikan telepon itu kepada Truman yang kemudian mengangkat-angkat telepon tersebut sembari mengerutkan dahinya
"Pasangan dari telepon itu tidaklah lain dari telepon milikku, aku ingin kita tetap berkomunikasi walaupun kamu pergi entah kemana.", Walikota Huxley membalikkan badannya, sosok tubuhnya yang besar terbalut dengan mantel bulu membuatnya terlihat seperti beruang
"Para pemimpin kota sedang merencanakan sesuatu, sayangnya hanya sebatas informasi itu yang dapat kami-pemimpin kota kecil- dapatkan."
"Jadi, kamu, takut untuk berbuat kesalahan ingin aku memberikanmu nasihat?"
"Bukan, ini hanya berupa sebuah kerja sama layaknya dulu.", Tawa hilang dari mulut Truman digantikan dengan sebuah senyuman yang lebar
"Baiklah, cukup imbang.", Truman menjulurkan tangan kanannya dan dengan kuat jabat tangan itu dibalas oleh Huxley setelah beberapa saat berjabat dan menatap mata satu sama lain, kedua pria itu melepas jabat tangan mereka
"Sama Yang Mulia Fidei.", Fidei tersentak dan menatap Huxley dengan tatapan yang tajam walaupun begitu si Pria gembul membalas dengan sebuah tatapan yang terlihat begitu lelah
"Saya layaknya manusia yang lain menyimpan dendam terhadap para Divina, dan jikalau saya bisa maka mungkin saya sudah akan menyerang Anda, tetapi dapat saya lihat itu bukan keputusan yang begitu tepat sekarang.", Tatapan tajam Huxley fokuskan kepada Fidei sebelum sebuah tarikan nafas dalam Ia ambil dan hembuskan
"Lagipula malu bagi saya untuk mengatakan ini tetapi saya berutang budi besar sekali kepada Tuan Egalita."
Setelah mengatakan kalimat tersebut Huxley pergi meninggalkan kami, tangannya Ia lambai-lambai untuk beberapa saat sebelum kemudian sosoknya benar-benar menghilang
Dengan kepergian Huxley terdapat dua ekspresi yang seketika timbul, senyum lebar terhibur menghiasi wajah Truman sedangkan mata Fidei sedari tadi bergerak dengan pesat sementara kakinya terus Ia gerakan tanpa alasan yang jelas, sepertinya Ia merasa sangat gugup
Melihat kegugupan Fidei aku merasakan semacam inklinasi untuk memegang tangannya dan itulah yang aku lakukan, awalnya Fidei tersentak dan dengan mata terbelalak melihatku tetapi setelah beberapa saat tangannya yang dingin itu mulai membalas menggenggam tanganku
Truman sepertinya tidak suka dengan itu jikalau dilihat dari wajahnya yang begitu masam dan sedari tadi terus menatap kami tanpa mengatakan apa pun
Setelah persiapan selesai aku, A.V, Fidei dan Truman pun memulai perjalanan kami, untung saja Hovercraft Truman cukup besar untuk setidaknya memuat enam orang berukuran sedang, di depan gapura kota Defecto terdapat sosok Huxley berdiri di sana, badannya Ia sandarkan ke tiang gapura sedangkan kedua tangannya Ia silangkan di depan dadanya, tatapan matanya tajam ketika mobil kami melintas melewati dirinya walaupun begitu aku tetap melambai ke arahnya sembari tersenyum
Untuk sepersekian detik Ia pun kembali tersenyum kepadaku dan melambaikan tangannya, semakin lama Hovercraft melaju semakin jauh jarak antara aku dengan kota Defecto hingga tiba di titik impas di mana siluet dari Kota Defecto tidak dapat lagi aku lihat, walaupun itu bukan merupakan kota yang besar maupun bagus dengan penduduk yang ramah, rasa itu tetap saja merasukiku, rasa bahwa suatu hari nanti aku akan- bukan- pasti merindukan tempat itu.
Walaupun perjalanan dapat dikatakan akan memakan waktu yang cukup lama tidak ada dari kami yang berani untuk memulai pembicaraan dalam upaya untuk membuang-buang waktu , mungkin setengah jam sudah berlalu sejak kami meninggalkan Defecto dan sebentar lagi siluet dari tumpukan rongsokan Monspes Area A akan terlihat
Di saat kami memasuki Area A dapat aku lihat wajah Truman yang semula datar menjadi berkedut bahkan sebelum memasuki Monspes Ia sempat berhenti sejenak untuk berpikir dua kali tetapi akhirnya Ia memutuskan untuk masuk ketika Fidei berjanji bahwa jikalau semuanya telah usai Ia akan memberikan Hovercraft terbaik Scientia Deus sebagai kompensasinya, jadi, walaupun dengan wajah masam dan mulut yang tidak henti-hentinya menggerutu Truman tetap menggendarai Hovercraft masuk ke dalam Monspes
Dalam waktu yang tidak lama Monspes Area A telah terlewati sedangkan tempat yang menjadi tujuan utama kami adalah Monspes Area C, kesal dengan situasi yang masih begitu canggung aku lebih memilih bermain dengan A.V yang dengan bahagia membalas perhatianku
“Apakah itu ciptaan kalian?” Jari telunjuk Fidei menunjuk ke arah A.V, binar rasa ingin tahu terlihat jelas di matanya
“Hm? Bukan, aku menemukannya bersamaan dengan aku menemukan Toivo. Jadi, kemungkinan besar dia juga ciptaan Profesor.”, Mata Truman masih terfokus ke jalanan. Walaupun, tidak ada mutan kami tetap harus berhati-hati di tempat ini. Sesekali matanya akan Ia arahkan ke spion untuk menatap kami
“Jadi begitu.”, Fidei terus menatap tajam kami. Merasa tidak nyaman aku pun memeluk A.V.
“Apa ada yang salah?” menyadari ketidaknyamanku Fidei pun mengangkat kedua tangannya di depan tubuhnya secara defensif. Satu dari keuda alisnya terangkat ke atas.
“Tentu saja tidak! Tuan.”, Ia menyipitkan matanya. Wajahnya yang semula terkejut menjadi datar, “Robot itu memiliki aliran energi yang begitu asing, sangat asing, sampai-sampai Database milikku tidak dapat mencocokkan datanya.”
Mendengar pernyataannya aku hanya dapat memeluk A.V dengan erat. A.V mengeluarkan sebuah ‘Piru’ yang terdengar sangat bingung. Di saat mataku menoleh ke arah kaca spion dapat aku lihat mata Truman terfokus kepada situasi yang sedang terjadi
“Satu hal yang aku sadari semenjak aku menemukan Toivo adalah fakta pahit bahwa sebenarnya banyak hal yang Profesor sembunyikan dari diri kita dan tidak akan pernah Ia jelaskan kepada kita.”, Sebuah senyum terukir di wajah Fidei mendengar ini.
“Walaupun begitu apa pun yang terjadi kita tetap mempercayai Dia, bukan?” Truman tersenyum menyeringai mendengar ini. Untuk waktu sepersekian detik dapat aku lihat tatapan melankolis terukir di wajahnya ketika melihatku.
“Benar, benar sekali.”, Tiba-tiba rasa itu menjalar di tubuhku. Rasa hangat yang begitu menenangkan. Awalnya rasa itu hanya bergumul di dalam hatiku tetapi entah mengapa, ketika aku mendengar dan melihat interaksi yang terjadi di antara mereka berdua rasa yang awalnya sangat kecil itu seketika menjalar ke seluruh inci tubuhku, dan tanpa aku sadari aku pun tersenyum.
“Kalian begitu dekat, ya?” Mendengar celotehanku, Truman dan Fidei seketika menatap satu sama lain. Pikiran mereka seperti sedang bertelepati. Memproses apa yang aku katakan, tetapi setelah beberapa saat sebuah tawa kecil dilontarkan oleh Truman.
“Ya, dapat dikatakan begitu.”, Mata Fidei terbelalak mendengar itu, dan dapat aku lihat gerakan tubuhnya menjadi gelebah. Kedua tangannya Ia mainkan dengan satu sama lain. Walaupun begitu, sebuah senyum yang bergetar terlukis di wajahnya yang sendu.
Hanya dengan interaksi singkat itu perjalanan menuju ke Area C yang semula aku pikir panjang telah selesai. Truman tanpa basa-basi segera keluar dari Hovercraft dan menyentuh panel tersembunyi yang terletak di bawah tumpukan pasir yang tebal. Walaupun terlihat usang, panel itu ternyata masih berfungsi, radar merah segera memindai telapak tangan Truman, dan setelah beberapa saat, sebuah kotak beraura merah terbentuk di tumpukan pasir yang kemudian menjadi sebuah pintu dengan besi yang kusam. Logo Scientia Deus, sebuah negara di atas langit terpampang di atasnya.
“Baiklah, jangan sampai ada satu pun di antara mereka yang berhasil mencakar Hovercraft kesayanganku.”, Fidei hanya tertawa kecil sebelum keluar dari mobil. Kakinya yang semula layaknya seperti kaki manusia pada umumnya kini menghilang membentuk sebuah mesin roket. Kedua tangannya juga demikian. Mata Aqua miliknya yang begitu indah kini dilindungi pleh sebuah Visor berwarna sama dengan skema warna dirinya, yakni Aqua dan Pirus.
Fidei dengan sebuah gestur aba-aba dari Truman, melesat pergi ke dalam terowongan bawah tanah. Truman menekan beberapa panel layar sentuh di papan instrumen yang mengakibatkan sepasang mesin roket menonjol di bagian belakang Hovercraft kami. Sebelum aku dapat berkata apa-apa, Truman telah lebih dulu melesat dengan kecepatan tinggi. Membuatku dan A.V penumpang lemah yang duduk di belakang akibat gaya Newton terpental ke kursi penumpang
“Pi-Piruuu?” Aku memeluk A.V yang juga sama paniknya denganku. Walaupun aku dan A.V tidak henti-hentinya berteriak dan berpelukan layaknya karakter kartun karena kecepatan ini, Truman sama sekali tidak terkejut, malah Ia bersiul sembari memfokuskan pandangannya kepada Fidei yang berada di depan kami, yang dengan lagak seanggun kupu-kupu menembak dan membunuh mutan-mutan yang berhimpun di terowongan gelap, kumuh, dan kotor ini dalam satu kali tembakan.
Setelah menenangkan diri aku akhirnya dapat melihat keadaan di sekitarku. A.V masih berteriak, layar interface wajahnya menunjukkan ekspresi menangis. Truman masih berkemudi dengan santai sembari bersiul, tetapi apa yang benar-benar merebut perhatianku tidaklah lain adalah sosok Fidei yang kini aku lihat.
Ia bukan hanya bergerak anggun layaknya kupu-kupu sosoknya pun juga ikut berubah menyerupai sebuah kupu-kupu, dengan skema warna miliknya Ia mirip dengan kupu-kupu Morpho menelaus. Cahaya Azur terang memancar dari titik di tengah dadanya, yang dapat aku tafsir sebagai titik energinya, tempat di mana saxum solis miliknya terletak. Sinar plasma yang ditembak dari tangannya terlihat lebih biru dari pada saat pertama kali aku bertemu dengannya, tetapi yang paling indah adalah sepasang sayap yang kini bersanggar di belakang tubuhnya. Yakni, kumpulan dari energi saxum solis yang terkonsentrasi ke satu tempat hingga membentuk sebuah sayap kupu-kupu berwarna Azur.
“Indah bukan?” Tanpa mengubah tatapannya yang terfokus kepada Fidei, dengan nada yang layaknya seorang pengagum Truman berkata kepadaku, “Itu semua adalah hasil dari saxum solis, hasil dari batu yang kemampuannya Professor—bukan—engkau berhasil manfaatkan dengan sempurna, Toivo.”
Mendalami baik-baik apa yang Truman katakan aku terus menatap Fidei. Walaupun gelombang mutan itu tampak tidak pernah berhenti dengan anggunnya Ia menghadapi mereka layaknya membunuh seekor nyamuk. Keindahan yang aku lihat pada saat itu membuat sebuah pertanyaan terlintas di benakku
Apakah benar aku merupakan pencipta keindahan ini?
Melihat kehebatan asli dari saxum solis, dan keagungan salah satu Divina membuatku semakin susah untuk percaya wahyu yang baru saja diturunkan kepadaku. Walaupun begitu, dapat aku rasakan, jauh sekali di dalam lubuk hatiku perasaan kagum layaknya seorang Ayah kepada Anaknya
Setelah beberapa lama dan kengerian terakhir di mana Truman harus dengan cepat membuka pintu di ujung terowongan sedangkan gelombang mutan datang layaknya Tsunami di pantai kami akhirnya berhasil keluar.
Melewati terowongan itu kami sampai tepat di Monspes Area F. Hari sudah larut malam, dan bintang-bintang bertaburan di langit layaknya pasir di pantai dengan bulan pada saat itu membentuk sebuah sabit. Kota ScrapTown dengan Profesor Agnatha Chordate sebagai pemimpinnya merupakan Kota yang begitu besar, sangat besar hingga kita dapat melihat dengan jelas menara-menara senapa yang menjulang tinggi di setiap bentengnya yang berbentuk segi empat.
Aku pernah membaca mengenai kota itu, karena spesialisasi Nyonya Chordate adalah di bidang militer semasa pemerintahan mendiang Prima maka Ia membangun kotanya layaknya seseorang jikalau membangun pangkalan militer. Orang-orang yang memilih untuk mengikuti beliau juga merupakan kelompok orang yang terlatih dalam bidang peperangan dan ilmu bela diri. Akhir-akhir ini karena dendam kesumat dengan Deus Omnis mereka menerapkan regulasi ‘Penghancuran Android’, yang akan menjadi kendala yang besar bagi kami
Truman kembali menekan beberapa panel di papan instrumen mobil, dan sebuah medan pelindung segera melapisi kami layaknya kepompong. Tidak lama setelahnya, beberapa tentara ScrapTown datang kemari mengendarai Hovercraft hitam penuh dengan senjata. Mereka melemparkan banyak sekali kepingan robot ke tumpukan rongsokan yang berada di depan mereka. Berdasarkan dari logo yang berada di belakang tubuh mereka dapat dipastikan bahwa robot-robot tersebut berasal dari Scientia Deus
“Ah, Antek-antek petinggi Scientia Deus, ngomong-ngomong siapa yang sekarang bertugas mengurus mereka?” Tangan kanan Fidei kini memegang lengan kirinya, dengan alis yang berkerut Ia menatap keping-keping tubuh robot yang dibuang itu
“Ira.”, ketika menyadari bahwa aku sedari tadi memandang wajahnya, Fidei seketika menoleh ke arah lain, ke luar jendela yang berada di sampingnya. Truman memerhatikan kami baik-baik dari kaca spion
Setelah beberapa saat Prajurit-prajurit itu pun pergi. Sebelum pergi dapat dengan jelas terlihat bahwa mereka sedang beradu mengenai sesuatu sembari menunjuk-nunjuk tumpukan kepingan robot yang telah habis mereka buang. Suasana di dalam Hovercraft kembali menjadi canggung setelah kepergian mereka
“Jadi, bisa tolong jelaskan mengapa Omnis cukup gegabah memutuskan untuk menyerang ScrapTown dengan menggunakan para antek?” Fidei hanya terdiam. Tangannya masih memegang lengannya, dengan kening mengkerut layaknya orang yang sedang mengalami dilema. Walaupun begitu, setelah beberapa saat Ia menghela nafas dengan berat
“Aku juga tidak mengerti,” Fidei menundukkan kepalanya kedua tangannya menopang beban dari kepalanya,
“semenjak kepergian kalian dari Scientia Deus, Omnis—Omnis..aku..aku..tidak tahu.”
Setiap kali Fidei menyebut nama Omnis tubuhnya akan selalu gemetar, kedua tangannya memeluk tubuhnya sendiri layaknya orang yang sedang menghangatkan diri. Matanya melebar dan mulutnya terbuka, Ia seperti ingin menangis namu tidak bisa. Melihatnya dalam kondisi seperti itu entah mengapa membuat seluruh inci tubuhku terasa sakit
“Oh,Um, baiklah.”, Truman dilihat dari bagaimana tangannya kini secara kalang kabut mengusap tengkuknya beserta ekspresinya yang terlihat begitu panik, juga sepertinya tidak menduga respon yang akan terjadi akibat pertanyaannya.
“Maaf, aku…”, Fidei menolak untuk melihat ke arah kami, tubuh dan wajahnya, berbisik, “tidak ingin berbicara mengenai Omnis.”
“Ah, iya, tentu saja, maaf.”, dan dengan begitu saja situasi yang aku awalnya kira telah berhenti menjadi canggung kini menjadi tambah canggung. Truman seketika berusaha untuk mengganti topik pembicaraan
“Jadi, apakah kita perlu mengenakan jubah ke sana, maksudku, kamu termasuk favorit para ilmuwan Fidei.”, Dengan tawa Truman berusaha untuk mencairkan suasana, yang sayangnya tidak berhasil. Fidei menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya, berusaha untuk menenangkan dirinya.
“Aku tidak akan pergi bersama dengan kalian.”
“Apa?!” Truman yang seketika penuh dengan senyuman kini melotot dengan sorot mata yang tajam. Mendengar pernyataan Fidei aku tidak dapat menahan diri untuk menatapnya layaknya orang bodoh. Walaupun telah dengan jelas melihat ekspresi kami, Fidei tidak bergeming, ekspresi wajahnya masih datar.
“Mengapa begitu? Apakah ada yang salah?” mendengar perkataan Truman, Fidei seketika tersenyum. Walaupun begitu matanya tidak ikut tersenyum dengannya, sedari tadi juga tangannya dengan erat menggenggam satu sama lain
“Apakah kamu bercanda? Kamu tahu apa yang salah.”, Tersentak Truman menutup mulutnya. Setelah beberapa saat Ia kembali mengusap tengkuknya, matanya lebih memilih memandang ke arah lain
“Tetapi, bukankah kamu kali ini tidak berada di sisinya?”
“Tidak, aku, tidak berhak atau lebih tepatnya tidak berani untuk bahkan menunjukkan wajahku di depannya, aku seorang pengecut dan selamanya akan seperti itu.”
“Baiklah, terserah kamu saja.”, Dengan helaan nafas berat Truman menekan beberapa tombol di panel papan Instrumen yang menyebabkannya terbuka. Di dalamnya terdapat dua buah jubah berwarna cokelat, yang sering kami gunakan ketika menjarah Monspes.
“Kalau begitu aku dan Toivo akan pergi bersama dengan A.V, pelindung ini akan melindungimu dari radar, tetapi aku tetap ingin agar kamu berhati-hati, oh ya sama,” Truman mengenakan Jubah itu dan bersiap untuk keluar dari Hovercraft, “kalau seperti itu maka selamanya kamu akan menjadi seorang pengecut.”, Dan tanpa berkata apa-apa lagi Ia pun keluar dari Hovercraft, aku dan A.V segera mengikuti langkahnya.
“Hey, um, bisa kamu jelaskan kenapa dia tidak mau ikut?” Walaupun telah berkata demikian wajah Truman masih terlihat masam. Tangannya Ia kepal dan dapat aku dengar banyak sekali variasi kata kasar Ia gumam dari mulutnya, tetapi tarikan nafas secara dalam Ia ambil ketika mendengar suaraku.
“Kamu ingat film yang pernah kita tonton di mana ketika di saat-saat terakhir sahabat si protagonis mengkhianati si protagonis.”, aku terdiam sejenak berusaha untuk mengingat yang Truman maksud sebelum kemudian menganggukkan kepalaku.
“Persis seperti itu dengan Fidei sebagai sahabatnya.”
“Oh.”, aku menganggukkan kepalaku. Benar-benar paham apa yang Truman maksud, tetapi sebelum aku dapat bertanya lebih jauh lagi pemandangan Kota ScrapTown telah terlihat dengan jelas dan Truman memintaku untuk bersikap manis.
A.V terdengar begitu antusias melihat pemandangan jet tempur yang sedari tadi tidak berhenti-hentinya terbang dan melakukan simulasi penembakan. Kota ini dilindungi oleh berlapis-lapis medan energi pelindung sehingga efek dari pelatihan militer tidak akan bersinggungan dengan kehidupan warga. Sedari tadi terdapat banyak sekali tentara yang keluar masuk kota, dan selain kami banyak sekali orang yang juga datang kemari. Sepertinya untuk berdagang dan segalanya
Banyak tentara menjaga pintu masuk kota dan kami kini mengantri untuk masuk ke dalam.
Bersiap-siap untuk menghadapi apa pun yang akan menghadang kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments