Ketemu Sabtu Pagi
"Huuuaammm..."
Pagi telah datang, aku menguap di atas kasur yang sangat empuk itu. Ku lanjut untuk berdiri diatas kasur empuk merapikan selimut dan bantal - bantal.
Hari ini sekolah libur. Aku bisa melakukan kegiatan apapun sesuka ku.
Sayangnya setiap hari sabtu Hafis selalu sibuk belajar. Meski sekolah libur, tapi kegiatan di hari sabtu adalah membuka buku dan leptopnya. Seharian di rumah tanpa hp.
Dasar cowo rajin!
Aku merasa sepi setiap kali hari sabtu.
Kukira memang benar. Hari sabtu adalah hari libur untuk pelajar.
Abang sudah berangkat ke jakarta tadi pagi. Merantau jauh ke kota besar. Mencari pundi-pundi uang untuk masa depan nya.
***
Ritual ku setiap hari libur adalah makan dulu baru mandi.
Tidak seperti hari biasa. Dimana aku melakukan hal di pagi hari untuk mandi dulu setelah bangun tidur baru makan.
Tapi beda cerita kalo hari libur datang. Pagi hari di lakukan untuk makan dan bersantai.
Urusan mandi gampang. Setelah tubuh ini terasa asam menurut hidung ku.
Setelah merapikan tempat tidur, aku beranjak mendatangi jendela. Membuka gordeng berwara pink yang di belikan Ibu.
Ku ulurkan tangan ku keluar dari jendela itu. Merasakan sejuknya pagi, sebelum matahari sempurna menyinari.
"Key bangun udah siang"
Aku telah menebak suara itu. Lembut dan agak sedikit bawel di telinga. Yaa, siapa lagi kalo bukan Ibu.
Seorang ibu yang melahirkanku. Merawatku dengan penuh kegembiraan. Memberikan apapun yang dirasa anak nya butuhkan.
Meski suara cerewetmu selalu aku keluhkan. Tapi aku tidak bisa membayangkan kehilangan mu sekarang dan kapan itu.
"Iya udah bangun" ku teriak memberi tahu Ibu di balik pintu kamar.
Aku lari keluar kamar menuju kamar mandi. Dengan cepat ku kejar Ibu yang sedang berjalan di ruang makan rumah ini.
"Heh ada apa lari - lari?" tanya Ibu saat setelah aku kejar.
"Olahraga" jawab ku.
"Anak siapa ini punya hobi olahraga lari - lari setiap pagi di dalam rumah" kata Ibu sambil menepuk jidatnya.
"Anak ibu sama bapa. Saling melengkapi" jawab ku enteng.
"Eh dasar jawabnya" lanjut Ibu sambil tertawa.
"Yaudah bu mau cumuk dulu" kata ku mengakhiri.
"Apa?" Ibu balik bertanya.
"Cuci muka (cumuk) ibu" penjelasan ku dengan pelan.
"Aneh - aneh saja singkatannya" kata Ibu sambil tersipu - sipu.
"Keren kan bu?"
"Udah sana. Ngmong terus malah"
"Eh ibu yang nanya terus"
"Eh jawab lagi!" ketus Ibu seperti ingin mencubit ku
"Ampun" teriak ku sambil lari kekamar mandi dengan buru - buru.
***
Menghabiskan minggu pagi alaku adalah dengan menghabiskan cemilan di depan tv. Sambil nonton doraemon tentunya.
Kubuka hp ku sambil memasukan makanan kedalam mulut.
"Yah ini hari sabtu. Hafis gak bakal online" gerutuku sendirian.
Memang memudarkan rasa rindu itu tidak segampang menghapus tulisan di papan tulis.
Waktu untuk bertemu dengan Hafis saat itu memang sangat susah. Karena kita tinggal di kota yang berbeda.
Kita juga sekolah di sekolah yang berbeda. Karena takdir yang menemukan kita. Dan karena sayang yang menguatkan kita.
Di rasa sudah mulai kenyang. Aku bangun dari tempat santai itu. Mengambil sapu dan menyapu rumah.
2 jam terlewat untuk beres - beres. Iya itung - itung olahraga.
Aku mengambil handuk dan berjalan masuk kedalam kanar mandi. Menyentuh air yang terasa dingin di jam 10 pagi ini.
Setelah selesai mandi. Aku keluar dan kamar mandi yang telah membuat badan ku menggigil itu.
Tidak ada kegiatan hari ini. Semua orang rumah juga sibuk dengan urusannya. Pergi meninggalkan ku di rumah sendirian.
Aku beranjak keluar dari rumah. Menuju halaman depan dan mencari - cari pancaran matahari dari sudut timur.
Air yang jahat! Tidak mau bersahabat. Membuat badan ku menggigil di pagi hari. Ya walau ini sudah agak siang.
15 menit di luar membuat badan terasa hangat.
Aku masuk kedalam rumah. Mencari - cari novel yang semalam aku baca sebelum tidur.
Mata ku tertuju pada setiap sudut kamarku. Mencari - cari keberadaan novel itu. Hingga 10 menit berlalu, akhirnya novel ku ketemu.
Di bawah kolong tempat tidur ku. Sebenarnya aku tidak menjatuhkannya semalam.
Yang ku ingat, aku sengaja menarunya di kolong agar aku bisa tidur. Karena jam telah menunjukan pukul 11 malam itu.
Strategi yang bagus. Menyembunyikan novel yang membuat insom di bawah kolong tempat tidur. Tentunya agar mata ini merasa tidak melihat nya lagi.
Setelah novel berhasil aku temukan, kulanjut berjalan keluar dari kamar. Mendatangi kulkas untuk mengambil air dingin. Tak lupa kudatangi meja untuk mengambil cemilan.
Lalu kembali, dan duduk di depan tv. Ku nyalakan tv di rumah ku itu. Mencari remot dan mengganti chanel tv yang aku sukai.
Tanganku berhenti memegang remot tv, saat acara yang aku sukai sudah ku temukan.
***
Dalam hatiku berkata "Aku harus belajar! Aku sudah kelas 12."
Tapi mengapa raga ini susah sekali untuk diajak membuka buku sekolah. Hanya buku novel yang ku buka.
Jika aku terus - menerus membuka novel. Apakah aku bisa masuk PTN nanti. Ketidak sincronan hati, fikiran dengan raga selalu membayang - bayangi segalanya.
Aku harus bertindak! Bagaimana aku mulai bertindak?
Apa aku bisa? Seenaknya mengambil keputusan. Jika sudah ku musyawarahkan dengan ibu dan bapa mereka pasti meng iya kannya.
Orangtua mana yang tidak menginginkan anaknya bahagia. Walau untuk makan saja mereka mencari kesana - kesini.
Jika anak mengatakan "Saya ingin lanjut" saja. Hati mereka merasakan kebahagiyaan.
Bagaimana tidak? Soal pendidikan selalu jadi priorits bagi kedua orang tua. Menyekolahkan ke 2 anak nya merupakan tanggung jawab mereka.
Tapi apakah anak bisa di andalkan dalam setiap jeri payahnya. Hidup takan berjalan lurus sewajarnya.
"Mungkin jika kau bicarakan dengan ibu dan bapa mereka akan mengatakan boleh. Tapi kau jangan langsung senang! Lihat dibalik ucapan boleh itu. Lihat umur bapa. Lihat penghasilan mereka. Kau anak terakhir key. Kalo mau lanjut monggo - monggo saja, silahkan. Apa jurusan yang ingin kau ambil? Lihat orang yang mulai menua itu. Mampu mereka membiyayai dengan penuh rasa tanggung jawab selama 4 tahun nanti?" kata Abang saat aku bilang ingin kuliah jauh.
Bukan solusi yang ku dapat. Justru penambahan beban menurut ku. Bukan menjadi hilang rasa pusing ini. Malah bertambah dag dig dug kepala dan mengalir ke hati.
"Iya bang" ku jawab dengan kepala menunduk.
"Jangan bingung. Lewati semua, semangat untuk hidup yang benar - benar hidup" lanjut Abang.
***
Kuambil buku SBMPTN besar yang kubeli bersama Abang sehabis pengambilan rapot kemarin.
Alasan aku membeli buku persiapan SBMPTN di awal masuk kelas 12 ini, karena aku tau meminta untuk bimbel kepada orang tua ku. Aku yakin mereka tidak akan berat karna niat ku tidak begitu kuat.
Aku sudah mulai membaca beberapa bagian buku ini. Ada yang sudah paham dan ku ulang. Ada yang belum paham dan terus di ulang agar bisa.
Aku adalah orang yang tidak bisa belajar menggunakan hp. Masih mending belajar pake buku.
2 jam terlewat, aku habiskan untuk berlatih soal dan membuka kunci jawabannya pada buku itu.
Ada beberapa materi yang masih belum bisa aku kuasai juga hingga sekarang. Aku lemah pada PK.
"Makan dulu key" Ibu ku teriak dari dapur.
"Iya nanti" kata ku menyahut
"Cepetan" ajak nya
"Nanti"
"Nungguin apa?" tannya Ibu
"Nungguin dia yang gak datang - datang" canda ku mulai tak lihat waktu.
"Siapa?" teriak ibu terkejut.
"Bukan siapa - siapa" kata ku.
"Kenapa di tungguin?"
"Gak di tungguin" kata ku
"Kenapa gak makan?" tannya Ibu
"Nanti" jawab ku asal
"Kenapa?"
"Nungguin dia yang ganteng" kata ku
"Siapa?" tannya Ibu
"Bukan siapa - siapa"
"Kenapa di tungguin?" ulang Ibu
"Gak di tungguin"
"Kenapa gak makan?" ulang nya lagi
"Iya iya"
"Kita bahas apa kay?"
"Gak tmtau ibu" jawab ku enteng.
"Loh ibu ngomong sama siapa yah?"
"Gak tau"
"Punya anak gini yah" kata Ibu sambil menepuk jidatnya.
"Baik ya bu?"
"Banget" jawab Ibu sambil mengacak - acak rambut ku.
"Iiiih kotor bu. Habis masak juga" gerutu ku tak trima.
"Udah cuci tangan sayang"
"Ohhh. Yaudah mau makan"
"Yaudah sana"
Dengan cepat aku berjalan ke meja makan. Mengambil makanan yang sudah di buat Ibu.
Sudah pukul 3 sore aku baru makan, memang tidak pada jamnya. Kebiasaan yang tidak patut di tiru memang.
Makan siang usai. Aku masuk ke dalam kamar. Sebelum memasuki kamar, aku berkemas - kemas membereskan barang di depan tv.
Setelah masuk kamar, aku taru barang yang ku bawa kedepan tv tadi. Memasukan nya kembali ketempat semula.
Ku lanjut mengambil hp di atas meja, lalu membukannya. Kutemui sebuah pesan yang seharian aku tunggu.
_______________
Dari ; Hafis
Untuk ; Keya
"key" panggil nya
"Iya" balasan ku.
"Lagi apa?" tanya Hafis.
"Lagi duduk"
"Kangen gak?"
"Gausah di tannya" kata ku
"Maaf ya seharian sibuk sama buku"
"Udah tau fis. Biasa"
"Jangan marah key"
"Sotau kamu" ketus ku
"Kali aja marah"
"Kesel ajah"
"Kenapa?" tannya Hafis
"Gak kenapa - napa"
"Udah mandi belum?"
"Belum"
"Jorok" ejek Hafis.
"Kamu?" tannya ku
"Belum" jawab Hafis
"Cubit nih"
"Ampun bos" ketus nya
"Hih" balesku kesel.
"Iyaudah yuk mandi"
"Bareng?" goda ku.
"Mau?"
"Kamu?"
"Malu ah" katanya.
"Siapa juga yang mau bareng"
"Gada tuh"
"Ih hafis mah"
"Apa keya sayang?" manja Hafis
"Mandi!" kata ku
"Iya iya keya sayang"
"Cepet" ketua ku
"Iya"
"Dah"
________________
Ku akhiri pembicaraan singkat itu, dan kemudian ku lempar hp itu keujung kasur.
Aku bergegas keluar kamar untuk mandi. Sesampainya di depan kamar mandi. Kulihat pintunya tertutup, pertanda ada orang di dalamnya.
Yah keduluan lagi. Kuketok pintunya untuk memastikan, sekaligus ingin tau siapa yang ada di dalamnya.
Tok ... tok ... Tokkk ...
Kuketok lumayan kencang. Membuat orang di dalam nya merasa berisik. Sebetulnya tidak sengaja. Hanya untuk memastikan siapa yang ada di dalam sana mrndengar ketokanku.
"Siapa?" tanya orang di dalam kamar mandi itu.
"Keya"
"Ada apa?"
"Gantian"
"Mau apa?"
"Mau mandi lah. Masa ke kamar mandi mau tidur" teriaku.
"Gak usah nggas!"
Ternyata Kaka Kesya. Sudah ku duga, ini akan melelahkan jika menunggunya mandi hingga selesai.
Aku duduk di depan kamar mandi. Memegang handuk yang sudah aku ambil dari tempat handuk.
28 menit menunggu ...
***
Akhirnya manusia itu keluar juga. Ku tatap matanya dengan tajam di depan pintu kamar mandi itu. Tak ada senyuman yang aku berikan kepadannya.
"Mandi atau gali kubur?" tanya ku.
"Benerin pintu" jawabnya ngawur.
"Lama" ketus ku
"Pintunya rusak"
"Apa hubungannya dengan mandi?" aku mulai bingung.
"Kamu jelek belum mandi"
"Gak nyambung"
"Gak pinter sh"
"Udah awas aku mau mandi" keselku mengusirnya.
"Mau mandi aja dibikin sebel" gerutu ku sambil menutup pintu kamar mandi.
***
Malam minggu datang. Malam yang di identikan dengan keluar rumahnya sebagian besar anak muda. Mereka manfaatkan malam minggu untuk keluar dari tempat rebahan.
Memanfaatkannya dengan mengajak pacar jalan. Atau hanya sekedar main dengan teman, untuk makan jajan di pinggir jalan.
"Key ada temen mu" kata Ibu di balik pintu kamar ku.
"Siapa?" tannya ku.
"Gak tau, sana keluar"
"Iya bentar"
Aku keluar untuk menemui tamu itu. Betapa terkejutnya aku, setelah mengetahui siapa yang datang di malam ini. Ohh tidak!
Mataku tertuju pada sosok orang yang datang di malam itu. Tubuh ku berhenti secara sepihak saat mata telah terkejut.
"Hafis" ku berbisik sambil menutup mulut dengan tangan kanan ku.
"Hay" suara itu terdengar jelas di depan ku.
"Mimpi apa semalam Tuhan" gerutu ku dalam hati.
3 bulan tidak bertemu Hafis, rasannya sangat mustahil jika dia sampai main malam - malam ke rumah ku.
Tapi sekarang bukan mimpi. Untuk pertama kalinya dia datang malam - malam ke rumah ku.
"Keya" dia mengulang memanggil ku.
"Eh iya. Iya. Hafis, yaampun. Kesini sama siapa?" kutannya dia.
"Sama izal sama cewenya izal" jawab Hafis.
"Mana? Duduk dulu sini"
"Mau ngajak keya jalan - jalan malam. Udah izin sama ibu tadi. Sana dandan dulu. Aku tungguin" jelasnya
"Ih hafis. Kenapa gak bilang dulu. Kamu mah ih" jawab ku gugup.
"Iya maaf, yaudah sana siap - siap"
"Gak duduk dulu? Minum dulu?"
"Keburu malem key, udah sana aku tungguin"
"Iya iya. Duduk fis. Sama izal sama cewenya."
"Iya"
"Masuk dulu yah?"
"Iya ih. Keya bicara terus kapan siap - siapnya?"
"Oh iya" aku berlari menuju kamar ku.
Ku cari tas kecil. Menata semuanya dengan cepat, sangat terburu - buru dalam mengambilnya. Ku oles wajah ku dengan make up tipis malam itu.
Setelah dirasa sudah. Aku keluar kamar, aku mendengar Ibu sedang mengobrol dengan Hafis di ruang tamu.
"Keyanya udah keluar?" tanya Ibu ke Hafis.
"Udah bu" jawab Hafis
"Mau minum apa?"
"Gausah bu, udah mau pergi"
"Oh langsung pergi yah"
"Iya bu"
"Yaudah ibu tinggal keluar dulu"
"Iya bu"
Setelah Ibu keluar dari rumah, aku bergegas lari ke depan. Dengan tangan membawa tas kecil.
"Gausah lari - lari key" ucap Hafis.
"Eh udah kelar larinya. Baru ngomong, ayo jalan? Ibu mana?"
"Ibu keluar katannya. Langsung aja atau nyari ibu dulu?"
"Udah izin kan?"
"Udah 2 kali"
"Yaudah lngsung ajah"
Aku dan Hafis berjalan menuju motor Hafis. Memakai masker dan helm dengan rapi, bersiap - siap untuk beranjak pergi dari rumah ku. Jalan - jalan malam dengan Hafis, di malam minggu tentunya.
__________________________________
Untuk kalian yang sedang bingung ;
Bingung itu wajar.
Setiap manusia bisa bingung dengan masalahnya sendiri.
Obat paling mujarab mengatasi kebingungan sebenarnya bukan berfikir untuk keluar dari masalah.
Tapi jalan - jalan dengan raut wajah bahagia.
Seperti obat bius. Akan lupa dalam sekejap.
Tetap selesaikan masalah dalam setiap permasalahan!
______________________
Jangan lupa Like, Vote, Rate 5 da
n beri komentar yang membangun untuk cerita ini😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Fira Ummu Arfi
waahhhh waahhh..
like like like like mendarat thorrr
tinggalin jejak jg di Novel ak ya ASIYAH AKHIR ZAMAN ,, saling dukung terus jgn bosan yaaa 🥰
2021-03-06
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
yuhuu.. jejakku lagi
2021-01-25
0
Petrikor
kata"akhiran ny bagus kak 👍❤
2021-01-07
1